Monday, June 05, 2006

Pendidikan Nasional Berbasis Pedesaan

Dunia pendidikan, dunia yang penuh dinamika. Pendidikan Nasional, bagai sebuah pekerjaan rumah yang tak kunjung usai. Setiap waktu pekerjaan rumah itu selalu ada. Sarana pendidikan, seperti banyaknya sekolah yang rusak, SDM guru, biaya pendidikan, kurikulum, kebijakan yang terus berubah-ubah dan persoalan lain yang semakin kompleks menjadi problem serius dunia pendidikan nasional.

Merunut sejarah, tokoh pendidikan terpadu, Syaykh AS Panji Gumilang menilai bahwa pada dekade awal kemerdekaan, sistem pendidikan belum mendapat perhatian pemerintah. Baru tahun 1970-an mulai dikembangkan perhatian terhadap pendidikan dasar, menengah bahkan Taman Kanak Kanak.

Sesudah 1997, data pendidikan di Indonesia belum dapat diakses secara jelas. Namun, diasumsikan bahwa perkembangannya bisa lebih menurun. Asumsi ini didasarkan pada problem didaerah diantaranya banyaknya gedung sekolah yang rusak. Bahkan di bebarapa daerah konflik seperti di Aceh, banyak sarana pendidikan yang dibakar oleh pihak yang bertikai. Maka banyak kalangan menyimpulkan, pendidikan Indonesia sedang menurun dan merosot tajam dari tahun-tahun sebelumnya.

Selama setengah abad lebih setelah kemerdekaan, system pelaksanaan pendidikan Indonesia tersentralisasi ke pusat. Semua kebijakan pelaksanaan ditentukan oleh pusat. Sedangkan secara geografis, sarana dan prasarana pendidikan dipulau-pulau terluar belum tertangani dengan jelas. Maka menurut Syaykh AS. Panji Gumilang, sentralisasi pendidikan dinilai tidak efektif dan tidak efisien.

Sementara itu, pada kenyataannya pelaksanaan pendidikan selam ini, perbedaan kualitas pendidikan desa dan kota sangan mencolok. Persoalan ini hingga kini belum terjembatani secara sistematis. Padahal kenyataannya, sebagaian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan.

Maka menurut Pemimpin Al-Zaytun ini, membangun pendidikan, mesti berfokus kepada pembangunan pedesaan. Menata dan membangun pedesaan sangat beraktibat besar kepada kestabilan kehidupan kota, baik sektor ekonomi maupun keamanan. “Mempercepat pembangunan pendidikan pendesaan akan mempercepat pembudayaan masyarakat secara luas, yang pada gilirannya akan mempercepat pemerataan budaya kemajuan yang ada didalam masyarakat Indonesia secara keseluruhan, perkotaan
aupun pedesaan.” Katanya pada Rubrik Lentera, Berita Indonesia (Edisi 13/18 Mei 2006).

Karenanya perlu diciptakan system terpadu untuk menjem-batani kualitas pendidikan kota dan desa secara serius. Keberdayaan pendidikan desa, yang merupakan tempat tinggal 57% penduduk Indonesia menjadi sangat mutlak adanya. Dengan menata pendidikan desa dapat tercipta sumber daya insani yang siap dan sanggup secara mandiri membangun desanya, sanggup menghadapi tantangan kerja berdasarkan kompetensi yang meraka peroleh melalui pengalaman pendidikan formal di sekolah.

Citra Pendidikan Modern

Ditengah-tengah merosotnya dunia pendidikan nasional, muncul berbagai pemikiran mengenai model-model pendidikan. Ada pendidikan berbasis internasional, pendidikan berwawasan global, pendidikan islam berwawasan internasional dan sebagainya. Model-model pendidikan ini telah teruji dan mampu menopang pelaksanaan pendidikan nasional. Salah satunya adalah model pendidikan Pondok Pesantren Peradaban Berskala Dunia Al-Zaytun. Sebuah pesantren modern yang berskala internasional, dengan kampus peradaban terpadu dan system modern.

Lembaga pendidikan dengan sistem pesantren modern ini terletak di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Menempati lahan seluas 1200 ha, dengan luas bangunan 200 ha dan 1.000 ha untuk lahan pertanian, peternakan dan sarana laboratorium praktek. Sejak berdiri tahun 1999, kini lembaga ini memiliki jumlah siswa-siswi sebanyak 10.000 lebih, yang terdiri dari siswa MI (Madrasah Ibtidaiyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah), dan mahasiswa UAZ-Indonesia (Universitas Al-Zaytun Indonesia).

Dengan system pendidikan satu pipa (one pipe education system) lembaga ini memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta didik yang mandiri, cerdas pikiran, emosi dan spiritualnya, bijak dan mampu memposisikan diri dalam kondisi apapun, menguasai sains dan teknologi, cinta negara dan mamou hidup dengan bangsa-bangsa lain. Dalam tujuh tahun perjalanan (1999-2006), lembaga ini mampu menanamkan image sebagai sekolah berkualitas antar bangsa, sebagai citra pendidikan modern.

Maka boleh dikatakan, jika Steven Spielberg dan pemerintah Los Angeles memanfaatkan lahan ribuan hectare untuk distrik studio film ‘Universal Studios’, maka Syaykh AS Panji Gumilang memanfaatkan ribuan hektare tanah di Indramayu untuk membangun distrik ‘Universal Education’ . Sehingga, jika orang datang ke ‘Universal Studios’ akan berdecak kagum dengan industri film di Amerika, sedangkan jika orang dating ke ‘Universal Education’ akan berdecak kagum dengan industri pendidikan di sana. (Sumber Majalah Berita Indonesia - 14/2006)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Bisnis di Internet