TSJ dan Raja Purnawarman
Tirta Sangga Jaya, dilihat dari perspektif sejarah, ternyata bukan sebuah berita besar. Nenek moyang bangsa Indonesia justru telah mengerjakan proyek-proyek yang Iebih besar dengan dukungan peralatan yang sangat sederhana.
Apakah bisa diwujudkan? Ini mungkin pertanyaan yang dilontarkan setiap orang begitu melihat desain Tirta Sangga Jaya (TSJ) yang memang cukup mahal. Pertanyaan seperti ini tentunya sangat wajar mengingat besarnya dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan gagasan Tirta Sangga Jaya. Bahkan, jika dilihat dari besarnya sumber daya yang digunakan, bisa dikategorikan sebagai proyek mercu suar. Akan tetapi, dari sisi manfaatnya, TSJ tidak pantas dikategorikan mercu suar dengan citra proyek gagah-gagahan, karena manfaatnya jauh lebih besar dari sumber daya yang digunakan untuk mewujudkan TSJ. Karma itu, Drs. Mushoddiq (46), Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Cipta Karya Informatika (CKI) Jakarta dan Dosen Sekolah Tinggi ilmu Ekonomi (STIE) IPWIJA, mengatakan tantangan apa pun yang dihadapi, tidak seharusnya menjadi penghambat untuk mewujudkan TSJ.
"Soalnya, perwujudan TSJ ditunggu banyak orang dan dibutuhkan seluruh warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi," katanya ketika ditemui Berita Indonesia di sela-sela aktivitas mengajarnya, Jumat (18/5).
Mushoddiq yang juga pengajar bidang studi sejarah di SMU Negeri 103 ini, mengatakan proyek pengendalian banjir TSJ sebenarnya bukan sesuatu yang terlalu besar dari perspektif sejarah. "Nenek moyang kita sudah mengerjakan hal-hal yang setara dengan TSJ di awal tarik Masehi," katanya.
Ia merujuk Raja Purnawarman yang memimpin Kerajaan Tarumanegara (400-500M), membangun proyek saluran air pengendalian banjir dan irigasi, bernama Sungai Candrabhaga, sepanjang 6.122 busur atau 11 kilometer. Yang sangat memukau dari pembuatan Sungai Candrabhaga (Bekasi) dan Gomanti (Kali Mati, Tangerang). Penggalian sungai itu diselesaikan hanya dalam waktu 21 hari melibatkan puluhan ribu orang. Raja Purnawarman memotong 1.000 ekor sapi untuk selamatan selesainya pembuatan sungai tersebut.
Menurut prasasti Tugu, Cilincing, Jakarta Utara, peninggalan abad kelima dari raja yang beragama Hindu ini sudah memperhatikan pengendalian banjir di musim hujan dan melindungi petani dari kekeringan pada musim kemarau. Sejarahwan Belanda, DR J Ph Vogel yang pernah menstrakripsi dan menelaah Prasasti Tugu, kini berada di Museum Nasional, sang raja sangat memperhatikan pengairan sawah-sawah para petani. Artinya, kerajaan ini sudah mencapai taraf yang tinggi di bidang pertanian.
Berdasarkan Prasasti Tugu dan prasasti-prasasti lainnya, kekuasaan Kerajaan Tarumanegara meliputi wilayah Banten, DKI Jakarta, Bogor, Bekasi dan Citarum. Kata Chandra dalam Chandrabhaga, berarti sari atau bulan. Chandrabhaga artinya sama dengan Kali Bagasasi, kemudian berubah jadi Bhagasi atau Bekasi sekarang.
Prasasti Tugu dan Chandrabhaga terletak di antara lokasi yang sama jauhnya. Ini mencerminkan pelestarian keseimbangan ekosistem. Sang raja menempuh kebijakan pemukiman yang juga didasarkan pada azas keseimbangan ekologis. Karenanya, raja memperbolehkan rawa-rawa di pedalaman diuruk untuk pemukiman. Maka muncul nama-nama, seperti Rawa Bangke, Rawa Puter atau Rawa Puter. Tetapi rawa-rawa di pesisir pantai tidak boleh diurug untuk pemukiman, karena merupakan kawasan hutan (bakau) lindung dan resapan air.
Atas kerja kerasnya, para sejarahwan memberi apresiasi yang sangat luar biasa terhadap karya monumental Raja Purnawarman tersebut. Sampai saat ini, karya besar Raja Purnawarman masih dapat dinikmati oleh masyarakat Jakarta. Menurut para arkeolog, Sungai Bagasasi di abad ke-5, sudah berganti nama menjadi Kali Bekasi.
(Sumber Majalah Berita Indonesia – Edisi 39/2007).
Apakah bisa diwujudkan? Ini mungkin pertanyaan yang dilontarkan setiap orang begitu melihat desain Tirta Sangga Jaya (TSJ) yang memang cukup mahal. Pertanyaan seperti ini tentunya sangat wajar mengingat besarnya dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan gagasan Tirta Sangga Jaya. Bahkan, jika dilihat dari besarnya sumber daya yang digunakan, bisa dikategorikan sebagai proyek mercu suar. Akan tetapi, dari sisi manfaatnya, TSJ tidak pantas dikategorikan mercu suar dengan citra proyek gagah-gagahan, karena manfaatnya jauh lebih besar dari sumber daya yang digunakan untuk mewujudkan TSJ. Karma itu, Drs. Mushoddiq (46), Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Cipta Karya Informatika (CKI) Jakarta dan Dosen Sekolah Tinggi ilmu Ekonomi (STIE) IPWIJA, mengatakan tantangan apa pun yang dihadapi, tidak seharusnya menjadi penghambat untuk mewujudkan TSJ.
"Soalnya, perwujudan TSJ ditunggu banyak orang dan dibutuhkan seluruh warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi," katanya ketika ditemui Berita Indonesia di sela-sela aktivitas mengajarnya, Jumat (18/5).
Mushoddiq yang juga pengajar bidang studi sejarah di SMU Negeri 103 ini, mengatakan proyek pengendalian banjir TSJ sebenarnya bukan sesuatu yang terlalu besar dari perspektif sejarah. "Nenek moyang kita sudah mengerjakan hal-hal yang setara dengan TSJ di awal tarik Masehi," katanya.
Ia merujuk Raja Purnawarman yang memimpin Kerajaan Tarumanegara (400-500M), membangun proyek saluran air pengendalian banjir dan irigasi, bernama Sungai Candrabhaga, sepanjang 6.122 busur atau 11 kilometer. Yang sangat memukau dari pembuatan Sungai Candrabhaga (Bekasi) dan Gomanti (Kali Mati, Tangerang). Penggalian sungai itu diselesaikan hanya dalam waktu 21 hari melibatkan puluhan ribu orang. Raja Purnawarman memotong 1.000 ekor sapi untuk selamatan selesainya pembuatan sungai tersebut.
Menurut prasasti Tugu, Cilincing, Jakarta Utara, peninggalan abad kelima dari raja yang beragama Hindu ini sudah memperhatikan pengendalian banjir di musim hujan dan melindungi petani dari kekeringan pada musim kemarau. Sejarahwan Belanda, DR J Ph Vogel yang pernah menstrakripsi dan menelaah Prasasti Tugu, kini berada di Museum Nasional, sang raja sangat memperhatikan pengairan sawah-sawah para petani. Artinya, kerajaan ini sudah mencapai taraf yang tinggi di bidang pertanian.
Berdasarkan Prasasti Tugu dan prasasti-prasasti lainnya, kekuasaan Kerajaan Tarumanegara meliputi wilayah Banten, DKI Jakarta, Bogor, Bekasi dan Citarum. Kata Chandra dalam Chandrabhaga, berarti sari atau bulan. Chandrabhaga artinya sama dengan Kali Bagasasi, kemudian berubah jadi Bhagasi atau Bekasi sekarang.
Prasasti Tugu dan Chandrabhaga terletak di antara lokasi yang sama jauhnya. Ini mencerminkan pelestarian keseimbangan ekosistem. Sang raja menempuh kebijakan pemukiman yang juga didasarkan pada azas keseimbangan ekologis. Karenanya, raja memperbolehkan rawa-rawa di pedalaman diuruk untuk pemukiman. Maka muncul nama-nama, seperti Rawa Bangke, Rawa Puter atau Rawa Puter. Tetapi rawa-rawa di pesisir pantai tidak boleh diurug untuk pemukiman, karena merupakan kawasan hutan (bakau) lindung dan resapan air.
Atas kerja kerasnya, para sejarahwan memberi apresiasi yang sangat luar biasa terhadap karya monumental Raja Purnawarman tersebut. Sampai saat ini, karya besar Raja Purnawarman masih dapat dinikmati oleh masyarakat Jakarta. Menurut para arkeolog, Sungai Bagasasi di abad ke-5, sudah berganti nama menjadi Kali Bekasi.
(Sumber Majalah Berita Indonesia – Edisi 39/2007).
1 Comments:
Allahu Akbar...3X
Tinggikan Qur'anMu,Agungkan BumiMu,Muliakan UmatMu Ya Allah.
Puji Syukur Kpd Allah SWT, Sholawat Bagi Rosulullah Muhammad SAW (yang bersahaja dan cinta umat)atas ajaran Islam yang kita peluk
Saya sebagai Umat selalu berdoa kebangkitan Islam diakhir jaman ini lekas datang adanya,doa umat Untuk Al Zaytun.
Alangkah baiknya Umat yang selalu berdoa dan berusaha untuk beribadah ini juga ikut dipupuk dan bangun seperti Bumi Zaytun, seperti halnya UKM untuk berwiraswasta
karena kami disini banyak yang pengangguran,keluarga kami anak isteri kekurangan/minim akan makanan,kesehatan,pakaian dan tempat tinggal (bersabar dan beribadah meski hidup menderita)
Cintanya Rosulullah kepada umat melebihi cinta beliau kepada diri sendiri, anak dan isteri terbukti diakhir hayat beliau menyebut umati 3X
Tidur beliau tidak nyeyak dan selalu berlinang air matanya saat melihat umat menderita (karena umat juga sayang kepada beliau berjuang bersama-sama beliau) Rosul tidak akan melupakan umat
saat umat banyak yang tidak makan apakah beliau bisa menikmati Hidangan yang lezat padahal yang masuk keperut beliau adalah berasal dari umat
Saat umat tidak mendapat tempat tinggal yang layak bersama keluarganya,apakah Rosul tidak terpukul hatinya saat masih bisa hidup di rumah mewah bersama keluarga
Saat Umat menderita bersama keluarganya apakah rosul bertamasya ke luar negri dengan keluarga beliau,
rosul sangat peka hatinya sehingga matanya selalu lebam menangis memikirkan umat yang dicintainya
Dinul Islam ini mulia jika umatnya dimuliakan (diperhatikan baik Jiwa raga batinnya) karena ulil amri adalah pelayan umat
jika umat dilupakan dan tidak dilayani oleh ulil amri dimana letak kemuliaan rosul
Memang Semua Pembangunan itu hal Yang Utama Tapi Umat adalah yang Paling Utama
Karena semua yang ada ini berasal dari umat,
Dinul Islam Bukan Perusahaan pada Umumnya yang membesarkan hanya Pabriknya sendiri dibawah cucuran keringat pegawainya (meski pegawai masih digaji UMR) dan Pemimpin yang baik hasuslah Profesional dan mengerti akan umat di bandingkan dengan perusahaan yang lain
Tapi ajaran Islam peka terhadap masalah kemanusiaan, Rohmatan Lil Alamin membawa kesejahteraan bagi Umatnya, Tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari pada islam
Kita ini hanyalah manusia yang terbuat dari tanah semuanya pasti diminta pertanggung jawaban atas semua yang jadi kewajiban kita
Saya mohon sering-2lah memikirkan umat dng melihat kondisinya,tidak menutup mata atas penderitaan umat yang sudah bersusah payah dalam beribadah
Insya Allah jika umat diayomi dipelihara, diselesaikan segala persoalannya, pasti akan muncul timbal balik yang sangat dasyat dari perngorbanan umat untuk dinul islam yang berimbas pula pada kemajuan Din ini
Mohon maaf atas segala kealpaan saya, karena dengan terpaksa komentar ini saya sampaikan mengingat penderitaan ,jerit isteri tangis anak dan kesengsaraan umat ini yang sangat panjang jika diceritakan
umat tunggu sepak terjang Al Zaytun untuk Umat Islam Bangsa Indonesia yang sudah bersama-sama beribadah dengan Zaytun
Allahu Akbar...3X
Post a Comment
<< Home