Thursday, June 22, 2006

Tamu Dari Rusia

Negara Federasi Rusia tertarik dengan system pendidikan satu pipa di Ma'had Al-Zaytun. Negara pecahan Uni Sovyet itu sangat berminat menjalin kerja sama. Ma'had Al-Zaytun (MAZ) beberapa waktu lalu mendapat kunjungan dua orang tamu istimeswa. Keduanya berkewarga-negaraan Rusia namun fasih berbahasa Indonesia. Mereka adalah Nikolay A. Tolmachev Ph.D., Sekertaris Pertama Duata Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, dan Mikhail V. Tsyganov, Kepala Biro Kantor Berita Ruisa NOVOSTI di Indonsia.

Kendati berasal dari Negara yang sama, namun keduanya punya tujuan saling berbeda berkunjung ke MAZ. Nokolay, sang diplomat, selain ingin mengetahui perkembangan islam di Indonesia, sangat tertarik dengan model sistem pendidikan yang dikembangkan MAZ. Dia pun ingin menjajaki kerja sama lebih luas antara Rusia dan MAZ.

Akan halnya Mikhail, yang telah 13 tahun di Indonesia dan menganggap negeri ini sebagai negerinya yang kedua, sesuai dengan profesinya, berniat menulis tentang MAZ yang mengembangkan sistem pendidikan berbasis budaya toleransi dan perdamaian.

Dia meyakini bahwa informasi ikhwal system pendidikan MAZ akan memberikan manfaat kepada masyarakat luas di Rusia, khususnya yang beragama Islam.

Kunjungan mereka ke pesantren ini, punya kaitan langsung dengan kepentingan negaranya. Sejak bergulirnya reformasi pada 1990, yang diikuti runtuhnya dominasi komunis di sana, kehidupan beragama kembali marak di Rusia. Baik itu agama Kristen, Islam, maupun agama-agama lainnya.

Di Rusia, seperti diceritakan Nikolay, dari 150 juta penduduk negeri itu sekitar 20 juta orang beragama Islam. Umumnya, mereka memeluk Islam secara tradisi dan turun temurun. Mereka hidup tersebar di berbagai distrik. Di kota Moskow saja yang Mayoritas penduduknya beragama Kristen ada lima buah mesjid.

Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin menaruh perhatian besar pada perkembangan keagamaan di negaranya. Termasuk mengembangkan kerja sama dengan negara-negara Islam. Sebagai catatan, sejak tahun lalu, Rusia menjadi peninjau (observer) dalam Konferensi OKI (Organisasi Negara Islam) dan bahkan berkeinginan menjadi anggota tetapnya.

Kawan Lama, Baru Jumpa

Kedatangan tamu dari negeri kawasan Eropa Timur ini disambut hangat oleh Syaykh Dr. AS Panji Gumilang beserta eksponen MAZ. "Ini pertemuan antara kawan lamay yang baru berjumpa," ujar Syaykh saat menyambut kedua tamunya.

Baik Nikolay maupun Mikhail mengaku senang bisa meninjau MAZ berikut segala aktivitas di dalamnya. Lebih dari itu, mereka sangat senang bisa bertemu Syaykh Dr. AS Panji Gumilang dan memperoleh informasi langsung dari pimpinan tertinggi sebuah lembaga pedidikan pesantren yang dinilainya sangat modern, yang memadukan pendidikan agama dan umum.

Pembicaraan antara Syaykh dan dua tamunya berlangsung akrab, tak ada kendala bahasa. Syaykh secara terbuka menjawab berbagai pertanyaan mereka, termasuk tentang dana pembangunan dan pengembangan MAZ. "Ini semua dana dari umat yang dikumpulkan secara bergotong royong, sen demi sen," ujar AS Panji Gumilang singkat.

Namun Syaykh mengatakan, pihaknya tidak selalu bersandar pada uang semata tetapi juga pada tekad atau kemauan. "Jika ada kemauan, uang pasti akan dating. Dan uang itu dating dari bangsa Indonesia yang kaya," tandas Syaykh.

Saat ditanya apa saja bantuan dari pemerintah, Syaykh menjawab bahwa bantuan dari pemerintah itu berupa izin pembangunan MAZ ini. "Itu (pemberian izin) lebih dari uang !", tegas Syaykh.

Jawaban yang sangat elegan dan bermakna dilontarkan Syaykh takkala menanggapi pertanyaan Nikolay soal ada tidaknya bantuan khusus dari negara-negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi.

"Indonesia lebih kaya dari Arab Saudi. Setiap tahun Indonesia memberikan 250.000 kali 50 dollar AS kepada Arab Saudi untuk membayar visa naik haji. Dari segi jumlah penduduk, Indonesia juga lebih besar 220 juta jiwa dibandingkan Arab Saudi yang hanya berpenduduk sekitar 8 juta jiwa.

Menyangkut berbagai masalah yang dihadapi Indonesia dewasa ini, Syaykh memandang semua masalah itu masih kecil dan bisa diselesaikan. "Masalah utama kita yang harus disikapi sangat serius adalah bagaimana mendidik bangsa ini agar cerdas".

Masih kata Syaykh, kini Indonesia baru "bisa" dalam jumlah penduduk, tapi otak penduduknya belum cerdas. Itu tugas utama kami untuk mencerdaskan bangsa Indonesia", kata Syaykh seraya menggaris-bawahi, "Dunia yang diatur oleh manusia-manusia cerdas akan selamat".

Syaykh menekankan, Rusia dan Indonesia harus menjalin kerja sama di berbagai bidang yang bersifat saling menguntungkan, termasuk bidang pendidikan.

Syaykh juga mengatakan hasratnya untuk berkunjung ke Rusia, dan tentunya lebih dulu bertemu degnan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail M. Belly. Keinginan Syaykh itu mendapat respons positif dari Nikolay. Dia berjanji untuk menjadi penghubung Syaykh dengan Pak Dubes Rusia.

Takjub

Sebelum bertemu dengan Syaykh, sehari sebelumnya Nikolay dan Mikhail berkesempatan meninjau berbagai fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan yang ada di komplek MAZ. Selama dua jam lebih mengelilingi seluruh penjuru MAZ, yang dipandu oleh Sekretaris Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) – pengelola MAZ – Abdul Halim dan beberapa eksponen lainnya, mereka begitu kagum dengan semua hal yang ada di komplek MAZ.

Sebut saja, misalnya, asrama putrid, dapur, serta ruang makan para santri, ruang guru, ruang belajar dan ruang kuliah di Gedung Perkuliahan Jenderal Besar HM Soeharto yang megah berlantai delapan, ruang laboratorium bahasa, ruang computer yang menampung 150 siswa, gedung poliklinik kesehatan yang ditangani 12 dokter umum, 2 dokter gigi dan 80 paramedis. Tak ketinggalan, Masjid Rahmatan Lil'Alamin yang masih dalam proses penyelesaian.

Kepada tamunya, Abdul Halim menjelaskan, untuk masa pendidikan selama enam tahun, setiap siswa dikenakan biaya sekitar 3.500 dollar AS yang dibayar sekaligus di muka. Ini sudah mencakup semuanya, mulai dari buku, pakaian seragam, biaya praktikum, makan, penginapan, hingga cuci pakaian, dan sebagainya. Satu tahun masa pendidikan dibagi ke dalam dua semester. Setiap satu semester (enam bulan) meliputi : lima bulan untuk belajar dan satu bulan libur.

Pada 2005 ini, MAZ telah meluluskan 1.250 santri setingkat SLTA (aliyah) dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) dengan hasil sangat memuaskan, bahkan enam lulusan MAZ masuk dalam 10 besar lulusan terbaik seluruh Jawa Barat.
Pada tahun ini pula MAZ berhasil mewujudkan system pendidikan satu pipa (one pipe education system), yakni satu system pendidikan terpadu selama 20 tahun tanpa terputus, yang dimulai dari jenjang SD (ibtidaiyah), SLTP (tsanawiyah), SLTA (aliyah), S-1, S-2, dan sampai jenjang doctoral (S-3).

Dengan sistem ini anak yang mulai masuk sekolah pada usia 6 tahun akan meraih gelar S-3 dalam usia 25 tahun. Usia yang produktif untuk mendarma-baktikan ilmunya kepada bangsa dan negara. Jumlah santri MAZ saat ini 9.447 orang, termasuk 585 mahasiswa UAZ.

Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, kepada wartawan Berita Indonesia, M. Subhan dan Suryo Pranoto, Nikolay menyatakan kekagumannya pada figure Syaykh Dr. AS Panji Gumilang.

"Beliau puny aide dan pemikiran besar. Beliau tahu idenya itu dan bisa mewujudkan apa yang menjadi pemikirannya. Figur seperti itu jarang ditemukan," tukas Nikolay dengan nada penuh takjub.

Tentang MAZ, diplomat Rusia memiliki wajah mirip Gamal Abdul Nasser, mendiang mantan Presiden Mesir, ini berdecak kagum. Biasanya pendidikan di pesantren hanya mendidik rohani, lanjut Nikolay, tapi di MAZ selain pendidikan rohani, pendidikan umum juga diberikan kepada santri guna menhadapi persaingan global.

"Pengalaman MAZ bisa diterapkan di Rusia. Di Rusia tidak ada banyak lembaga pendidikan agama, bukan hanya agama Islam tapi juga agama-agama yang lain yang hidup di Rusia," tutur Nikolay. (Sumber Majalah Berita Indonesia – 06/2005)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Bisnis di Internet