Sunday, June 03, 2007

Jakarta butuh dari solusi banjir

Banjir tahunan yang melanda lbukota Negara Jakarta seolah momok yang tak pernah mau berialu. Karena itu, sangat mengejutkan sekali manakala tersiar gagasan Tirta Sangga Jaya, yang semula lahir dari "Mimpi Syaykh AI-Zaytun AS Panji Gumilang untuk Jakarta." Gagasan ini bisa jadi solusi total atas krisis air clan banjir Jakarta.

Ide Tirta Sangga Jaya (TSJ) menurut Syaykh AS Panji Gumilang diilhami oleh pembangunan bendungan Aswan di Mesir. Sebelum dam dibangun, setiap kali musim hujan tiba, kota Kairo selain selalu dibanjiri air bah juga membawa Berta buaya-buaya Sungai Nil yang menerkam dan membunuh warga kota. TSJ juga terinspirasi oleh pengalam­an praktis Al-Zaytun dalam menerapkan manajemen teknologi panen air yang menjamin takkan terjadi lagi banjir di musim hujan, sekaligus takkan ada ke­kurangan air di musim kemarau.

Filosofi panen air Al-Zaytun dikaji dan diterapkan dari sudut pandang dalam perspektif 50 tahun ke depan. Al-Zaytun bukan bicara persoalan hari ini saja, seperti sering dilakukan oleh para pe­mangku jabatan yang daerahnya sering dilanda banjir misalnya Jakarta. Syaykh menggambarkan, "Kalau saja para pe­mangku pimpinan Al-Zavtun cara ber­pikirnya seperti orang Jakarta, baik itu pemerintahnya, maupun sipilnya, maka akan tenggelam 50 tahun lagi."

Waduk Windu Kencana yang akan menjadi simbol persembahan kepada bangsa, menandai delapan tahun ke­hadiran Al-Zaytun di jagat nasional, merupakan bukti konkrit dan miniatur mimpi bahwa Tirta Sangga Jaya bisa diwujudkan. Sebab Windu Kencana ha­nyalah cikal bakal dari rencana besar pembangunan Tirtaraksa Candrakirana Bangsa, yang akan memastikan Al-Zaytun terbebas dari gangguan banjir hingga 50 tahun ke depan. Jakarta agaknya perlu belajar mengatasi banjir ke Al-Zaytun. Pengaturan-pengaturan air secara tepat guna perlu dipikirkan lebih seksama, begitu juga infrastruktur pendukung lainnya masih banyak yang perlu di­benahi. Di lingkungan Al-Zaytun, air dikelola dan dimanfaatkan sangat efisien dan terencana.

Wakil Bupati Purwakarta, Dedy Mulyadi SH, melihat apa yang dilaksanakan oleh Al-Zaytun merupakan hasil teknologi yang perlu ditiru atau diterapkan di daerah-daerah lain. Jika masalah rutin Jakarta adalah pengendalian banjir tahunan yang sering menjadi isu nasional, Dedy pun sangat mendukung gagasan holistik Syaykh Dr. AS Panji Gumilang tentang perlunya pembangunan kanal Tirta Sangga Jaya. "Konsep ini sangat realistik, brilian dan layak ditindaklanjuti dengan riset," kata Dedy.

Jika kanal TSJ dan kanal Jakarta­ Cirebon diaplikasikan secara terpadu, tambah Dedi, maka sebagian besar banjir di Pantura Jawa akan dapat diatasi. Konsep ini, kata Dedy, dapat mengangkat harkat penduduk Jawa yang kian tidak seimbang antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Solusi Komprehensif

Soal penanganan banjir Jakarta, Ketua MPR Hidayat Nur Wahid yang terpilih menjadi anggota DPR dari daerah pe­milihan DKI Jakarta, mengusulkan solusi dengan menghadirkan satu pemahaman penyelesaian berbentuk kebijakan yang harus komprehensif. Masalah banjir Jakarta menurutnya adalah masalah besar, sebab melibatkan wilayah Jakarta dan luar Jakarta.

Hal kedua, perlu dihadirkan komitmen yang kuat dari seluruh pihak untuk menjadi bagian dari solusi. Selain pe­merintah sebagai pihak yang paling berkewajiban, perlu dilibatkan masya­rakat secara lugs, seperti mereka yang tergabung dalam partai politik, Ormas, LSM, kelompok-kelompok warga clan pemuda. Ini, kata Hidayat, akan meng­hadirkan kesadaran bahwa sesungguhnya masing-masing anggota masyarakat bisa menjadi bagian dari solusi sangat penting.

Hidayat mencontohkan, semua orang sudah tahu bahwa sesungguhnya kawasan bantaran sungai tidak boleh dihuni, ya mestinya jangan ada yang tinggal di sang. Selain karena bukan haknya, itu menjadi bagian yang bisa memicu terjadinya banjir. Atau, semua orang tahu bahwa salah satu penyebab banjir adalah kalau terjadi pendangkalan sungai akibat pem­buangan sampah, maka jangan ada lagi yang buang sampah. "Artinya, pemerintah juga harus menyediakan tempat-tempat sampah yang memadai," kata Hidayat kepada Berita Indonesia.

Hidayat berharap para calon gubernur DKI Jakarta yang akan bertarung dalam Pilkada, menghadirkan solusi total banjir Jakarta, bukan sekadar jualan politik menjelang pemilihan. Tetapi menjadi sesuatu yang diingat dan ditagih oleh rakyat, bahwa gubernur terpilih pernah punya janji membebaskan Jakarta dari banjir.

Marwan Batubara, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Provinsi DKI Jakarta, melihat persoalan banjir Jakarta dari sudut pandang yang lebih jauh. Menurutnya, selain menyelesaikan masalah banjir, Jakarta juga butuh solusi pengamanan pasokan air di musim kemarau. Dia mencermati bah­wa isu masa depan dalam hubungan antar negara adalah isu air. Marwan menunjuk Singapura. Negeri kecil ini sangat tergantung pada pasokan air dari Malaysia.

Sebagai wakil Jakarta, Marwan sangat peduli memberikan kontribusi bagi pe­nyelesaian berbagai persoalan Ibukota Negara. Soal banjir, misalnya, pada 8 Mei lalu dia menyelenggarakan rapat dengar pendapat umum mengenai "Telaah Kritis Atas Penyebab dan Solusi Banjir Jakarta".

Slamet Effendi Yusuf mengungkapkan harapannya terhadap TSJ sebagai per­wujudan dari prinsip air sebagai sumber kehidupan, bukan sebagai sumber ben­cana. Menyangkut pembiayaan proyek TSJ, Slamet Effendi Yusuf setuju dengan konsep Syaykh yang bersumber dari obligasi, namun tidak menutup pem­biayaan dari sumber lain.

Peserta rapat sepakat untuk menang­gulangi banjir di Jakarta, diperlukan lebih dari sekadar pembangunan Banjir Kanal Timur atau Deep Tunnel. Tetapi yang sangat diperlukan adalah langkah pe­nanganan yang komprehensif, termasuk meluruskan kembali tata kota yang se-lama ini menyimpang. Langkah ini perlu segera dilaksanakan sebab banjir, me­nurut mereka, masih akan menghantui Jakarta di waktu-waktu mendatang, seiring dengan perubahan iklim dunia akibat pemanasan global.

Solusi yang disampaikan para pakar itu memang masih jauh dari ide besar TSJ yang digagas Syaykh. Nurfakih selaku wakil Pemda misalnya, mengatakan, banjir yang melanda Jakarta Februari 2007, akibat dari kondisi sungai yang sudah tidak memadai untuk menampung debit air yang masuk. Air kemudian meluap dari sungai dan menggenangi sebagian besar wilayah Jakarta.

Solusinya, kata Nurfakih, dengan pem­bangunan Banjir Kanal Timur dan revi­talisasi Banjir Kanal Barat. Dia yakin optimalisasi kedua kanal tersebut dapat menjinakkan limpahan air dari 13 sungai yang mengaliri Jakarta, yang selama ini menjadi penyebab terjadinya banjir. Deep Tunnel menurutnya juga akan sangat membantu upaya penanggulangan banji- Jakarta.

Marco Kusumawijaya mengingatkan ancaman banjir akan terus meningkat seiring dengan fenomena global warming yang melanda dunia saat ini. Fakta adanya global warming berdampak pada naiknya permukaan air laut sekitar 0,5 cm setiap tahun, diikuti menurunnya permukaan tanah Jakarta sekitar 0,83 cm, dan curah hujan yang naik rata-rata dua persen setiap tahun. Semua fakta turut mening­katkan potensi terjadinya banjir di Ja­karta.

Apabila Marco menyebutkan banjir Jakarta lebih merupakan akibat dari keterbatasan lahan terbuka, sehingga air hujan tidak dapat diserap ke dalam tanah. Pendapat senada juga dipaparkan oleh Yayat Supriatna. Menurut Yayat, baik di hilir maupun di hulu, ruang terbuka hijau (RTH) terns saja meng­alami penyusutan. Bahkan di Bogor, tar­get penyediaan RTH sudah direvisi dari sebelumnya 40 persen menjadi hanya 10 persen. Ruang terbuka hijau dialihkan menjadi kawasan komersil, seperti pem­bangunan vila-vila di kawasan Puncak, dengan tujuan sempit mendatangkan pendapatan asli daerah.

Irfan Maksum termasuk sependapat dengan Syaykh Panji Gumilang tentang perlunya dibentuk semacam badan otorita di tingkat nasional dengan kewenangan penuh untuk mengelola kawasan TSJ. Alasannya, persoalan banjir melintasi berbagai wilayah administrasi peme­rintahan, sehingga diperlukan badan khusus yang mengelolanya secara menye­luruh tanpa harus disekat oleh batas teritori pemerintahan.

Paulus Wirutomo menyatakan penting perubahan paradigma penyelesaian per­soalan banjir Jakarta, dengan meng­ajukan visi educating city, yang bermakna kota mencerdaskan warganya. Kata Paulus, diperlukan komitmen pemerintah untuk memberikan informasi dan pendi­dikan kepada publik tentang permasalah­an sesungguhnya dari banjir yang terjadi hampir setiap tahun. Tujuannya, ma­syarakat dapat melakukan penilaian secara tepat dan proporsional, sehingga dapat mengambil peran aktif dalam upanya penanggulangannya.

Menyalahkan Alam

Melatari idenya, Tirta Sangga Jaya, Syaykh menjelaskan, 73 tahun yang lalu pemerintah Hindia Belanda sudah ber­usaha menertibkan Jakarta. Kata Syaykh, yang namanya Banjir Kanal Barat, dikenal dengan Kalideres, tadinya sungai tersebut mengalir lambat, lalu setelah ditertibkan menjadi degas. Pads jaman itu, Belanda membaca Jakarta dengan mengadakan sodetan sungai sebelah barat.

Bahkan sebelumnya, tahun 1887, Be­landa sudah memikirkan harus ads penampungan air kiriman dari daerah sekitar Jakarta. Maka di ujung Bogor dibangun bendungan Katulampa. Asal mula nama Katulampa adalah nama sebuah kampung, identik dengan nama seekor binatang yang berjalan tanpa benti, bernyanyi Siang malam, dan terns mencari terobosan. Bendungan Katu­lampa dibuat tahun 1887, diresmikan tahun 1911, lalu disambung pembangunan BKB.

Setelah merdeka, bangsa Indonesia lengah menata air. Akhirnya semua daerah mengalami banjir bandang. Tetapi semua orang di Jakarta malah menyalah­kan alam. Banyak orang mengatakan banjir sebagai fenomena alam, siklus tahunan atau lima tahunan. Padahal, kata Syaykh, sebetulnya dari dulu alam tidak pernah butuh Jakarta, tidak pernah butuh Al-Zaytun, tidak pernah butuh Mekkah, sebab itulah alam.

"Kalau roda alam semesta bergerak tidak kenal yang namanya Mekkah, Madinah, Roma apalagi Jakarta. Se­mua bisa digilas oleh alam," kata Syaykh. Dia menyebut banjir yang melanda Jakarta Februari 2007, bukan fenomena alam, tetapi fenomena kebodohan bang­sa. "Dengarkan orang Jakarta, ini ke­bodohan bangsa. Kok menyalahkan alam, sebab alam tidak salah, dan tidak pernah butuh manusia, tetapi manusia­lah yang butuh alam, maka Anda harus dijaga," kata Syaykh, penggagas Tirta Sangga Jaya sebagai solusi holistik mengatasi banjir Jakarta.
(Sumber Majalah Berita Indonesia – Edisi 39/2007).

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Allahu Akbar...3X
Tinggikan Qur'anMu,Agungkan BumiMu,Muliakan UmatMu Ya Allah.
Puji Syukur Kpd Allah SWT, Sholawat Bagi Rosulullah Muhammad SAW (yang bersahaja dan cinta umat)atas ajaran Islam yang kita peluk

Saya sebagai Umat selalu berdoa kebangkitan Islam diakhir jaman ini lekas datang adanya,doa umat Untuk Al Zaytun.

Alangkah baiknya Umat yang selalu berdoa dan berusaha untuk beribadah ini juga ikut dipupuk dan bangun seperti Bumi Zaytun, seperti halnya UKM untuk berwiraswasta
karena kami disini banyak yang pengangguran,keluarga kami anak isteri kekurangan/minim akan makanan,kesehatan,pakaian dan tempat tinggal (bersabar dan beribadah meski hidup menderita)

Cintanya Rosulullah kepada umat melebihi cinta beliau kepada diri sendiri, anak dan isteri terbukti diakhir hayat beliau menyebut umati 3X
Tidur beliau tidak nyeyak dan selalu berlinang air matanya saat melihat umat menderita (karena umat juga sayang kepada beliau berjuang bersama-sama beliau) Rosul tidak akan melupakan umat
saat umat banyak yang tidak makan apakah beliau bisa menikmati Hidangan yang lezat padahal yang masuk keperut beliau adalah berasal dari umat
Saat umat tidak mendapat tempat tinggal yang layak bersama keluarganya,apakah Rosul tidak terpukul hatinya saat masih bisa hidup di rumah mewah bersama keluarga
Saat Umat menderita bersama keluarganya apakah rosul bertamasya ke luar negri dengan keluarga beliau,
rosul sangat peka hatinya sehingga matanya selalu lebam menangis memikirkan umat yang dicintainya

Dinul Islam ini mulia jika umatnya dimuliakan (diperhatikan baik Jiwa raga batinnya) karena ulil amri adalah pelayan umat
jika umat dilupakan dan tidak dilayani oleh ulil amri dimana letak kemuliaan rosul
Memang Semua Pembangunan itu hal Yang Utama Tapi Umat adalah yang Paling Utama
Karena semua yang ada ini berasal dari umat,
Dinul Islam Bukan Perusahaan pada Umumnya yang membesarkan hanya Pabriknya sendiri dibawah cucuran keringat pegawainya (meski pegawai masih digaji UMR) dan Pemimpin yang baik hasuslah Profesional dan mengerti akan umat di bandingkan dengan perusahaan yang lain
Tapi ajaran Islam peka terhadap masalah kemanusiaan, Rohmatan Lil Alamin membawa kesejahteraan bagi Umatnya, Tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari pada islam
Kita ini hanyalah manusia yang terbuat dari tanah semuanya pasti diminta pertanggung jawaban atas semua yang jadi kewajiban kita

Saya mohon sering-2lah memikirkan umat dng melihat kondisinya,tidak menutup mata atas penderitaan umat yang sudah bersusah payah dalam beribadah

Insya Allah jika umat diayomi dipelihara, diselesaikan segala persoalannya, pasti akan muncul timbal balik yang sangat dasyat dari perngorbanan umat untuk dinul islam yang berimbas pula pada kemajuan Din ini

Mohon maaf atas segala kealpaan saya, karena dengan terpaksa komentar ini saya sampaikan mengingat penderitaan ,jerit isteri tangis anak dan kesengsaraan umat ini yang sangat panjang jika diceritakan

umat tunggu sepak terjang Al Zaytun untuk Umat Islam Bangsa Indonesia yang sudah bersama-sama beribadah dengan Zaytun

Allahu Akbar...3X

8:14 AM  
Anonymous Anonymous said...

Saya terpanggil utk menulis
Bro..penderitaan itu pasti lenyap..kita sama2 bina nanti..insyaALLAH

1:51 AM  

Post a Comment

<< Home

Bisnis di Internet