Tuesday, March 11, 2008

50 Persen Guru di Lima Negara E-9 Tak Berpendidikan Formal

Sebagian dari negara-negara E-9 (negara-ne­gara berpenduduk terbesar di dunia) hanya memiliki 50 persen guru yang berpendidikan strata satu (primary education train­ing). Padahal, peran guru sangat penting untuk menjadi agen per­ubahan, khususnya dalam upaya menjadikan pendidikan bisa diterima oleh semua orang (edu­cation for all/EFA).

"Indonesia termasuk salah sa­tu negara yang jumlah guru ber­pendidikan primer setara bach­elor kurang dari 50 persen," ujar Wakil Ketua Panitia the Seventh E-9 Ministerial Review Meeting (Pertemuan Sembilan Menteri­menteri Pendidikan Berpen­duduk Terbesar di Dunia), Fasli Djalal, dalam persiapan pem­bukaan pertemuan tersebut di Nusa Dua Bali, Ahad (9/3).

Jumlah guru di Indonesia, kata Faisal, mencapai 2,7 juta orang. Sedangkan jumlah guru yang memiliki pendidikan formal se­tara S1 hanya sepertiganya. Aki­batnya, kata Faisal, upaya pe­ningkatan kualitas pendidikan di Indonesia cukup terhambat.

Sembilan negara anggota E-9, adalah Cina, India, Indonesia, Brasil, Mesir, Bangladesh, Pakis­tan, Meksiko, dan Nigeria. Selain Indonesia, tambah Faisal, beber­apa negara lainnya, seperti Cina, Bangladesh, India, dan Pakistan juga termasuk sebagai negara­negara yang jumlah guru ber­pendidikan formal setingkat S1 masih di bawah angka 50 persen.

"Mungkin, baru Meksiko dan Brasil yang telah memiliki jum­lah guru berpendidikan formal setara bachelor yang lebih dari 50 persen," tambah Faisal. Menurut Faisal, jumlah guru yang melalui pendidikan formal sangat penting untuk mening­katkan kualitas pendidikan. Se­bagai sebuah profesi yang sangat mulia, Negara-negara E-9 me­nilai peran guru sangat penting untuk mencapai tujuan EFA. Be­berapa tujuan EFA itu adalah mengentaskan buta huruf dan peningkatan pendidikan kese­taraan gender pada 2015, khu­susnya di Negara-negara E-9.

Menurut Chief Section for Teacher Education Division UNESCO, Caroline Pontefract, persoalan kuantitas dan kuali­tas guru ini menjadi kian ber­tambah dengan adanya hasil ka­jian UNESCO bahwa pada 2015. Disebutkan, akan terdapat kebu­tuhan tenaga guru hingga men­capai 18 juta orang di negara-ne­gara. E-9. Padahal, kata Caroline, 67 persen warga buta huruf dari jumlah 771 juta penduduk buta huruf itu berada di negara-ne­gara E-9.

Caroline menjelaskan, perte­muan akan difokuskan mengenai peningkatan kuantitas dan kual­itas guru dalam bentuk berbagai pelatihan. Guru, kata Caroline, tidak hanya memilik pendidikan formal secara akademis, tapi juga kecakapan dalam pedagogis, serta psikologis.

Sumber : Harian Republika, Senin, 10 Maret 2008

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Bisnis di Internet