Friday, February 15, 2008

Siapa pun kagum

Siapa pun yang berkunjung ke Ma'had Al-Zaytun akan merasa kegum. Kegum melihat bangunannya yang menjulang tinggi dan kedisiplinannya yang luar biasa. Pelajar dan guru bahkan pengunjung tidak boleh merokok. "Kawasan ini benar-benar wilayah bebas rokok," ucap Abdullah, salah seorang pengunjung Ma'had Al-Zaytun. Di sepanjang kompleks pondok pesantren bertaraf internasional itu juga dilarang mengendarai mobil atau sepeda motor, kecuali ada izin dari pimpinan Ma'had. Alasannya, "polusi". Sebagai gantinya, para pekerja maupun guru menggunakan sepeda. Sepeda memiliki fungsi ganda, selain ekonomis (tanpa bahan bakar) juga sebagai alat olahraga.

Di dalam lingkungan bebas rokok, tentunya kompleks Al-Zaytun memiliki udara bersih dan nyaman. Di sepanjang sisi kiri dan kanan jalan terlihat pohon-pohon bermanfaat (pohon jati emas, zaitun, tiin, kurma dan lain-lain) dan gedung mewah seperti hotel berbintang.

Inilah sebenarnya pesantren yang sejak diresmikan oleh Prof Dr BJ Habibie (Presiden RI waktu itu) tidak henti-hentinya dikunjungi orang dari berbagai pelosok. Bukan hanya dari Indonesia, tetapi juga dari 102 negara di dunia. Tidak terbatas hanya untuk umat Islam saja, tetapi juga pemeluk agama lain (Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan lainnya). Semuanya diperlakukan dan dihormati dengan baik, sebagaimana Nabi Muhammad SAW menghormati tamunya meskipun berlainan agama, baik Nasrani maupun Yahudi.

Perlakuan yang sama terhadap pemeluk agama lain -- khususnya di negara Indonesia yang kerap muncul konflik berbau SARA -- terkandung makna yang sangat dalam dan penuh arti. Sehingga misi yang dirajut Pondok Pesantren ini, yakni mengembangkan budaya toleransi semakin bertambah nyata. Sesuai selogan yang terpampang di ruang penerima tamu, "Ma'had Al-Zaytun Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi serta Pengembangan Budaya Perdamaian".

Tak Ditemukan Kesesatan Pada Mahad Al Zaytun

Ketua Tim Peneliti Ma'had Al Zaytun yang juga Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin mengatakan tidak ditemukan kesesatan pembelajaran di Ma'had Al-Zaytun. Namun pada aspek manajemen dan kepemimpinan Pondok Pesantren tersebut perlu dibenahi lebih baik lagi.

"Secara rinci tim peneliti MUI untuk Al Zaytun tidak menemukan sesuatu yang menjadi wacana yang mengatakan adanya kesesatan dalam ponpes tersebut mengenai aspek pembelajaran di lapangan," tutur Ma'ruf Amin kepada Pelita, Rabu (11/9).

Menurut Ma'ruf Amin, pihaknya tidak menemukan kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di dalam ponpes tersebut tentang kesesatan dalam pembelajaran. "Yang ditemukan justru adanya kejanggalan dalam hal aspek manajemen ataupun kepemimpinan dalam ponpes itu. Sejauh ini tim peneliti tidak menemukan adanya tindakan mendoktrinasi para pelajar atau santri untuk masuk paham tertentu."

Ma'ruf Amin mengimbau kepada pengurus Ma'had Al Zaytun menyelesaikan aspek kepemimpinan dan manajemen agar pondok pesantren yang akhir-akhir menjadi pembicaraan masyarakat tetap eksis dan menjadi lembaga pendidikan Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia.

"Al Zaytun sepanjang tidak memiliki masalah yang substansial yang menyangkut ajaran Islam, maka keberadaan lembaga tersebut di Indonesia sah-sah saja," ucapnya lagi.

Adanya wacana tentang permasalahan keberadaan Al Zaytun, lanjut Ma'ruf Amin, terletak pada orang yang mengelola lembaga tersebut dan bukan terletak pada pembelajaran yang menyebutkan adanya aliran yang sesat dalam ponpes tersebut.

"Wajar jika ada orang tua yang khawatir anak mereka belajar di Al Zaytun, tetapi untuk mengembalikan citra Al Zaytun sebagai lembaga pendidikan Islam, maka pihak MUI dalam waktu dekat akan merekomendasikan kepada pihak Al Zaytun tentang sterilisasi Al Zaytun, sehingga orang tua tidak perlu mengkhawatirkan anak mereka untuk belajar di sana," papar Ma'ruf Amin.

Sumber : www.pelita.or.id



1 Comments:

Blogger SANTRIWATI said...

kagum ni yee ... :)

5:32 PM  

Post a Comment

<< Home

Bisnis di Internet