Sunday, June 03, 2007

Tirta Sangga Jaya (TSJ)

Di tengah krisis karya monu­mental bangsa di era modern ini, tak ada salahnya me­nengok ke belakang, mere­nung sejenak, bahwa nenek moyang kita telah mengerjakan dan mewariskan karya monumental, seperti Candi Boro­budur, yang diakui sebagai salah satu keajaiban dunia.

Dalam wujud lain, Raja Purnawar­man, penguasa Kerajaan Tarumanegara, pada abad kelima Masehi sudah me­nerapkan manajemen air dan pengen­dalian banjir yang terencana dan ber­jangka sangat jauh ke depan. Menurut catatan sejarah, Raja Purnawarman, dengan peralatan yang sangat sederhana, mampu membangun kanal, kemudian menjadi sungai, sepanjang 11 kilometer hanya dalam tempo 21 hari. Artinya, setiap satu hari diselesaikan 550 meter kanal. Kanal itu kemudian diberi nama Sungai Candra Bagasasi. Peninggalan sejarah itu, sekarang bernama Kali Cakung, membelah kawasan Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

Jadi, dilihat dari perspektif sejarah, Tirta Sangga Jaya (TSJ) boleh dibilang bukanlah sesuatu yang terlalu besar, karena nenek moyang kita sudah mengerjakannya 1507 tahun lalu dengan peralatan yang sangat sederhana. TSJ atau sabuk kanal penyangga Ibukota Negara Jakarta, merupakan gagasan tentang tata kelola air secara holistik, yaitu meng­amankan pasokan air baku dan mengendalikan arus air liar dari empat sungai besar Cisadane di barat, Ciliwung di tengah, Bekasi, dan Citarum di timur yang setiap tahun mengancam Jakarta dengan amukan banjir kiriman.

Lewat konsep tersebut, 13 sungai sebelum masuk ke Jakarta, dipotong oleh TSJ yang berbentuk huruf U. Pusat kendali waduk reservoir bisa dibangun di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Air kiriman sungai-sungai Ciliwung, Cisadane, Bekasi dan Citarum, ditampung di waduk Cibinong dan waduk-waduk persimpangan antara sungai-sungai tersebut dan kanal TSJ. Air kanal dan waduk-waduk itu dimanfaatkan juga untuk memasok kebutuhan air baku yang bermutu bagi warga Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi). Juga untuk keperluan industri perhotelan, apartemen dan perkantoran, sekaligus mencegah eksploitasi air tanah secara besar-besaran.

TSJ dengan kanal selebar 100 meter dan sepanjang lebih kurang 200 kilometer, membentang membentuk huruf U dari Cibinong ke Muara Mauk, Tangerang di sebelah barat, dan dari Cibinong menuju Muara Jaya, di sebelah timur. Gagasan ini lahir dari "Mimpi untuk Jakarta" Syaykh AS Panji Gumilang, pucuk pimpinan Lembaga Pendidikan Al-Zaytun. TSJ juga bisa berfungsi sebagai jaringan irigasi, pembangkit listrik tenaga air, pariwisata, dan prasarana angkutan sungai, baik angkutan penumpang maupun barang.
Yang jadi pertanyaan, bisakab mimpi atau gagasan itu terwujud sebagai kenyataan? Sebab, pembangunan proyek TSJ yang monumental dan spektakuler, membutuhkan biaya yang sangat mahal, menurut perkiraan Syaykh sekitar Rp 900 triliun. Namun menurut Syaykh, dana sebesar itu bisa diperoleh secara bertahap apabila dipikul bersama oleh masyarakat Indonesia yang berkemampuan secara ekonomi. Artinya, pemerintah bisa menjual Surat utang negara (SUN) atau obligasi berjangka tidak terlalu lama kepada publik.

Soalnya, TSJ diharapkan bisa mem­berikan return (penghasilan) begitu pembangunannya selesai dalam tempo 8 tahun (tahun 2015). Penghasilan TSJ diperoleh dari pasokan air baku bermutu pada perusahaan-perusahaan daerah air minum, perhotelan, perkantoran dan apartemen. Juga dari PLTA, angkutan air, angkutan jalan tol dan pariwisata.
Raja Purnawarman saja bisa membuat sungai dengan peralatan sangat seder­hana. Tentu di era kemajuan ini, putera­putera terbaik bangsa, dengan teknologi dan peralatan modern, akan mampu membuat waduk, res­ervoir, jalan tol dan jembatan.

Persoalannya apakah pemerintah punya political will (kemauan politik) untuk mengatasi persoalan-persoalan fun­damental yang dihadapi Ibukota Negara (Jakarta) secara holistik dan berjangka. panjang. Bukan semata-mata pengen­dalian banjir, tetapi juga penyediaan pasokan air baku bermutu penghentian ekspolitasi air tanah, penataan kembali tata ruang dan pemeliharaan keseimbangan lingkungan Jakarta.

Jika masalah Jakarta ditangani secara parsial, misalnya membangun terowongan air bawah tanah (deep tunnel), situ, resapan air dan sumur injeksi air, maka tak akan menyelesai­kan masalah secara menyeluruh. Jakarta takkan pernah memiliki pasokan air baku yang bermutu. Air baku kali-kali Jakarta dijejali pencemaran yang sangat serius. Sebab air baku Kali Ciliwung dan kali-kali lainnya, pada musim hujan penuh Lumpur, dan hitam pekat pada musim kemarau.

Kalau hanya berkutat di dalam, maka krisis air di Ibukota Negara Jakarta, takkan pernah selesai. Sebaliknya, air sungai­sungai itu akan semakin kotor dan tercemar. Padahal manusia sangat membutuhkan sekitar 70% pasokan air bersih untuk kehidupannya sehari-hari.

Jika kebutuhan air Jakarta tidak ditangani secara terencana dan terarah mulai sekarang, maka dalam tempo tiga atau empat tahun ke depan, Ibukota Negara ini, akan mengalami krisis air bersih yang sangat serius. Sebab sekarang saja, intrusi air laut sudah sampan ke kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, dan Tomang, Jakarta Barat. Lambat lawn, warga Jakarta yang bermukim di kawasan barat, pusat, timur dan selatan, akan menghadapi kesulitan air seperti yang sudah lama dialami oleh saudara-saudara mereka di kawasan utara.

Kapan lagi Jakarta memiliki sungai-sungai yang mengalir­kan air yang jernih dan sehat, seperti kota-kota besar dunia lainnva? Bagaimanakah nasib Program Kali Bersih (Prokasih) Jakarta? Kapankah Jakarta akan bebas dari banjir kiriman?

Semua pertanyaan tersebut hanya akan terjawab dengan membangun TSJ. Bukan mengutak-atik Banjir Kanal Barat atau Banjir Kanal Timur. Persoalan pasokan dan pengendali­an air di Jakarta, tidak bisa ditangani dari bagian tengah atau hilir. Sebab sumbernya ada di hulu. Karena itu, TSJ akan melindungi Jakarta dari punggung dan lengan, sesuatu yang sangat ideal, meskipun harganya mahal.

Krisis air Jakarta hanya bisa diatasi dengan perencanaan dan manajemen air yang menyeluruh dan berjangka jauh ke depan. Kuncinya. mari kita mulai berpikir untuk mewujudkan "Mimpi untuk- Jakarta" melalui proyek monumental Tirta Sangga Jaya.
(Sumber Majalah Berita Indonesia – Edisi 39/2007)

10 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Saya salah satu pengagum ma'had al-zaytun. yang membuat saya kagum adalah, ditengah isu-isu negatif,ma'had al-zaytun tetap membangun saya mau memberi masukan alangkah baik nya dilengkapi dengan gambar,sesuai dengan topik.terimakasih

6:23 AM  
Anonymous Anonymous said...

Allahu Akbar...3X
Tinggikan Qur'anMu,Agungkan BumiMu,Muliakan UmatMu Ya Allah.
Puji Syukur Kpd Allah SWT, Sholawat Bagi Rosulullah Muhammad SAW (yang bersahaja dan cinta umat)atas ajaran Islam yang kita peluk

Saya sebagai Umat selalu berdoa kebangkitan Islam diakhir jaman ini lekas datang adanya,doa umat Untuk Al Zaytun.

Alangkah baiknya Umat yang selalu berdoa dan berusaha untuk beribadah ini juga ikut dipupuk dan bangun seperti Bumi Zaytun, seperti halnya UKM untuk berwiraswasta
karena kami disini banyak yang pengangguran,keluarga kami anak isteri kekurangan/minim akan makanan,kesehatan,pakaian dan tempat tinggal (bersabar dan beribadah meski hidup menderita)

Cintanya Rosulullah kepada umat melebihi cinta beliau kepada diri sendiri, anak dan isteri terbukti diakhir hayat beliau menyebut umati 3X
Tidur beliau tidak nyeyak dan selalu berlinang air matanya saat melihat umat menderita (karena umat juga sayang kepada beliau berjuang bersama-sama beliau) Rosul tidak akan melupakan umat
saat umat banyak yang tidak makan apakah beliau bisa menikmati Hidangan yang lezat padahal yang masuk keperut beliau adalah berasal dari umat
Saat umat tidak mendapat tempat tinggal yang layak bersama keluarganya,apakah Rosul tidak terpukul hatinya saat masih bisa hidup di rumah mewah bersama keluarga
Saat Umat menderita bersama keluarganya apakah rosul bertamasya ke luar negri dengan keluarga beliau,
rosul sangat peka hatinya sehingga matanya selalu lebam menangis memikirkan umat yang dicintainya

Dinul Islam ini mulia jika umatnya dimuliakan (diperhatikan baik Jiwa raga batinnya) karena ulil amri adalah pelayan umat
jika umat dilupakan dan tidak dilayani oleh ulil amri dimana letak kemuliaan rosul
Memang Semua Pembangunan itu hal Yang Utama Tapi Umat adalah yang Paling Utama
Karena semua yang ada ini berasal dari umat,
Dinul Islam Bukan Perusahaan pada Umumnya yang membesarkan hanya Pabriknya sendiri dibawah cucuran keringat pegawainya (meski pegawai masih digaji UMR) dan Pemimpin yang baik hasuslah Profesional dan mengerti akan umat di bandingkan dengan perusahaan yang lain
Tapi ajaran Islam peka terhadap masalah kemanusiaan, Rohmatan Lil Alamin membawa kesejahteraan bagi Umatnya, Tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari pada islam
Kita ini hanyalah manusia yang terbuat dari tanah semuanya pasti diminta pertanggung jawaban atas semua yang jadi kewajiban kita

Saya mohon sering-2lah memikirkan umat dng melihat kondisinya,tidak menutup mata atas penderitaan umat yang sudah bersusah payah dalam beribadah

Insya Allah jika umat diayomi dipelihara, diselesaikan segala persoalannya, pasti akan muncul timbal balik yang sangat dasyat dari perngorbanan umat untuk dinul islam yang berimbas pula pada kemajuan Din ini

Mohon maaf atas segala kealpaan saya, karena dengan terpaksa komentar ini saya sampaikan mengingat penderitaan ,jerit isteri tangis anak dan kesengsaraan umat ini yang sangat panjang jika diceritakan

umat tunggu sepak terjang Al Zaytun untuk Umat Islam Bangsa Indonesia yang sudah bersama-sama beribadah dengan Zaytun

Allahu Akbar...3X

8:09 AM  
Anonymous Anonymous said...

wow...saya kagum sekali dengan al zaytun...

karena menurut saya belum ada yang bisa memberi solusi untuk jakarta yang sedikit2 kebanjiran...

dan menurut saya proyek TSJ sangat hebat...karena ini proyek yang besar sekali...

salut buat al zaytun yang terus maju...walaupun gosip2 miring menerpa...

kenapa yah ada orang yang tega memfitnah al zaytun???

kenapa mereka tidak melihat apa yang sudah dipersembahkan al zaytun untuk indonesia...

Keep on Rockin!!!!

SEMANGAAAATTT!!!

8:29 PM  
Anonymous Anonymous said...

keep moving!
anjing menggonggong kasih tulang aja..
hehehe

6:52 PM  
Anonymous Anonymous said...

gw orang jakarta..
mnurut gw jakarta itu parah bgt..
ga nyaman..
macet, polusi, kriminal, jorok, orangnya munafik, mw menang sendiri, kikir, pelit, dsb
misalnya gw jadi penguasa,,
pasti jakarta dan seisinya udah gw tenggelamin..
gw siram pake air yang banyak..
untung penguasanya bkn gw..
(EAE)
hehe
^_^

keep moving!

6:59 PM  
Anonymous Anonymous said...

lebih baik menderita didunia
tapi diakhirat bahagia..

7:01 PM  
Anonymous Anonymous said...

Semoga kemajuan yang dicapai Al-Zaytun juga sejalan dengan kemajuan umatnya. Dan bagi rekan-rekan yg bekerja disana tetep semangat. (rozy@techemail.com)

1:51 AM  
Anonymous Anonymous said...

Berita yang tahun 2008 kok nggak ada?
Salam buat pak Aan kurniawan

1:54 AM  
Anonymous Anonymous said...

Sejak Dahulu ada pendidik dan ada yang didik, yang terdidik pernah di didik, yang di didik akan mendidik... Seperti itulah Rasul mengajarkan kepada umatnya, adil dan merata.... Besarnya sebuah negara mampu melahirkan orang2 yang terdidik dan bertanggung jawab.... di samping kewajiban manusia punya hak yang sama mendapat pendidikan,... jangan jadikan umat sapi perahanan untuk menciptakan pendidik yang belum tentu bertanggung jawab

9:07 AM  
Anonymous Anonymous said...

al hamdulillah mulai ada titik temu yang dapat di lakukan supaya seimbang antara ibadah dan dunia kerja

8:56 AM  

Post a Comment

<< Home

Bisnis di Internet