Sunday, December 03, 2006

UIN Jakarta Menuju World Class University

Stigma bahwa setiap lembaga pendidikan milik Islam bermutu rendah, harus segera ditepis. Sesunguhnya lembaga pendidikan Islam juga bisa berprestasi, mampu menghasilkan lulusan terbaik, dan memberikan pencerahan bagi masyarakat luas. Dan, semangat itulah yang kini sedang digalang Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

"Harus diubah paradigma itu bahwa orang Islam bisa membangun pendidikan yang berkualitas, bisa membangun lembaga pendidikan yang diakui pada tingkat internasional dan UIN Jakarta sudah melangkah ke arah situ,'' ujar cendekiawan Muslim Prof Dr Azyumardi Azra yang selama dua periode menjabat sebagai rektor UIN, pada seminar yang digelar dalam acara Musyawarah Nasional ke-3 Ikatan Keluarga Alumni UIN (IKALUIN) di Kampus UIN Jakarta Sabtu (18/11).

Rencana tersebut, sambung Azyumardi, sudah diungkapkannya di hadapan Wakil Presiden HM Jusuf Kalla pada acara pembukaan Munas IKALUIN yang berlangsung di Istana Merdeka Selatan Sabtu (18/11) pagi. ''Seperti yang sudah saya singgung di hadapan HM Jusuf Kalla di istana Wapres bahwa kita akan membuat misalnya kampus kita di Singapura, di Bangkok Thailand, sedang dalam negosiasi, dan Desember nanti saya akan ke Jepang untuk pengembangan,'' jelasnya.

Dengan demikian, kata Azyumardi lebih lanjut, nantinya ada internasionalisasi UIN Jakarta. ''Dalam artian bahwa universitas ini harus dikenal dunia internasional, termasuk pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, termasuk juga kerjasama-kerjasama pengembangan program universitas-universitas di manca negara. Misalnya dengan negara Timur Tengah, Universitas Al-Azhar, Cairo Mesir, Syiria, Jordania, dan Yaman."

Menurut dia, tidak perlu membeda-bedakan antara pendidikan di Timur Tengah dengan di Barat, tidak mempriorotaskan Barat atau Timur Tengah. ''Semuanya penting bagi kita karena kita memerlukan orang-orang yang ahli dalam bidang tafsir, dalam bidang fikih, kita perlu orang-orang seperti itu dan itu tidak ada lagi pendidikan yang baik selain di Timur Tengah. Tentu semakin beragam dosen yang belajar, ada yang lulusan Timteng, Eropa, Australia, Amerika Serikat (AS), Jepang, itu memperkaya keilmuan di sini."

Di tempat yang sama, Ketua Umum IKALUIN Jakarta Dr AS Panji Gumilang menegaskan diinginkan atau tidak diinginkan, perubahan pasti akan terjadi. ''Kita syukuri bahwa proses perubahan dan perkembangan UIN ini betul-betul melalui proses yang alami. Dari sesuatu yang lingkupnya kecil kemudian menjadi besar dan menjadi lebih besar lagi dan kita mempunyai cita-cita sebagai universitas yang bertaraf antar bangsa."

Pandangan yang sama diungkapkan AM Fatwa, salah seorang alumni UIN Syarif Hidayatullah yang kini duduk sebagai Wakil Ketua MPR RI. Dengan tegas AM Fatwa mengatakan, ''World class university merupakan sebuah upaya untuk menjadikan UIN Jakarta sebagai pusat pengetahuan keislaman yang khas dan menjadi daya tarik dunia."

Modal menuju world class university tidak sekadar ditunjang oleh pengembangan fisik kelembagaan, tapi pada kualitas SDM yang tersedia dan mampu bersaing secara global. Secara fisik, kata Fatwa, UIN Jakarta saat ini jauh lebih bagus dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Namun kemegahan prasarana tidak akan bermakna apa-apa apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas yang mengabdikan dirinya bagi kepentingan masyarakat. Itulah sebabnya gagasan world class university harus dijadikan pijakan untuk semakin memacu lahirnya generasi-generasi akademis yang berkualitas, peduli dan dipedulikan oleh masyarakat baik lokal, nasional maupun global.

Menurut Fatwa, peningkatan kualitas pendidikan terkait dengan persoalan struktural dan kultural. Penyelesaian masalah kultural bisa dilakukan melalui peningkatan mutu SDM civitas akademika, baik melalui pelatihan maupun pendidikan lanjutan. Sementara persoalan struktural terkait dengan political will terhadap peningkatan mutu pendidikan itu sendiri, termasuk penyediaan sarana dan insfrastruktur yang memadai. ''Selama ini kesenjangan anggaran pendidikan tinggi di bawah Depdiknas dengan Depag menjadi problem tersendiri bagi upaya penyejajaran kualitas pendidikan di bawah departemen yang berbeda tersebut," komentarnya.

Sekadar perbandingan anggaran untuk STAIN/IAIN/UIN seluruh Indonesia kurang lebih sepertiga dari anggaran satu universitas negeri di bawah Depdiknas. ''Secara umum, anggaran pendidikan pada tahu 2005 untuk Depdiknas berjumlah Rp 39,4 triliun, sementara Departemen Agama hanya Rp 9,6 triliun dan 50 persennya dipakai untuk gaji pegawai. Sungguh kesenjangan yang tidak hanya membuat iri, namun memiliki konsekwensi yang cukup memrihatinkan bagi peningkatan kualitas pendidikan tinggi agama,'' kritik Fatwa. ( dam )

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Bisnis di Internet