Belajar sambil Berkebun, Tak Perlu Kerjakan PR
Menengok SD Alternatif Gratis yang diasuh Kak Seto
Merah putih. Itulah nama sekolah yang diasuh Psikolog Anak Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto. Menariknya, mulai kurikulum hingga aktivitasnya membuat anak-anak tidak fobia mengikuti sekolah yang menganut system home schooling itu. Seperti apa sekolah yang diresmikan oleh Menkes dan Meneg PP itu?
Sekolah yang terletak di Jalan Komboja 6-8 Haji gandun, Karang Tengah, Lembak Bulus, Jakarta Selatan, itu diperuntukkan bagi anak-anak yang kurang mampu. Konsep belajar di sekolah alternative gratis itu juga berbeda dengan sekolah konvensional lainnya. "Kami lebih banyak bermain dan belajar di lingkungan sekolah," ungkap Kak Seto usai peresmian sekolah alternative yang diberi nama SD Merah Putih itu, kemarin.
Menariknya, mereka yang berminat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar tidak perlu susah-susah menyiapkan dana atau buku pelajaran. Cukup datang ke lokasi kemudian ikut didaftar lalu bermain sambil belajar bersama.
Ketika Indo Pos menengok sekolah yang terletak di daerah Lebak Bulus itu, pemandangan asri langsung menyapa. Beberapa pohon buah dan bunga tertata apik. Ada sebuah pendopo bernama Puri Joglo Adhiwijna di sekolah yang muridnya rata-rata anak tukang ojek, pengamen, sopir angkot, dan pemulung itu.
Di pendopo itulah kegiatan sekolah dilakukan setiap hari. Kini sudah ada 59 anak usia 3-10 tahun yang terdaftar. Di pendopo yang cukup luas itu kegiatan sekolah dimulai pada pukul 07.00 hingga 11.00. Ada dua guru tetap dan 20 guru sukarelawan. Mereka adalah tenaga pengajar yang cinta dan memahami dunia anak.
Sekolah itu memang dirancang untuk anak-anak tidak mampu. Sekolah tersebut tetap mengacu kurikulum nasional, tapi dengan konsep home schooling. "Supaya anak-anak nyaman bersekolah sehingga tidak ada istilah fobia ke sekolah," jelas Kak Seto.
Seperti apa home schooling itu? Ternyata konsep itu diadaptasi dari pengalaman Kak Seto sendiri. Tiga dari empat anak-anaknya tidak ada yang sekolah umum. Mereka ikut home schooling. "Ini ternyata punya peranan besar agar anak tidak fobia sekolah," ungkap ayah empat anak pemilik Yayasan Nakula dan Sadewa itu.
Program itu akan membuat anak-anak lebih nyaman dan termotivasi untuk masuk sekolah. Konsep itu membuat anak-anak tidak perlu mengerjakan PR atau pun membawa banyak buku pelajaran. "Mereka tidak harus terbebani dengan banyak PR, tidak harus berat-berat membawa banyak buku, ataupun sibuk memikirkan baju seragam," ujar Kak Seto bersemangant.
Di sekolah yang bermoto Sekolah Sambil Bergembira itu anak-anak juga diajak belajar santai dan tidak terfokus dengan banyak bidang. Namun, mereka mendalami lif skill yang merupakan perpaduan antara pengembangan potensi individual tiap anak yang berbeda-beda. Pokoknya, sekolah yang juga mengajarkan dan menerapkan hidup sehat itu, anak belajar efektif tetapi santai.
Di SD Merah Putih, anak-anak juga diajak belajar sambil berkebun, bertaman, keterampilan membuat layang-layang, ataupun olahraga. Sehingga, program yang ditawarkan sekolah itu terkesan tidak kaku. Bahkan, anak-anak diajak berlatih nyanyi dengan Bertha, sang pelatih nyanyi yang sudah tidak asing lagi di Akademi Fantasi Indonsiar (AFI) seminggu sekali.
Kak Seto menambahkan, sebuah pelanggaran hak anak jika mereka merasa terpaksa ke sekolah ataupun merasa fobia. "Jangan paksa anak-anak untuk sekolah, biarkan mereka merasa ingin dan butuh untuk ke sekolah sehingga kita berpihak pada anak," pungkasnya.
(Sumber Harian Indo Pos – Ahad, 20 Agustus 2006)
Merah putih. Itulah nama sekolah yang diasuh Psikolog Anak Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto. Menariknya, mulai kurikulum hingga aktivitasnya membuat anak-anak tidak fobia mengikuti sekolah yang menganut system home schooling itu. Seperti apa sekolah yang diresmikan oleh Menkes dan Meneg PP itu?
Sekolah yang terletak di Jalan Komboja 6-8 Haji gandun, Karang Tengah, Lembak Bulus, Jakarta Selatan, itu diperuntukkan bagi anak-anak yang kurang mampu. Konsep belajar di sekolah alternative gratis itu juga berbeda dengan sekolah konvensional lainnya. "Kami lebih banyak bermain dan belajar di lingkungan sekolah," ungkap Kak Seto usai peresmian sekolah alternative yang diberi nama SD Merah Putih itu, kemarin.
Menariknya, mereka yang berminat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar tidak perlu susah-susah menyiapkan dana atau buku pelajaran. Cukup datang ke lokasi kemudian ikut didaftar lalu bermain sambil belajar bersama.
Ketika Indo Pos menengok sekolah yang terletak di daerah Lebak Bulus itu, pemandangan asri langsung menyapa. Beberapa pohon buah dan bunga tertata apik. Ada sebuah pendopo bernama Puri Joglo Adhiwijna di sekolah yang muridnya rata-rata anak tukang ojek, pengamen, sopir angkot, dan pemulung itu.
Di pendopo itulah kegiatan sekolah dilakukan setiap hari. Kini sudah ada 59 anak usia 3-10 tahun yang terdaftar. Di pendopo yang cukup luas itu kegiatan sekolah dimulai pada pukul 07.00 hingga 11.00. Ada dua guru tetap dan 20 guru sukarelawan. Mereka adalah tenaga pengajar yang cinta dan memahami dunia anak.
Sekolah itu memang dirancang untuk anak-anak tidak mampu. Sekolah tersebut tetap mengacu kurikulum nasional, tapi dengan konsep home schooling. "Supaya anak-anak nyaman bersekolah sehingga tidak ada istilah fobia ke sekolah," jelas Kak Seto.
Seperti apa home schooling itu? Ternyata konsep itu diadaptasi dari pengalaman Kak Seto sendiri. Tiga dari empat anak-anaknya tidak ada yang sekolah umum. Mereka ikut home schooling. "Ini ternyata punya peranan besar agar anak tidak fobia sekolah," ungkap ayah empat anak pemilik Yayasan Nakula dan Sadewa itu.
Program itu akan membuat anak-anak lebih nyaman dan termotivasi untuk masuk sekolah. Konsep itu membuat anak-anak tidak perlu mengerjakan PR atau pun membawa banyak buku pelajaran. "Mereka tidak harus terbebani dengan banyak PR, tidak harus berat-berat membawa banyak buku, ataupun sibuk memikirkan baju seragam," ujar Kak Seto bersemangant.
Di sekolah yang bermoto Sekolah Sambil Bergembira itu anak-anak juga diajak belajar santai dan tidak terfokus dengan banyak bidang. Namun, mereka mendalami lif skill yang merupakan perpaduan antara pengembangan potensi individual tiap anak yang berbeda-beda. Pokoknya, sekolah yang juga mengajarkan dan menerapkan hidup sehat itu, anak belajar efektif tetapi santai.
Di SD Merah Putih, anak-anak juga diajak belajar sambil berkebun, bertaman, keterampilan membuat layang-layang, ataupun olahraga. Sehingga, program yang ditawarkan sekolah itu terkesan tidak kaku. Bahkan, anak-anak diajak berlatih nyanyi dengan Bertha, sang pelatih nyanyi yang sudah tidak asing lagi di Akademi Fantasi Indonsiar (AFI) seminggu sekali.
Kak Seto menambahkan, sebuah pelanggaran hak anak jika mereka merasa terpaksa ke sekolah ataupun merasa fobia. "Jangan paksa anak-anak untuk sekolah, biarkan mereka merasa ingin dan butuh untuk ke sekolah sehingga kita berpihak pada anak," pungkasnya.
(Sumber Harian Indo Pos – Ahad, 20 Agustus 2006)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home