Berikan Pesan Positif tentang PR
Seberapa jauh Anda tahu manfaat pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru bagi anak? Ya, PR memberi banyak manfaat anak. Selain bisa meningkatkan ingatan dari pemahaman anak terhadap pelajaran di sekolah, PR bisa mengembangkan keterampilan belajar. "Keterampilan ini akan terasa niainya saat mereka meninggakan bangku sekolah," kata Vincent lannelli, penulis The Everything Father's Firs Year Book.
Lewat PR, anak bisa tahu bahwa belajar bisa langsung di mana saja. Tak hanya di kertas. PR juga memberikan manfaat yang bersifat umum. Yakni, mengajarkan sikap positif seperti kemandirian dan tanggung jawab. Tapi, PR jka tidak diberikan dan dipantau secara baik bisa memberi pengaruh negatif pada anak. Bila diberikan terlalu banyak, PR bisa merempas waktu bermain anak dan kesempatannya untuk mengembangkan keterapilan social. Pembuatan PR tanpa bimbingan dan pengawasan yang baik, bisa juga memerosotkan kebiasaan menyalin pekerjaan teman atau minta dikerjakan oleh orang lain.
Menurut dosen kedokteran anak di UT Southwestern Medical Center di Dallas ini, ada jumlah waktu paling efektif mengerjakan PR berdasarkan tingkat pendidikan. Sampai dengan kelas dua SD, paling efektif seorang anak mengerjakan PR tak lebih dari 20 menit setiap harinya. Dan kelas tiga hingga enam SD, anak-anak bisa memanfaatkan waktu mengerjakan PR-nya secara optimal sekitar 30-60 menit perhari. Jumlah pemanfaatan waktu itu meningkat dengan bertambah tinggi jenjang pendidikan anak. Dan, lamanyapun berbeda tiap harinya.
Riset menunjukkan keterlibatan orang tua bisa memberikan dampak positif dan negatif. Keterlibatan orang tua bisa mempercepat anak memahami pelajaran. "Bisa memberikan kesempatan untuk mengekspresikan sikap positif tentang nilain keberhasilan di sekolah," katanya. Tapi ada saatnya keterlibatan orang tua justru mengganggu. Di tingkat sederhana, orang tua bisa membingungkan anak bila mereka menggunakan teknik pengajaran yang berbeda.
Keterlibatan orang tua, kata Lannelli bisa menjadi campur tangan orang tua di saat mereka menyelesaikan tugas yang bisa dilakukan sendiri oleh anak. "PR ditujukan untuk dikerjakan oleh anak Anda, bukan Anda," ujar Iannelli. Terlalu banyak campur tangan orang tua akan menghambat anak menimba dampak positifnya. Yakni, kemandirian anak dan keterampilan belajar seumur hidupnya. Yang menerik, Iannelli menyarankan para orang tua dengan anak yang masih kecil untuk melakukan kegiatan sama saat anak membuat PR. Bila anak membaca, orang tua juga membaca. Bila anak membuat PR matematika, ibu misalnya, menghitung pengeluaran belanja hari itu. "Tunjukkan bahwa keterampilan yang dipelajarinya berhubungan dengan yang Anda lakukan sebagai orang dewasa," katanya.
Lewat PR, anak bisa tahu bahwa belajar bisa langsung di mana saja. Tak hanya di kertas. PR juga memberikan manfaat yang bersifat umum. Yakni, mengajarkan sikap positif seperti kemandirian dan tanggung jawab. Tapi, PR jka tidak diberikan dan dipantau secara baik bisa memberi pengaruh negatif pada anak. Bila diberikan terlalu banyak, PR bisa merempas waktu bermain anak dan kesempatannya untuk mengembangkan keterapilan social. Pembuatan PR tanpa bimbingan dan pengawasan yang baik, bisa juga memerosotkan kebiasaan menyalin pekerjaan teman atau minta dikerjakan oleh orang lain.
Menurut dosen kedokteran anak di UT Southwestern Medical Center di Dallas ini, ada jumlah waktu paling efektif mengerjakan PR berdasarkan tingkat pendidikan. Sampai dengan kelas dua SD, paling efektif seorang anak mengerjakan PR tak lebih dari 20 menit setiap harinya. Dan kelas tiga hingga enam SD, anak-anak bisa memanfaatkan waktu mengerjakan PR-nya secara optimal sekitar 30-60 menit perhari. Jumlah pemanfaatan waktu itu meningkat dengan bertambah tinggi jenjang pendidikan anak. Dan, lamanyapun berbeda tiap harinya.
Riset menunjukkan keterlibatan orang tua bisa memberikan dampak positif dan negatif. Keterlibatan orang tua bisa mempercepat anak memahami pelajaran. "Bisa memberikan kesempatan untuk mengekspresikan sikap positif tentang nilain keberhasilan di sekolah," katanya. Tapi ada saatnya keterlibatan orang tua justru mengganggu. Di tingkat sederhana, orang tua bisa membingungkan anak bila mereka menggunakan teknik pengajaran yang berbeda.
Keterlibatan orang tua, kata Lannelli bisa menjadi campur tangan orang tua di saat mereka menyelesaikan tugas yang bisa dilakukan sendiri oleh anak. "PR ditujukan untuk dikerjakan oleh anak Anda, bukan Anda," ujar Iannelli. Terlalu banyak campur tangan orang tua akan menghambat anak menimba dampak positifnya. Yakni, kemandirian anak dan keterampilan belajar seumur hidupnya. Yang menerik, Iannelli menyarankan para orang tua dengan anak yang masih kecil untuk melakukan kegiatan sama saat anak membuat PR. Bila anak membaca, orang tua juga membaca. Bila anak membuat PR matematika, ibu misalnya, menghitung pengeluaran belanja hari itu. "Tunjukkan bahwa keterampilan yang dipelajarinya berhubungan dengan yang Anda lakukan sebagai orang dewasa," katanya.
(Sumber Harian Republika - Ahad, 13 Agustus 2006)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home