Berebut "kue" Sekolah Ikatan Dinas
Selain perguruan tinggi negeri, sekolah tinggi ikatan dinas menjadi pilihan. Ikatan dinas yang ditawarkan menjadi daya tariknya. Sekolah tinggi yang menawarkan ikatan dinas masih tersu diburu para calon siswa. Sekolah ikatan dinas tidak bisa dipandang sebelah mata karena untuk mendapatkan satu bangku harus bersaing dengan ribuan pendaftar. Pekerjaan yang menjanjikan stelah lulus menjadi daya tarik utamanya. Di Indonesia ada beberapa sekolah tinggi jenis tersebut.
Salah satunya, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Lulus sekolah in dapat langsung bekerja di Departemen Keuangan. Sekolah yang memiliki luas 260.610 m2 ini berlokasi di Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya, Pondok Aren, Kab. Tanggerang. Di dalam kompleks STAN, sedikitnya terdapat sepuluh bangunan yang berfungsi sebagai administrasi, ruang pertemuan, ruang kuliah, ruang laboratorium, perpustakaan, poliklinik, koperasi, dan asrama.
Sebelum dipatenkan menjadi STAN, institusi perguruan tinggi di leingkungan Departemen Keuangan itu sudah ada sejak 1959. Misalnya, pada tahun itu tersiarlah institusi bernama Akademi Pajak dan Pabean, Kursus Djabatan Ajun Akuntan (KDAA), dan Kursus Djabatan Pembantu Akuntan (KDPA).
Program yang diselenggarakan khusus diploma bidang keuangan bertujuan menghasilkan tenaga spesialisasi di bidang keuangan. Menurut Direktur STAN Suyono Salamun, tenaga ini mempunyai pengetahuan, keterampilan, kemampuan, serta keahlian professional, dalam rangka memenuhi kebutuhan pegawai pada unit-unit lingkungan Departemen Keuangan. "Dijamin 100% lulusan bisa langsung kerja di unit-unit Departemen Keuangan. Otomatis, mereka langsung menduduki tingkat eselon I," ujarnya.
Selama pendidikan, STAN tidak membenankan uang kuliah kepada mahasiswa. Pendek kata, setelah mengenyam kuliah selama tiga tahun, para lulusan ditempatkan pada unit-unit, seperti Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPbn), Direktorat Jenderal Anggran dan Perimbangan Keuangan (DJAPK), Direktorat Jenderal Piutang Lelang Negara (DJPLN), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), dan direktorat vital lainnya.
Selain STAN, sekolah tinggi yang menawarkan ikatan dinas lainnya adalah STT Telkom. Sekolah tinggi ternama ini terletak di kawasan Dayeuh Kolot. Sebuah kawasan yang terletak di Bandung Selatan yang terpencil dan jauh dari kota. Itu kesan yang didapatkan ketika mendapati kampus yang berada di bawah bendera Yayasan Pendidikan Telkom. Tampak kontras jika dibandingkan dengan kampus lain yang cenderung mencari tempat di kawasan yang strategis.
Kendati demikian, antusiasme bersekolah di Telkom cenderung meningkat. Pada 2005 jumlah peminat sebesar 9.980. Tahun ini, jumlahnya meningkat menjadi 12.900 yang sekarang telah terseleksi menjadi 1.140 orang. Perbandingan penerimaan tahun ini 1:10. "Setiap tahun, jumlah peminat selalu bertambah. Tahun ini kami menambah jumalh menjadi 50 kursi," ujar Ketua Panita Seleksi Mahasiswa Baru tahun 2006/2007 Heroe Wijanto kepada SINDO.
Telkom memiliki 133 dosen tetap. Tenaga pengajar ini berasal dari berbagai lembaga pendidikan ternama. Sekitar 50% dari mereka merupakan lulusan ITB. Kini, jumlah seluruh mahasiswa berkisar 4.000 orang. Dengan jumlah ini, satu dosen mendapat porsi 30 mahasiswa. Mahasiswa di suguhkan berbagai jenis fasilitas. Setiap kelas dilengkapi dengan OHP dan Multidimensi Projector. Program Studi Tekni Elektro, Teknik Industri, maupun Teknik Informatika memilki berbagai jenis laboratorium dan bengkel jurusan. Setidaknya, terdapat 24 laboratorium dan bengkel yang terbuka selama 24 jam. (Sumber Harian Seputar Indonesia, – Sabtu, 5 Agustus 2006)
Salah satunya, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Lulus sekolah in dapat langsung bekerja di Departemen Keuangan. Sekolah yang memiliki luas 260.610 m2 ini berlokasi di Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya, Pondok Aren, Kab. Tanggerang. Di dalam kompleks STAN, sedikitnya terdapat sepuluh bangunan yang berfungsi sebagai administrasi, ruang pertemuan, ruang kuliah, ruang laboratorium, perpustakaan, poliklinik, koperasi, dan asrama.
Sebelum dipatenkan menjadi STAN, institusi perguruan tinggi di leingkungan Departemen Keuangan itu sudah ada sejak 1959. Misalnya, pada tahun itu tersiarlah institusi bernama Akademi Pajak dan Pabean, Kursus Djabatan Ajun Akuntan (KDAA), dan Kursus Djabatan Pembantu Akuntan (KDPA).
Program yang diselenggarakan khusus diploma bidang keuangan bertujuan menghasilkan tenaga spesialisasi di bidang keuangan. Menurut Direktur STAN Suyono Salamun, tenaga ini mempunyai pengetahuan, keterampilan, kemampuan, serta keahlian professional, dalam rangka memenuhi kebutuhan pegawai pada unit-unit lingkungan Departemen Keuangan. "Dijamin 100% lulusan bisa langsung kerja di unit-unit Departemen Keuangan. Otomatis, mereka langsung menduduki tingkat eselon I," ujarnya.
Selama pendidikan, STAN tidak membenankan uang kuliah kepada mahasiswa. Pendek kata, setelah mengenyam kuliah selama tiga tahun, para lulusan ditempatkan pada unit-unit, seperti Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPbn), Direktorat Jenderal Anggran dan Perimbangan Keuangan (DJAPK), Direktorat Jenderal Piutang Lelang Negara (DJPLN), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), dan direktorat vital lainnya.
Selain STAN, sekolah tinggi yang menawarkan ikatan dinas lainnya adalah STT Telkom. Sekolah tinggi ternama ini terletak di kawasan Dayeuh Kolot. Sebuah kawasan yang terletak di Bandung Selatan yang terpencil dan jauh dari kota. Itu kesan yang didapatkan ketika mendapati kampus yang berada di bawah bendera Yayasan Pendidikan Telkom. Tampak kontras jika dibandingkan dengan kampus lain yang cenderung mencari tempat di kawasan yang strategis.
Kendati demikian, antusiasme bersekolah di Telkom cenderung meningkat. Pada 2005 jumlah peminat sebesar 9.980. Tahun ini, jumlahnya meningkat menjadi 12.900 yang sekarang telah terseleksi menjadi 1.140 orang. Perbandingan penerimaan tahun ini 1:10. "Setiap tahun, jumlah peminat selalu bertambah. Tahun ini kami menambah jumalh menjadi 50 kursi," ujar Ketua Panita Seleksi Mahasiswa Baru tahun 2006/2007 Heroe Wijanto kepada SINDO.
Telkom memiliki 133 dosen tetap. Tenaga pengajar ini berasal dari berbagai lembaga pendidikan ternama. Sekitar 50% dari mereka merupakan lulusan ITB. Kini, jumlah seluruh mahasiswa berkisar 4.000 orang. Dengan jumlah ini, satu dosen mendapat porsi 30 mahasiswa. Mahasiswa di suguhkan berbagai jenis fasilitas. Setiap kelas dilengkapi dengan OHP dan Multidimensi Projector. Program Studi Tekni Elektro, Teknik Industri, maupun Teknik Informatika memilki berbagai jenis laboratorium dan bengkel jurusan. Setidaknya, terdapat 24 laboratorium dan bengkel yang terbuka selama 24 jam. (Sumber Harian Seputar Indonesia, – Sabtu, 5 Agustus 2006)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home