Hadiah Emas dari Negeri Singa
Di tengah gonjang-ganjing dunia pendidikan nasional, Tim Olimpiade Fisika Indonesia maraih juara umum. Bahkan Jonathan berhasil mengalahkan 380 siswa dari 84 negara dan meraih gelar Absolutely Winner dalam olimpiade fisika terbesar sepanjang sejarah.
Foto kelima anak laki-laki itu terpampang di halaman berbagai surat kabar tanah air. Wajah-wajah cerdas yang sumringah karena mereka berhasil mengharumkan nama bangsa di ajang internasioanl.
Tim Olimpiade Fisika Indonesia mengukir prestasi di Olimpiade Fisika (The International Physics Olympiad) ke-37 yang berlangsung di Singapura pada 8-16 Juli 2006 dengan menyabet empat medali emas dan satu perak.
Seperti diberitakan Kompas, 16 Juli 2006, satu peserta dari Indonesia yaitu Jonathan Pradana Mailoa mendapatkan nilai tertinggi (absolute Winner) dan meraih predikat eksperiment terbaik di antara seluruh peserta dari 84 negara.
Olimpiade Fisika SMA tingkat dunia itu diikuti oleh 386 siswa terbaik dunia dari 84 negara, yang mengikuti perlombaan dengan cara membuat eksperimen fisika serta tiga soal berbentuk esai. Dalam olimpiade tersebut China menjadi pengumpul medali emas terbanyak, yaitu lima emas.
Jumlah medali emas yang dicapai tim Indonesia pada Olimpiade Fisika 2006 di Singapura itu lebih banyak dibandingkan jumlah medali diraih pada olimpiade-olimpiade sebelumnya, yaitu tahun 2005 di Spanyol meraih dua emas dan tahun 2004 di Korea Selatan, juga dua medali emas. Padahal mereka ditargetkan meraih tiga medali emas.
Kelima siswa Indonesia yang berangkat ke Olimpiade Fisika di Singapura itu semuanya mampu meraih medali yaitu emas oleh Jonathan Pradana Mailoa (SMA Kristen 1 Penabur, Jakarta), Pangus (SMA Kristen 3 Penabur, Jakarta), Irwan Ade Putra (SMA Negeri 1 Pekan Baru) dan Andy Octavian Latief (SMA Negeri 1 Pamekasan). Sementara medali perak disumbangkan oleh M. Firmansyah Kasim (SMP Islam Athirah Makassar), yang bertanding melawan peserta dari tingakt SMA.
Sebelumnya, Media Indonesia, 9 Juli 2006, memberitakan tahun lalu Indonesia berhasil meraih dua emas di IPho 2005 di Salamanca, Spanyol, maka tahun ini mereka menargetkan bisa meraih tiga medali emas. Kelima iswa tersebut dipilih melalui seleksi yang sangat ketat dari mulai tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga seleksi nasional.
Pangus dan Irwan merupakan peraih medali emas di Olimpiade Fisika Asia lalu. Pangus juga berhasil meraih penghargaan best experiment dengan nilai eksperimen 19,7 dari maksimum 20 poin. Mereka telah dilatih oleh Ketua TOFI Yonaes Surya dengan menghabiskan waktu sejak Oktober 2005 untuk menyelesaikan soal-soal fisika teori dan soal-soal eksperimen.
Berbagai buku fisika tingkat tinggi dari MIT, Berkeley, Princeton, Moskow, dan India menjadi santapan mereka setiap ari. Ditambah dengan soal-soal Olimpiade Fisika Asia dan ajang internasional seperti Ipho dan Apho, tahun-tahun sebelumnya.
Media Indonesia juga menulis, bahwa selama penyelenggaraan olimpiade, para panitia OFI mengawasi para peserta dengan ketat untuk mastikan tidak adanya komunikasi antar para peserta. Dan, jika ada peserta yang ingin buang air kecil, panitia mendampingi mereka guna menghindari adanya kontak komunikasi via telepon genggam dengan pihak lain.
Sehari sebelumnya, telepon genggam peserta dikumpulkan oleh panitia dan baru dikembalikan setelah uji eksperimen fisika. Selain itu, selama uji teori berlangsung, para wartawan tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan. Para wartawan tidak diperbolehkan mengabil gambar. Hal ini dilakukan agar para peserta tidak terganggu konsentrasinya.
Menurut keterangan resmi dari panitia, olimpiade fisika kali ini merupakan olimpiade fisika terbesar sepanjang sejarah dengan jumlah negara peserta mencapai 85 negara. Sejak dulu, saingan terberat Indonesia adalah China.
Olimpiade fisika adalah ajang lomba fisika antar pelajar terbaik di dunia yang sudah berlangsung sejak tahun 1967. Tiap Negara boleh mengirimkan hanya lima pelajar terbaiknya. Mereka yang berhasil masuk enam persen (%) dari jumlah peserta akan meraih medali emas, 12% berikutnya perak, dan 18% berikutnya lagi perunggu. (Sumber Majalah Berita Indonesia, – 18/ 2006)
Foto kelima anak laki-laki itu terpampang di halaman berbagai surat kabar tanah air. Wajah-wajah cerdas yang sumringah karena mereka berhasil mengharumkan nama bangsa di ajang internasioanl.
Tim Olimpiade Fisika Indonesia mengukir prestasi di Olimpiade Fisika (The International Physics Olympiad) ke-37 yang berlangsung di Singapura pada 8-16 Juli 2006 dengan menyabet empat medali emas dan satu perak.
Seperti diberitakan Kompas, 16 Juli 2006, satu peserta dari Indonesia yaitu Jonathan Pradana Mailoa mendapatkan nilai tertinggi (absolute Winner) dan meraih predikat eksperiment terbaik di antara seluruh peserta dari 84 negara.
Olimpiade Fisika SMA tingkat dunia itu diikuti oleh 386 siswa terbaik dunia dari 84 negara, yang mengikuti perlombaan dengan cara membuat eksperimen fisika serta tiga soal berbentuk esai. Dalam olimpiade tersebut China menjadi pengumpul medali emas terbanyak, yaitu lima emas.
Jumlah medali emas yang dicapai tim Indonesia pada Olimpiade Fisika 2006 di Singapura itu lebih banyak dibandingkan jumlah medali diraih pada olimpiade-olimpiade sebelumnya, yaitu tahun 2005 di Spanyol meraih dua emas dan tahun 2004 di Korea Selatan, juga dua medali emas. Padahal mereka ditargetkan meraih tiga medali emas.
Kelima siswa Indonesia yang berangkat ke Olimpiade Fisika di Singapura itu semuanya mampu meraih medali yaitu emas oleh Jonathan Pradana Mailoa (SMA Kristen 1 Penabur, Jakarta), Pangus (SMA Kristen 3 Penabur, Jakarta), Irwan Ade Putra (SMA Negeri 1 Pekan Baru) dan Andy Octavian Latief (SMA Negeri 1 Pamekasan). Sementara medali perak disumbangkan oleh M. Firmansyah Kasim (SMP Islam Athirah Makassar), yang bertanding melawan peserta dari tingakt SMA.
Sebelumnya, Media Indonesia, 9 Juli 2006, memberitakan tahun lalu Indonesia berhasil meraih dua emas di IPho 2005 di Salamanca, Spanyol, maka tahun ini mereka menargetkan bisa meraih tiga medali emas. Kelima iswa tersebut dipilih melalui seleksi yang sangat ketat dari mulai tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga seleksi nasional.
Pangus dan Irwan merupakan peraih medali emas di Olimpiade Fisika Asia lalu. Pangus juga berhasil meraih penghargaan best experiment dengan nilai eksperimen 19,7 dari maksimum 20 poin. Mereka telah dilatih oleh Ketua TOFI Yonaes Surya dengan menghabiskan waktu sejak Oktober 2005 untuk menyelesaikan soal-soal fisika teori dan soal-soal eksperimen.
Berbagai buku fisika tingkat tinggi dari MIT, Berkeley, Princeton, Moskow, dan India menjadi santapan mereka setiap ari. Ditambah dengan soal-soal Olimpiade Fisika Asia dan ajang internasional seperti Ipho dan Apho, tahun-tahun sebelumnya.
Media Indonesia juga menulis, bahwa selama penyelenggaraan olimpiade, para panitia OFI mengawasi para peserta dengan ketat untuk mastikan tidak adanya komunikasi antar para peserta. Dan, jika ada peserta yang ingin buang air kecil, panitia mendampingi mereka guna menghindari adanya kontak komunikasi via telepon genggam dengan pihak lain.
Sehari sebelumnya, telepon genggam peserta dikumpulkan oleh panitia dan baru dikembalikan setelah uji eksperimen fisika. Selain itu, selama uji teori berlangsung, para wartawan tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan. Para wartawan tidak diperbolehkan mengabil gambar. Hal ini dilakukan agar para peserta tidak terganggu konsentrasinya.
Menurut keterangan resmi dari panitia, olimpiade fisika kali ini merupakan olimpiade fisika terbesar sepanjang sejarah dengan jumlah negara peserta mencapai 85 negara. Sejak dulu, saingan terberat Indonesia adalah China.
Olimpiade fisika adalah ajang lomba fisika antar pelajar terbaik di dunia yang sudah berlangsung sejak tahun 1967. Tiap Negara boleh mengirimkan hanya lima pelajar terbaiknya. Mereka yang berhasil masuk enam persen (%) dari jumlah peserta akan meraih medali emas, 12% berikutnya perak, dan 18% berikutnya lagi perunggu. (Sumber Majalah Berita Indonesia, – 18/ 2006)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home