Wednesday, November 22, 2006

Syekh Kembali Pimpin IKALUIN

Alumni Cerminan Perguruan Tinggi
Penulis: Idris Thaha dan A. Musthafa

Istana Wapres, UINJKT Online-Perkembangan suatu perguruan tinggi bisa dilihat dari alumninya. Karena itu, setiap alumni memikul tanggung jawab mengembangkan perguruan tingginya, sesuai dengan profesi yang dimilikinya. Adapun perguruan tinggi hanya memberi warna bagi alumninya.

"Kampus itu sangat ditentukan oleh para alumninya. Jika alumninya bermartabat, maka kampus juga akan baik. Karena itu, para alumni senantiasa bertanggung jawab untuk meningkatkan pengabdian dan memelihara martabatnya."

Hal demikian disampaikan Wakil Presiden RI M. Jusuf Kalla ketika membuka Musyawarah Nasional III Ikatan Alumni UIN (IKALUIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu (18/11) di Istana Wakil Presiden. Pembukaan munas itu dihadiri, antara lain, Menteri Agama M. Maftuh Basyuni, Wakil Ketua MPR, AM Fatwa dan M. Aksa Mahmud, anggota DPR Badriyah Fayumi, Zulkarnain Djabbar, Lena Mariana, dan Direktur Program Pascasarjana UIN Jakarta, Prof. Dr Komaruddin Hidayat, yang terpilih rektor UIN Jakarta periode 2006-2010.

Kalla memaparkan, kebutuhan setiap ikatan alumni bisa bermacam-macam. Karena itu, ikatan alumni sebuah perguruan tinggi hanya setinggi lebih tinggi dari perkumpulan arisan. Namun demikian, tegas Kalla, keberadaan suatu ikatan harus mendatangkan manfaat bagi alumni dan universitasnya.

Sedangkan Menteri Agama, M. Maftuh Basyumi, dalam sambutannya, berjanji akan segera mendirikan ma'had ali (perguruan tinggi, red.) di kampus UIN Syarif Hidayatullah. Biaya pendirian ma'had ali itu bisa diambil dari Dana Abadi Umat (DAU). Namun, ia akan berhati-hati dan tidak buru-buru menggunakan DAU, karena tidak ingin mengulangi pendahulunya.

Pada saat yang sama, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, dalam sambutannya, memaparkan kemajuan-kemajuan yang sudah dicapai UIN Jakarta. Sejak berubah menjadi universitas, UIN Jakarta berkembang pesat, dari bidang akademik, administrasi dan keuangan, kemahasiswaan, hingga kerjasama-kerjasama, baik dengan lembaga di dalam negeri maupun luar negeri.

Setelah dibuka di Istana Wapres, kegiatan munas dilanjutkan di Auditorium Utama, UIN Jakarta, hingga sore. Dalam munas ini, Syekh Ma'had Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, AS Panji Gumilang terpilih kembali sebagai Ketua IKALUIN Jakarta periode 2006-2011. Syekh, begitu ia akrab disapa, terpilih secara aklamasi oleh 300-an peserta munas.

Syekh Ma'had al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat itu memiliki nama lengkap Syaikh Abdussalam Panji Gumilang. Lahir di Gresik, 30 Juli 1946. Bapak beranak tujuh ini merupakan alumni Jurusan Sastra Arab Fakultas Adab, IAIN (sekarang UIN) Jakarta. Ia pernah menjadi guru di Madrasah Darussalam Ciputat.

Dalam sambutannya, Syekh mengatakan, berusaha melanjutkan program-program kerjany, seperti menerbitkan Jurnal Tsaqafah, ensiklopedia bahasa Arab, dan melakukan pemberdayaan alumni UIN Jakarta.

Dalam laporan pertanggungjawaban program kerjanya, Syekh memaparkan hasil-hasil kerja yang telah dilakukan. Kerja yang telah dicapai pada masa kepemimpinannya, antara lain, selain menerbitkan Jurnal Tsaqafah, juga mengembangkan modal yang dimiliki sebelumnya, dari sembilan juta rupiah menjadi Rp 250 juta, dan memberikan beasiswa kepada 55 mahasiswa di UIN Jakarta.

Seorang peserta, M. Taufik mengungkapkan, kepada UINJKT Online, rasa apresiasi terhadap capaian kerja yang telah dilakukan Panji selama mengetuai IKALUIN. "Peran IKALUIN, semakin dirasakan masyarakat ketika berbagai program yang telah digagas oleh periode Syekh," tuturnya. Terpilihnya kembali Syekh sebagai ketua umum adalah bentuk nyata pengakuan dari para alumni tentang keberhasilan kerjanya.

Selain memilih ketua umum IKALUIN, munas juga diisi seminar, pelatihan kewirausahaan,dan pameran buku. Hadir sebagai pembicara di antaranya anggota DPR RI yang juga alumni UIN Jakarta, Ade Komaruddin dan Wakil Menpora, Ayakhsa Dault.*
Sumber : UINJKT.AC.ID


Berita Selengkapnya !

Organisasi Alumni Jangan Terlibat Politik

JAKARTA--MIOL: Organisasai alumni perguruan tinggi diminta tidak terlibat urusan politik untuk menghindari perpecahan. Jika perpecahan terjadi, fungsi organisasi alumni yang diharapkan menjadi solusi kebutuhan alumni akan terabaikan.

Hal itu diungkapkan Wakil Presiden Jusuf Kalla dihadapan sekitar 300 peserta Munas Ikatan Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah di kantor Wapres, Sabtu (18/11). Hadir dalam pembukaan Munas tersebut antara lain Menag Maftuh Basyuni, mantan Rektor UIN Azyumardi Azra, Rektor UIN Komarudin Hidayat dan Ketua Ikatan Alumni UIN Panji Gumilang.

"Begitu (organisasi) alumni ingin masuk ke dunia politik akan langsung pecah karena disitu ada Golkar, PDI, PAN, Partai Demokrat. Jadi jangan disentuh itu karena itu menyebabkan perpecahan ke dalam," saran Kalla yang juga Ketua Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin.Menurut Kalla, ikatan alumni harus mampu menjadi solusi bagi kebutuhan alumninya. Bagi alumni muda kebutuhannya adalah bagaimana dia mendapatkan pekerjaan. Sedangkan alumni senior membutuhkan peningkatan dari sisi intelektual.

Namun secara umum, ikatan alumni berfungsi sebagai networking bagi alumninya sehingga alumni bisa berkembang. "Bikin networking siapa tahu ada perkembangan, ketemu Menag bisa naik pangkat, begitu-begitulah. Bagi yang bisnis, jika ada proyek barangkali bisa dibicarakan, " canda Kalla yang langsung disambut tepuk tangan meriah dari peserta Munas.

Kalla menyatakan hubungan antara alumni dengan kampusnya sangat erat. Jika alumninya bermartabat, maka bermartabat pula kampus tersebut. Hal tersebut tidak beda dengan sebuah mobil yang bagus pasti dihasilkan oleh pabrik yang bagus."Begitu juga sebaliknya kalau kampusnya dipandang sebelah mata maka pasti alumninya juga demikian," tutur Kalla.Karena itu Kalla menyatakan perlunya peningkatan yang terus menerus baik alumni maupun kampus sehingga kedua-duanya karena keduanya memang berhubungan erat.Kalla juga meminta UIN dan alumninya membuat kajian terutama yang terkait dengan agama dan kesejahteraan umat.
Dia mencontohkan ketidakadilan kini terjadi antar negara islam dengan melonjaknya harga minyak.Naiknya harga minyak menyebabkan negara di Timur Tengah yang mayoritas berpenduduk muslim makin kaya. Padahal di sisi lain, naiknya harga minyak di negara-negara yang tidak menghasilkan minyak menyebabkan masyarakatnya menjadi miskin."Berarti terjadi transfer kekayaan dari negera miskin ke negara kaya. Padahal harusnya sebaliknya. Hal-hal seperti ini tentu harus dikaji," tuturnya. (Fud/OL-06) Penulis: Mahfud
Sumber : UINJKT.AC.ID
Berita Selengkapnya !

Bisnis di Internet