50 Persen Guru di Lima Negara E-9 Tak Berpendidikan Formal
Sebagian dari negara-negara E-9 (negara-negara berpenduduk terbesar di dunia) hanya memiliki 50 persen guru yang berpendidikan strata satu (primary education training). Padahal, peran guru sangat penting untuk menjadi agen perubahan, khususnya dalam upaya menjadikan pendidikan bisa diterima oleh semua orang (education for all/EFA).
"Indonesia termasuk salah satu negara yang jumlah guru berpendidikan primer setara bachelor kurang dari 50 persen," ujar Wakil Ketua Panitia the Seventh E-9 Ministerial Review Meeting (Pertemuan Sembilan Menterimenteri Pendidikan Berpenduduk Terbesar di Dunia), Fasli Djalal, dalam persiapan pembukaan pertemuan tersebut di Nusa Dua Bali, Ahad (9/3).
Jumlah guru di Indonesia, kata Faisal, mencapai 2,7 juta orang. Sedangkan jumlah guru yang memiliki pendidikan formal setara S1 hanya sepertiganya. Akibatnya, kata Faisal, upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia cukup terhambat.
Sembilan negara anggota E-9, adalah Cina, India, Indonesia, Brasil, Mesir, Bangladesh, Pakistan, Meksiko, dan Nigeria. Selain Indonesia, tambah Faisal, beberapa negara lainnya, seperti Cina, Bangladesh, India, dan Pakistan juga termasuk sebagai negaranegara yang jumlah guru berpendidikan formal setingkat S1 masih di bawah angka 50 persen.
"Mungkin, baru Meksiko dan Brasil yang telah memiliki jumlah guru berpendidikan formal setara bachelor yang lebih dari 50 persen," tambah Faisal. Menurut Faisal, jumlah guru yang melalui pendidikan formal sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagai sebuah profesi yang sangat mulia, Negara-negara E-9 menilai peran guru sangat penting untuk mencapai tujuan EFA. Beberapa tujuan EFA itu adalah mengentaskan buta huruf dan peningkatan pendidikan kesetaraan gender pada 2015, khususnya di Negara-negara E-9.
Menurut Chief Section for Teacher Education Division UNESCO, Caroline Pontefract, persoalan kuantitas dan kualitas guru ini menjadi kian bertambah dengan adanya hasil kajian UNESCO bahwa pada 2015. Disebutkan, akan terdapat kebutuhan tenaga guru hingga mencapai 18 juta orang di negara-negara. E-9. Padahal, kata Caroline, 67 persen warga buta huruf dari jumlah 771 juta penduduk buta huruf itu berada di negara-negara E-9.
Caroline menjelaskan, pertemuan akan difokuskan mengenai peningkatan kuantitas dan kualitas guru dalam bentuk berbagai pelatihan. Guru, kata Caroline, tidak hanya memilik pendidikan formal secara akademis, tapi juga kecakapan dalam pedagogis, serta psikologis.
Sumber : Harian Republika, Senin, 10 Maret 2008
Berita Selengkapnya !
"Indonesia termasuk salah satu negara yang jumlah guru berpendidikan primer setara bachelor kurang dari 50 persen," ujar Wakil Ketua Panitia the Seventh E-9 Ministerial Review Meeting (Pertemuan Sembilan Menterimenteri Pendidikan Berpenduduk Terbesar di Dunia), Fasli Djalal, dalam persiapan pembukaan pertemuan tersebut di Nusa Dua Bali, Ahad (9/3).
Jumlah guru di Indonesia, kata Faisal, mencapai 2,7 juta orang. Sedangkan jumlah guru yang memiliki pendidikan formal setara S1 hanya sepertiganya. Akibatnya, kata Faisal, upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia cukup terhambat.
Sembilan negara anggota E-9, adalah Cina, India, Indonesia, Brasil, Mesir, Bangladesh, Pakistan, Meksiko, dan Nigeria. Selain Indonesia, tambah Faisal, beberapa negara lainnya, seperti Cina, Bangladesh, India, dan Pakistan juga termasuk sebagai negaranegara yang jumlah guru berpendidikan formal setingkat S1 masih di bawah angka 50 persen.
"Mungkin, baru Meksiko dan Brasil yang telah memiliki jumlah guru berpendidikan formal setara bachelor yang lebih dari 50 persen," tambah Faisal. Menurut Faisal, jumlah guru yang melalui pendidikan formal sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagai sebuah profesi yang sangat mulia, Negara-negara E-9 menilai peran guru sangat penting untuk mencapai tujuan EFA. Beberapa tujuan EFA itu adalah mengentaskan buta huruf dan peningkatan pendidikan kesetaraan gender pada 2015, khususnya di Negara-negara E-9.
Menurut Chief Section for Teacher Education Division UNESCO, Caroline Pontefract, persoalan kuantitas dan kualitas guru ini menjadi kian bertambah dengan adanya hasil kajian UNESCO bahwa pada 2015. Disebutkan, akan terdapat kebutuhan tenaga guru hingga mencapai 18 juta orang di negara-negara. E-9. Padahal, kata Caroline, 67 persen warga buta huruf dari jumlah 771 juta penduduk buta huruf itu berada di negara-negara E-9.
Caroline menjelaskan, pertemuan akan difokuskan mengenai peningkatan kuantitas dan kualitas guru dalam bentuk berbagai pelatihan. Guru, kata Caroline, tidak hanya memilik pendidikan formal secara akademis, tapi juga kecakapan dalam pedagogis, serta psikologis.
Sumber : Harian Republika, Senin, 10 Maret 2008