Tuesday, April 24, 2007

Mengelola Air Sembari Berbisnis

Proyek (mimpi) Tirta Sangga Jaya bilamana terwujud jadi kenyataan punya multi manfaat. TSJ menjadi sarana pengelolaan air yang bisa dikembangkan menuju bisnis air baku, transportasi air dan jalan, pembangkit listrik tenaga air serte pariwisata.

Mimpi Syaykh AS Panji Gumilang untuk Jakarta, bisa menjadi proyek monumetal yang masuk akal dengan menata aliran air dari Sungai Cisadane, Ciliwing, Bekasi dan Citarum serta sejumlah sungai kecil yang menyerbu Ibukota Negara. Syaykh prihatin atas nasib Ibukota Negara dan masyarakat Jabodetabek yang mengalami kesulitan lantaran terjangan air bah di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Padahal dengan tatakelola air yang diimpikannya lewat pembangunan kanal huruf U, selain memanfaatkan air dengan semerstinya. Juga menawarkan berbagai bisnis yang menggiurkan. Atau, “sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.”

Mimpi tentang TSJ bermula dari keprihatinan aas nasib sial yang menimpa Ibukota Negara yang setiap tahun terancam banjir, terutama air kiriman dari daerah hulu. Setiap musim hujan air terbuang percuma ke Laut Jawa. Setelah menerjang kawasan-kawasan pemukiman Jakarat. Padahal di musim kemarau para petani Banten dan Kerawang-Bekasi berteriak kekurangan air lantaran pasokan air dari Waduk Jatiluhur tak mampu menjangkau daerah pertanian di sepanjang kawasan Pantura (Pantai Utara) Jawa.

TSJ bukan semata-mata proyek pengendalian banjir Jakarta, melainkan juga menawarkan berbagai peluang bisnis dan kesempatan kerja bagi masyarakat Jabodetabek. Secara geografis, TSJ menghubungkan tiga provinsi-DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Jalan tol dua arah yang melintas di luar Jakarta – dari Sumatera ke Jawa, Bali dan NTB, dan sebaliknya, secara berarti akan mengurangi beban jalan-jalan Ibukota dari kendaraan berat, seperti truk gandeng, trailer dan bus. Juga, dengan membangun PLTA di Waduk Cibinong, maka kekurangan pasokan listrik di wilayah Jabodetabek bisa teratasi.

Bisnis Basah Air Bakau

Banyak perusahaan daerah air minum kesulitan air baku. Proyek Tirta Sangga Jaya menawarkan jalan keluar yang menggiurkan.

Manajemen PT. Aqua Golden Misissippi Tbk, akhir 2005, berencana mengubah status dari perusahaan terbuka (go public) menjadi perusahaan tertutup (go private). Pihak manajemen berencana menghentikan (delisting) perdagangan sahamnya dari lantai Bursa Efek, Jakarta (BEJ). Namun dalam tiga kali Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham, peserta RUPS tidak pernah mencapai quorum 75%. Artinya, para pemegang saham, khususnya pemegang saham independen yang minoritas, sama sekali tidak menyetujui rencana delisting dari BEJ.

Pertanyaan yang paling penting,kenapa ada setuju dan tidak setuju pada go publi dan go private? Jawabannya, keduan-duanya menginginkan keuntungan yang maksimal. Pemegang saham independen menyadari bahwa bisnis air minum terlebih dengan posisi kepemimpinan pasar Aqua, merupakan bisnis yang sangat menguntungkan. Jadi, tidak heran jika tawaran harga Rp 100.000 per lembar saham dari pemegang saham pengendali ditolak oleh pemegang saham independen. Padahal nilai riil saham PT. Aqua Golden Misissippi saat itu hanya ribuan rupiah per lembar. Bisnis air mineral merupakan mesin yang menggiurkan bagi banyak orang.

Bisnis Sepanjang Zaman

Bisa saja orang menganggap TSJ hanya proyek mimpi yang tak mungkin terwujud. Namun dari segi penyediaan dan pasokan air baku saja, proyek kalau sudha jalan, bisa menjadi mesin uang tidak terkira. Tanpa diuraikan secara rincipun TSJ dengan rencana pembangunan kanal sepanjang 240 KM, pasti mampu memasok air baku dalam jumlah sangat besar. Dari bisnis air baku saja, TSJ bisa meraup uang triliunan rupiah setiap tahun. Karena air merupakan sumber pokok kehidupan manusia, ternak dan industri. Bisnis air baku di manapun di dunia memiliki posisi yang amat prospektif, bisa disejajarkan dengan komoditi-komoditi unggulan lainnya.

Misalnya, dalam 100 tahun terakhir, komoditi air minum sering disejajarkan dengan minyak mentah atau gas (Migas) dala perspektif pembandingan apple to apple. Atau dalam sepuluh tahun terakhir diperbandingkan dengan bisnis teknologi informasi (IT).

Sejak awal abad ke-20, bisnis Migas di sebut-sebut sebagai bisnis paling bergengsi. Namun para pelaku bisnis belakangan ini lebih percaya menanamkan uangnya ke dalam bisnis air minum ketimbang Migas, kenapa?

Logika berpikirnya sangat sederhana. Walaupun penting, kenyataannya tidak semua orang membutuhkan Migas. Berbeda dengan air, dibutuhkan hampir setiap saat. Manusia mampu bertahan hidup dan sehat selama 3 x 24 jam tanpa makanan. Namun dalam 1 x 12 jam tubuh manusia akan langsung melemah jika tidak mengonsumsi air atau paling sedikit terancam dehidrasi.

Itulah sebabnya mengapa usaha-usaha air minum paling kecil sekalipun, seperti pedagang kaki lima dapat bertahan hidup dari sekedar menjajakan air mineral atau minuman lain seperti teh, kopi atau susu dalam kemasan. Itu semata-mata didorong tingginya intensitas masyarakat dalam mengonsumsi air. Inilah yang menempatkan air baku sebagai bisnis yang sangat prospektif. Jika dikelola dengan baik, bisnis air dapat berlangsung sepanjang masa.

Kemitraan Bisnis

Keberadaan TSJ yang melintasi atau berdekatan dengan seluruh kawasan Jabodetabek, memberikan kemudahan tersendiri dalam pendistribusian air baku. Posisi strategis ini memberi peluang besar bagi air baku TSJ untuk mengakses dan diakses PDAM-PDAM di daerah sekitarnya. Ada sekitar 8 PDAM yang berpotensi menjadi mitra bisnis TSJ, yakni PDAM Kabupaten Bekasi, PDAM Kabupaten Kerawang, PDAM Kabupaten Bogor, PDAM kabupaten Tanggerang, PDAM Kota Bekasi, PDAM Kota Bogor, PDAM Kota Tanggerang, dan PDAM DKI Jakarta.

Salah satu poin penting dari keberadaan TSJ sebagai pemasok air baku adalah kemungkinan kualitas airnya yang jauh lebih baik dari sumber air baku yang selama ini digunakan PDAM-PDAM tersebut.

Di satu sisi, kualitas air baku yang berkualitas memudahkan TSJ mengikat perjanjian kemitraan dengan PDAM-PDAM tersebut. Di sisi lain, kualitas air baku TSJ akan memberi banyak insentif kepada PDAM-PDAM tersebut.

Pertama, ongkos pengelolaan air baku bisa ditekan, karena PDAM tidak perlu melakukan proses pembersihan berulang-ulang untuk mendapatkan standar air bersih yang dibutuhkan. Selama ini, PDAM mengeluh rugi karena mutu air baku yang sangat buruk. Mereka harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk pengolahan air baku agar mendapatkan mutu air yang dibutuhkan konsumen.

Kedua, berkurangnya ongkos pengolahan air baku, akan dengan sendirinya mengurangi biaya distribusi air bersih ke para pelanggan. Dengan demikian, setiap PDAM berpeluang meningkatkan keuntungan.

Ketiga, efisiensi tersebut memberi peluang bagi PDAM utuk membuat lompatan besar, melebarkan wilayah usaha dengan mengembangkan jaringan distribusi guna menjangkau lebih banyak pelanggan, dan meningkatkan mutu air bersih supaya siap minum.

Penggunaan air baku yang bermutu melipat-gandakan keuntungan yang akan diraih masing-masing PDAM. Ini merupakan kunci utama bagi TSJ mengikat perjanjian kemitraan dengan PDAM.

Dalam estimasi minimal dengan asumsi menjaring 20 juta pelanggan air bersih di seluruh kawasan Jabodetabek dan sekitarnya, maka TSJ berpeluang memasok sekitar 50 juta meter kubik air baku per bulan atau 600 juta meter kubik per tahun. Katakan saja, air baku itu dijual ke PDAM Rp 2.000 per meter kubik, maka diperoleh omzet sebanyak Rp 1,2 triliun setahun. Saat ini jumlah pelanggan PDAM di wilayah Jabodetabek masih sekitar 2 juta KK. Dengan pasokan air baku TSJ, jumlah pelanggan PDAM bisa melompat 10 kali lipat atau 20 juta pelanggan.

Tentu, begitu proyek ini menjadi kenyataan, perhitungan yang lebih persis bisa dilakukan oleh tim profesional.

Bisnis Pariwisata

Kawasan TSJ juga berpeluang besar mendulang uang masyarakat Jakarta dari liburan akhir pekan. Lewat konsep multisensasi, kawasan wisata TSJ bisa meraup para pelancong jauh lebih besar dari kawasan-kawan wisata lainnya di wilayah Jabodetabek.

Ada kelakar di kalangan masyarakat profesional Jakarta. Mengantisipasi kemacetan setiap Jum’at sore, lebih baik terlambat tiba di rumah daripada terjebak kemacetan sangat parah di jalan. Atau memilih alternatif pulang lebih awal. Tetapi saat yang bersamaan, ribuan orang membuat janji dengan rekan atau sejawat bisnis. Maka ketika mereka tumpah di jalan pada waktu yang bersamaan, meninggalkan kantor lebih awal pun, bisa terjebak macet. Biasanya, pasangan atau keluarga memulai liburan akhir pekan mereka pada hari Jum’at. Bagi masyarakat Jakarta, dua tujuan penting untuk berlibur : ke arah Puncak atau Pantai Carita.

Namun kawasan wisata TSJ bisa menawarkan paket wisata dengan kapal pesiar atau menikmati dam Cibinong dengan segala fasilitas yang ditawarkan. Kalau memilih berlibur ke kawasan wisata, para pelancong tidak perlu mengambil jalan darat. Mereka bisa mengambil transportasi air dengan menitip kendaraan mereka di setiap dermaga transit. Di tempat-tempat tertentu, mereka bisa menikmati fasilitas hotel, restoran, olah raga dan rekresasi di alam terbuka. Mereka bisa mengambil paket wisata tiga dimensi : marina, alam dan air. Misalnya, mengambil paket penuh pelayaran dengan kapal pesiar 24 jam plus fasilitas penginapan dan restoran.
(Sumber Berita Indonesia – Edisi 36/2007)

Berita Terkait :
- Jangan Buang Air ke laut.
- Tirta Sangga Jaya, Nama Yang Bagus.
- Pendanaan Tirta Sangga Jaya.
- Waduk Windu Kencana.
Berita Selengkapnya !

Pendanaan Tirta Sangga Jaya

Sepuluh persen saha dari total jumlah penduduk Indonesia membeli obligasi negara senilai minimal 4.200 dolar AS (setara dengan Rp 38,64 juta), mimpi Tirta Sangga Jaya akan menjadi kenyataan.

Mewujudkan mimpi “Tirta Sangga Jaya“ memerlukan biaya yang sangat besar. Dengan panjang 240 kilometer melintasi Bodetabek, lebar sungai 100 meter dan masing-masing sisi kanan dan kiri bantaran kanal dibangun jalan raya selebar 50 meter membutuhkan luas lahan 48.000 kilometer persegi.

Pengerjaan TSJ diperkirakan membutuhkan 5.000 unit excavator baru dalam waktu bersamaan. Jika masing-masing unit seharga 100.000 dollar AS, maka untuk pengadaan excavator saja proyek Tirta Sangga Jaya membutuhkan dana 500 juta dollar AS yang bila dirupiahkan dengan kurs Rp 9.200, sama dengan Rp 4,6 triliun. Syaykh AS Panji Gumilang sendiri memperkirakan akan dibutuhkan total biaya sedikitnya 100 miliar dollar AS, setara dengan Rp 920 triliun.

Para insinyur, arsitek dan semua yang terlibat pembangunan proyek, tentu bisa segera memilah-milah alokasi penggunaan dananya. Misalnya, berapa persen untuk biaya konsultasi, biaya tenaga kerja (manhours) untuk ratusan ribu pekerja selama tiga tahun, biaya peralatan, biaya material dan bahan-bahan, dan biaya-biaya lainnya. Para praktisi ekonomi makro maupun mikro juga bisa menghitung proyek ini dari sudut pandangnya masing-masing.

Bila besarnya biaya pembangunan Tirta Sangga Jaya digambarkan dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia, yang saat ini mencapai 1.300 triliun. Maka, apabila biaya pembangunan proyek mencapai Rp 920 triuliun, itu sama dengan 71 persen dari PDB. Artinya, Indonesia akan bisa mewujudkan Tirta Sangga Jaya dengan tidak makan-minum selama 258,30 hari dalam setahun.

Atau, apabila selama tahun 2007 ini pemerintah menganggarkan angaran Belanja Negara sebesar Ro 350 triliun, maka pemerintah bisa membangun Tirta Sangga Jaya selama 2, 6 tahun dengan syarat tidak melakukan investasi apapun sebab seluruh investasi pembangunan dialokasikan ke proyek Tirta Sangga Jaya. Tetapi apakah pendanaan model seperti ini yang diimpikan Syaykh? Ternyata tidak.

Syaykh mengatakan, jika Indonesia dalam sekali utang bisa meminjam ke luar negeri 40 miliar dollar AS, maka proyek mandiri nasional Tirta Sangga Jaya tidak perlu meminjam ke luar negeri, melainkan dengan menerbitkan obligasi yang hanya diperjual-belikan di dalam negeri.

Syaykh mempunyai hitungan tersendiri dengan merujuk jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa. Syaykh percaya jika terdapat 10% dari jumlah penduduk yang memiliki uang diam dan mampu membeli obligasi senilai minimal 4.200 dollar AS (setara dengan Rp 38,64 juta), maka dengan mengajak mereka saja sudah terkumpul dana sebesar 100,8 milyar dollar AS setara dengan Rp 927,360 triliun. Mimpi Tirta Sangga Jaya pun pasti terwujud.
(Sumber Berita Indonesia – Edisi 36/2007)

Berita Terkait :
- Jangan Buang Air ke laut.
- Mengelola Air Sambil berbisnis.
- Tirta Sangga Jaya, Nama Yang Bagus.
- Waduk Windu Kencana
Berita Selengkapnya !

Jangan Buang Air ke Laut

Cuplikan lirik lagu keroncong Bengawan Solo ciptaan Gesang ; “Air mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut“ menjadi tidak relevan lagi, karena air yang dikelola dan dimanfaatkan dengan baik menjadi sangat berguna bagi kehidupan manusia.

Pusat pendidikan Al-Zaytun tengah membangun Waduk Windu Kencana menjadi pusat pertanian terpadu (integrated farming), terintegrasi dengan sistem pengelolaan air (manajemen air) sungai Cibanoang sepanjang 6,5 kilometer. Air ini akan dimanfaatkan untuk pengairan, perikanan air tawar dan kebutuhan air baku. Agaknya apa yang dilakukan Al-Zaytun bisa menjadi model bagi proyek pengelolaan air yang lebih holistik.

Pucuk pimpinan Al-Zaytun, Syaykh AS Panji Gumilang, punya mimpi spektakuler bagi pengelolaan dan pemanfaatan air liar di Ibukota Negara Jakarta dan di kawasan belakangnya (hiterland). Apa yang disebutnya : Mimpi untuk Jakarta Syaykh mengidamkan terwujudnya sebuah proyek monumental, seperti Terusan Suez dan Dam Aswan di Mesir, yaitu proyek Tirta Sangga Jaya (TSJ) atau Sungai Penyangga Jakarta.

Proyek ini, meskipun akan menelan biaya yang cukup bear, bisa memberi multi-manfaat bagi tiga provinsi – DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat. Misalnya, TSJ bisa menjadi sarana pengairan dan pengendalian banjir, pertanian, transportasi air dan darat, rekreasi dan pariwisata (baca juga, Mimpi untuk Jakarta).

”Menyampaikan misi Ilahiyah itu harus sabar. Sebab, tidak semua strata, yang kita anggap sudah harus mampu, itu mampu. Mereka membatasi diri dengan simbol-simbol, bukan dengan ilmu.” Kata Syaykh dalam sebuah dialog dengan Tim Wartawan Berita Indonesia yang berkunjung ke Al-Zaytun, dua pekan lalu.
Syaykh tidak sekadar bermimpi tetapi juga berbuat. Meskipun dalam skala yang lebih kecil, Al-Zaytun sedang membangun Waduk Windu Kencana dengan tema ketahanan terpadu. Maksudnya ketahanan yang menyangkut air, tanah serta apa yang dibudidayakan di dalamnya dan di atasnya. Berbicara tentang pangan, ternak, dan tanaman industri hutan, sekaligus berbicara air. Air buka saja untuk menciptakan pangan, tetapi juga ketahanan, supaya air menjadi manfaat, bukan bencana.

Menurut Syaykh, air dan tanaman pangan menjadi manfaat, kalau dikelola dengan baik, bagaimana agar air tetap ada di musim kemarau dan tidak menjadi bencana di musim hujan. Kedua hal ini menjadi terpadu.

Waduk itu terletak 6,5 kilometer dari Kampus Al-Zaytun. Kampus ini, kalau musim kering mengalami kekurangan air. Meskipun ada air tanah, tidak dieksploitasi, sebab lebih mengutamakan pemanfaatan air permukaan. Selama masih ada hujan, air permukaan tanah pasti banyak. Air permukaan di musim hujan disimpan di Waduk Windu Kencana, pemanfaatannya bagi kampus serta ke kiri-kanan sungai, jelas. Artinya, air memberi kehidupan. Air juga membawa bencana jika tidak dikelola. Air seperti api, ketika kecil menjadi kawan, tetapi begitu membesar menjadi lawan yang kadang-kadang tak bisa dilawan oleh manusia.

Kata Syaykh : “supaya itu tidak terjadi harus dikelola. Karena manusia diberi hak oleh Sang Pencipta untuk mengelola dan menatanya. Kalau mengalir jangan sampai melimpah, kalau musim hujan tidak datang , jangan sampai kering.”

Di dalam dialog panjang tersebut muncullah mimpi Syaykh untuk Jakarta. Ibukota Negara itu dikepung dan dialiri oleh belasan sungai, baik bear maupun kecil. Sesungguhnya sungai tidak ada besar, tidak ada kecil, semuanya pasti dilalui air. Ketika tidak tertata, jika melimpah dan membawa bencana, bukan rezeki.

Dengan titik sentral di kawasan Cibinong, kemudian ditarik garis ke barat, di luar kota Tanggerang, sampai di Cikupa sampai Mauk (Tanjung Kait). Di jalur tersebut dibangun kanal, katakan lebarnya 100 meter dan di bantaran kiri-kanan kanal 50-50 meter dibangun jalan yang diapit jalur hijau. Kemudian dari kawasan Cibinong ditarik garis ke timur samapai Tanjung Jaya, Karawang, dibangun kanal dengan ukuran sama. Jika ditarik garis dari titik Jakarta (Monas), ke selatan (Cibinong), panjangnya sekitar 60 kilometer, ke utara 20 kilometer. Kanal huruf U impian Syaykh itu panjangnya 60-60-60-60 kilometer atau seluruhnya 240 kilometer, mengitari ibukota.

Kanal huruf U ini sudah pasti mencegat perjalanan 13 sampai 15 sungai besar dan kecil menuju Jakarta. Sungai-sungai besar yang dicegat, di tengah, Sunagi Ciliwung, di timur, Sungai Bekasi dan Citarum, dan di barat, Sungai Cisadane. Airan sungai-sungai tersebut dikendalikan, bukan dihentikan. Kemudian dibangun jalan dua arah 2 X 240 kilometer untuk megnatasi kepadatan lalulintas, terutama di Jakarta, karena jalan tersebut melintas di luar Ibukota. Juga kanal tersebut bisa menjadi sarana transportasi air. Proyek ini, menurut Syaykh, memberi manfaat yang sangat bear dan menghasilkan uang untuk daerah dan negara.

Kemudian di dalam Ibukota Negara, kawasan pemukiman dinormalisir tanpa mengusir penduduk. Menurut Syaykh, penduduk tetap di situ, tetapi perumahan tidak boleh horizontal, harus mulai vertikal, sehingga di sisi-sisi sungai ada lahan yang luas. Katakan saja di sisi-sisi Ciliwung dekat kawasan Tebet, Jakarta Timur. Pengkolan Ciliwung mencakup beberapa kampung, masih kampung, kelurahan dan kecamatan Tebet. Penduduknya tidak harus digusur, karena sumber budayanya ada di kampung-kampung itu.

Perumahannya dibangun menjulang ke atas, menampung sampai 1.000 KK dalam satu flat. Kalau satu KK mendiami 200 meter per segi, maka sama dengan 200.000 meter persegi. Luasan tersebut dijadikan halaman, tempat sekolah, tempat olahraga, pusat belanja, taman dan tempat rekreasi dengan lingkungan yang hijau dan bersih. Rumah-rumah untuk 1.000 KK menjulang ke atas, penghuninya lebih aman dan terkontrol. Soal pilihan jalan, bisa lewat kiri-kanan Ciliwung. “Kemacetan Jakarta bukan banyaknya kendaraan yang lalu lalang, tetapi karena kurang tertata,” kata Syaykh.

Bagaimana dan dari mana biayanya? Kata Syaykh, proyek semonumental itu, biayanya memang mahal. Namun lebih mahal jiwa yang melayang lantaran terbenam banjir dari pada menata seperti itu. Katakan puluhan miliar dollar, sekali utang saja, jumlahnya USD 40 miliar. Orang Indonesia itu kaya. Dari jumlah penduduk 250 juta, ambil saja 10 persen atau 25 juta yang punya uang diam. Itu 100 ribu dollar AS uang diam. Jual obligasi kepada mereka, jangan dijual ke luar negeri. Jangan mencetak obligasi yang cincai-cincai, satu-dua dollar. Paling sedikit 1.000 dóllar satu surat utang negara atau obligasi. Tentu ada yang mampu membeli 100.000 samapi 1 juta dollar. Mungkin bisa terkumpul 100 miliar dollar. Bisakah dikembalikan? Tentu bisa, karena Tirta Sangga Jaya menghasilkan uang, “ jawab Syaykh penuh optimis.
(Sumber Berita Indonesia – Edisi 36/2007)

Berita Terkait :
- Mengelola Air Sambil berbisnis.
- Tirta Sangga Jaya, Nama Yang Bagus.
- Pendanaan Tirta Sangga Jaya.
- Waduk Windu Kencana.
Berita Selengkapnya !

Mimpi Untuk Jakarta Tahun 2015


Segunung masalah Ibukota Negera tak akan pernah selesai bilamana hanya berkutat di Jakarta. Soalnya, Jakarta dibangun tanpa rencana induk yang terintegrasi dengan kawasan belakang dan samping. Tata ruang Ibukota Negara semrawut lantaran izin berbagai bangunan yang tumpang tindih. Jakarta lebih berwujud kota yang kumuh, kotor, penuh polusi, semrawut, miskin, penyakitan, ketimbang metropolitan modern. Karenanya, Syaykh AS Panji Gumilang, pimpinan Pusat Pendidikan Al-Zaytun, bermimpi untuk menyelesaikan masalah Ibukota Negara secara holistik.

Al-Zaytun saat ini sedang membangun Waduk Windu Kencana yang terintegrasi dengan sistem pengelolaan air di lingkungan pusat pendidikan tersebut. Al-Zaytun yang kini berdiri megah di tengah kawasan pedusunan di Gantar, Indramayu, berawal dari sebuah mimpi juga.

Lewat tengah malam yang hening, pikiran (kreasi) Syaykh melahirkan mimpi indah, yaitu berlayar dari pelabuhan peti kemas Mauk, Banten, menuju water interchange Cibinong, Jawa Barat. Para pelancong memulai perjalanan pesiarnya di bawah pancaran sinar bulan purnama, ditingkahi semilir angin buratan. Sepanjang perlayaran, mereka tak henti-hentinya menengok ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang. Pohon-pohon dan jalur hijau mengapit jalan dua arah yang dipisah oleh Tirta Sangga Jaya (TSJ) – kanal air penyangga Jakarta Raya – bergoyang diterpa angin semilir yang sejuk di celah keindahan panorama alam dan sinar bulan.

Lampu-lampu mobil besar dan kecil terpendar-pendar ketika melewati jalan bebas hambatan (tol) yang membentang lebar di kiri-kanan sungai (kanal TJS) yang baru saja dibuka untuk pelayaran pesiar. Sinar rembulan terpendar di permukaan sungai yang tenang dan jernih. Para pelancong malam itu menempuh pelayaran berjam-jam, namun tidak merasa letih sedikitpun.

Sesampai di Cibinong interchange, rombongan mendarat, menunggu malam berikutnya untuk melanjutkan pesiar. Di Cibinong, mereka menginap di sebuah hotel transit yang menghadap ke waduk yang berair keperakan. Dari kejauhan, di pinggir danau buatan itu, mereka menyaksikan stadion olahraga, lapangan golf, hotel, motel dan villa yang berderet harmonis dengan pemukiman penduduk dan hamparan kawasan pertanian. Rombongan pesiar benar-benar menikmati waktu jeda mereka sembari berkreasi di danau Cibinong, sebelum melanjutkan pesiar yang sama menuju pelabuhan Muara Jaya di pantai Kerawang. Namun menjelang subuh, mereka terjaga dari mimpi indah lantaran mendengar alunan azan subuh tidak jauh dari hotel.

Itulah kira-kira, Mimpi untuk Jakarta 2015, yang terbayangkan dalam dialog antara Syaykh dan tim wartawan Berita IndonesiaCh. Robin Simanullang, Hamposan Tampubolon dan Wilson Edward, dua pekan lalu. Mimpi ini dijabarkan dalam peta dan desain oleh Dendy Hendrias dan Arif Maulana, dituangkan dalam tulisan oleh Syahbuddin Hamzah dan Henry Maruasas.

Di dalam peta tersebut tergambar jelas sebuah kawasan megapolitan ratusan kilometer per segi yang membentang dari Cibinong ke Mauk dan dari Cibinong ke Muara Jaya. Kawasan ini dihubungkan oleh kanal TSJ yang berbentuk huruf U, menyangga Jakarta dari ancaman banjir tahunan, kerumitan transportasi darat, pemukiman yang semrawut serta sungai-sungai yang kotor dan berbau anyir.

Pada musim kemarau, TSJ berfungsi sebagai sarana irigasi bagi persawahan di Banten dan Pantura. Fungsi lainnya, sebagai sarana transportasi air, dan mengelontorkan sungai-sungai kecil yang kotor di Jakarta. Sungai TSJ merupakan sabuk pengaman Jakarta, diperkirakan sepanjang 240 kilometer, dan selebar 100 meter. Di kiri-kanan sungai dibangun jalan tol dari arah timur menuju ke barat dan sebaliknya untuk mencegah kendaraan-kendaraan besar yang menuju Sumatera dan Jawa-Bali-NTB-NTT, melintas jalan dalam kota Jakarta. Jalan tol ini di kiri-kanan diapit oleh jalur hijau.

Jalan to dan sungai TSJ melewati enam daerah kabupaten dan kota dari dua provinsi- Banten dan Jawa Barat. Berdasarkan peta yang disusun BI,aliran sungai TSJ, memotong empat sungai besar – Cisadane, Ciliwung, Bekasi dan Citarum – serta 13 sungai kecil yang menyerbu Jakarta, terutama di musim hujan.

Sungai-sungai tersebut dikendalikan oleh TSJ melalui waduk dan pintu-pintu air pembagi yang bisa dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan. Sedangkan aliran Kali Ciliwung yang merupakan ancaman terbesar pusat Jakarta pada musim hujan dikendalikan di Waduk Cibinong. Selain pengendali banjir, TSJ juga berfungsi sebagai sarana transportasi – termasuk angkutan peti kemas – dengan kapal ukuran sedang – pembangkit listrik tenaga air, pengairan, perikanan air sungai dan pemasok air baku untuk keperluan air bersih Jakarta dan daerah-daerah di sekelilingnya.

Untuk pembangunan proyek raksasa dan monumental itu perlu dibentuk Badan Otorita TSJ yang bertanggung jawab langsung pada Presiden. Karena , di samping butuh biaya yang sangat besar, kawasan baru ini diharapkan mampu membangkitkan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional lantaran menggeliatnya kegiatan-kegiatan transportasi peti kemas dan jalan tol, rekreasi, perhotelan dan pertanian. Sumber pembiayaan bisa ditarik lewat ORI (Obligasi RI) dan SUN (Surat Utang Negara) yang ditawarkan kepada anggota masyakat yang berkemampuan.

Boleh jadi selama pembangunan, proyek raksasa (dalam mimpi ini) melibatkan ratusan ribu pekerja. Bandingkan dengan Terusan Suez di Mesir, sepanjang 164 kilometer dan lebar 60 meter, melibatkan pekerja paksa 80.000 orang. Semoga mimpi ini terwujud di tahun 2015.
(Sumber : - Majalah Berita Indonesia – Edisi 36/2007)

Berita Terkait :
- Jangan Buang Air ke laut.
- Mengelola Air Sambil berbisnis.
- Pendanaan Tirta Sangga Jaya.
- Tirta Sangga Jaya, Nama Yang Bagus.
- Waduk Windu Kencana


Berita Selengkapnya !

Selamatkan Ibukota Negara !

Mimpi untuk Jakarta, dalam rangka menyelamatkan Ibukota Negara, bermula dari “mimpi“ salah seorang anak bangsa yang bermukim nun jauh di pedalaman sana, sehari-hari memimpin sebuah pusat pendidikan terpadu pesantren spirit but modern system, Al-Zaytun, yakni Syaykh AS Panji Gumilang.

Syakh memimpikan ada cara terbaik mengendalikan dan mengelola air yang melewati Ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta, yang saban tahun kerap dilanda banjir hingga menelan korban jiwa. Ia kemudian menyebutkan mimpinya itu “Tirta Sangga Jaya“.

Mimpi Syaykh sebenarnya tak sepenuhnya mimpi. Sebab di Indramayu sana ia sedang membangun sebuah waduk dan kanal pengendalian air sejauh 6,5 kilometer, namun Waduk Windu Kencana diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan ketahanan pangan terpadu dan hutan tanaman industri.

Waduk Windu Kencana sekaligus pula dimaksudkan oleh seluruh Eksponen Yayasan Pesantren Al-Zaytun sebagai persembahan emas menandai sudah sewindu mereka berkiprah mengabdikan diri memajukan dunia pendidikan di Indonesia.

Berita Terkait :
- Jangan Buang Air ke laut.
- Mengelola Air Sambil berbisnis.
- Tirta Sangga Jaya, Nama Yang Bagus.
- Pendanaan Tirta Sangga Jaya.
- Waduk Windu Kencana
Berita Selengkapnya !

Tuesday, April 10, 2007

Ujian Sertifikasi Karate-Do Gojukai di Al-Zaytun

Alhamdulillah, acara ujian sertifikasi Karate-Do Gojukai di Kampus Al-zaytun, berjalan sukses! Acara tersebut berlangsung pada hari jum'at, 23 maret 2007 di gedung serba guna al-akbar. Tim penguji adalah Shihan Suherman (dan 5 gojukai, anggota dewan guru nasional), Sensei Suhendar (dan 4 gojukai, anggota dewan guru muda nasional) dan Shidoin Eris (pelatih komda jawa barat). Dengan demikian, para karate-ka Al-Zaytun yang akan melanjutkan di luar, dapat mengikuti karatenya dimanapun, di Indonesia maupun di luar negeri. (Muhammad Najib)
Berita Selengkapnya !

Kunjungan Dirjen Pendidikan Luar Sekolah

Ace Suryadi seorang doktor bidang ekonomi pendidikan, lulus dari sebuah perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat, sudah dua kali mengunjungi Al-Zaytun dalam waktu yang berdekatan. Ace Suryadi adalah Direktur Jenderal Pendidikan Nasional (Depdiknas), Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah. Kunjungan pertama, pada bulan Desember 2006, dan kedua 20 Januari 2007 demi untuk menyamakan persepsi tentang cara terbaik membangun kemajuan dunai pendidikan, khususnya pendidikan non formal di seluruh Indonesia.

Berita Terkait :
- Bangun Kerjasama Pendidikan Nonformal
- Wawancara dengan Ace Suryadi
Berita Selengkapnya !

Thursday, April 05, 2007

Ketua Umum Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) Daerah Jawa Barat.

Kampus Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan terpadu yang menjadikan pendidikan sebagai gula dan ekonomi sebagai semut, semakin concern menggerakkan peternakan sapi perah. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang menjadi Ketua Umum Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) Daerah Jawa Barat.

Impian pendidikan terpadu mengilhami para eksponen Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), selaku pengelola Kampus Al-Zaytun untuk mempersiapkan segala sarana dan prasarana di bidang pendidikan sekaligus pula di bidang ekonominya.

Kampus Al-Zaytun memang didesain sebagai pusat pendidikan sekaigus pusat ekonomi pertanian rakyat. Sebagai pusat ekonomi pertanian dalam arti luas, Kampus Al-Zaytun mempersiapkan lahan seluas 1.200 hektar untuk menjalankan konsep integrated farming.

Berita Terkait :
- Al-Zaytun Gerakkan Peternakan Sapi Perah
- Memetik Manfaat Susu Sapi
- Mengangkat Harkat Peternak Sapi Perah
- Skema Investasi “Indonesia Kolam Susu“


Berita Selengkapnya !

Monday, April 02, 2007

Program Kerja di tahun 1428H

Kampus Al-Zaytun memasuki tahun 1428 Hijriah menetapkan dua program utama sebagai garis besar pelaksanaan kegiatan tahunan. Pembangunan ekonomi pertanian dan pendidikan yang berhasil disenyawakan di Al-Zaytun makin diorientasikan ke luar yang dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat sekitar.

Program pertama adalah mengembalikan dan memelihara kesuburan lahan-lahan pertanian. Al-Zaytun dan masyarakat secara bersama-sama akan melakukan konsolidasi lahan, dengan cara menata lahan-lahan supaya lebih produktif dan terjaga ketersediaan sumber-sumber airnya.

Konsepnya adalah, setiap lahan yang digarap harus disisihkan 10 persennya untuk dibuat waduk penampungan air demi memastikan lahan dapat ditanami padi minimal dua kali dalam setahun, ditambah sekali menanam palawija seperti jagung, kacang dan sebagainya. Program ini di eksploitasi terus tetapi lupa menjaga keseimbangan nutrisi tanah.

Program kedua adalah melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan masyarakat sekitar, salah satunya mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Melalui PKBM, Al-Zaytun memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat sekitar, khususnya generasi muda yang belum menyandang ijazah Sekolah Dasar (SD), SMP, dan SMA untuk mengikuti program pendidikan kesetaraan Kelompok Belajar (Kejar) Paket A (setara SD), Paket B (SMP), dan Paket C (SMA).

Baca Berita terkait : Al-Zaytun Berdayakan Masyarakat Sekitar

Berita Selengkapnya !

Bisnis di Internet