Tuesday, June 27, 2006

Mengangkat citra Bangsa Indonesia di tataran internasional

Perkembangan kemajuan suatu bangsa untuk mampu mengangkat harkat dan martabat bangsanya sangat ditentukan oleh peran bangsa itu sendiri. Indonesia tidak bisa mengandalkan negara lain untuk menentukan arah tujuan rumah tangganya sendiri, karena selain menyangkut harga diri, sikap ketergantungan terhadap negara lain akan sangat berbahaya perkembangan Indonesia. Peran serta seluruh bangsa dan masyarakat Indonesia sangatlah diperlukan, dan Al-Zaytun tidak pernah menyia-nyiakan waktu utnuk terus memberikan sumbangan berarti bagi bangsa tercinta ini.
Memaknai awal Muharram 1427 H, sebagai patokan bagi hitungan tahun hijriah dijadikan momentum penting bagi Al-Zaytun untuk terus menunjukkan konsistensi dalam memajukan pembangunan bangsa ini. Al-Zaytun yang sedang terus bergerak memajukan bangsa ini dengan pendidikan sejak awal telah dicanangkan bahwa Al-Zaytun adalah karya bangsa Indonesia yang akan dihadiahkan untuk bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa di dunia. Hal ini bukanlah hal yang musykil karena pernyataan ini telah didengan langsung oleh tiga belas para duta-duta besar yang hadi pada peringatan 1 Muharram 1427H. Ini berarti gema pembangunan Al-Zaytun terus mengalir ke segala penjuru arah di muka bumi ini.
Masyarakat dunia telah banyak mendengar berita tentang Al-Zaytun, baik melalui kabar dari seorang kawan atau media elektronika yang memang sudah semakin canggih. Untuk membuktikan kebenaran itu mereka langsung berkunjung melihat apa yang sebenarnya mereka dengan dan lihat di media. Komentar tiga belas duta-duta besar yang berkunjung mengikuti perayaan Muharram 1427 H, memberikan suatu harapan besar bahwa Al-Zaytun akan menjadi institusi yang akan mengangkat citra bangsa Indonesia di tataran internasional. Mereka yang datang dari berbagai benua begitu takjub dan bangga terhadap pembangunan Al-Zaytun di Indonesia, tetapi tidak bagi pemerintah Indonesia sendiri.
Pemerintah Indonesia rasanya enggan untuk menampilkan Al-Zaytun ke tataran internasional, entah karena jaraknya terlalu jauh dari pusat pemerintahan atau ada hal lain yang tidak dipersoalkan oleh Al-Zaytun. Indikasi itu tampak jelas saat kunjungan menteri luar negeri Amerika Serikat dan Perdana Menteri Inggris ke Indonesia beberapa waktu yang lalu.
Seharusnya Pemerintah Indonesia memandu mereka untuk melihat pesantren yang ada ditengah hutan dan jauh dari keramaian, sehingga pemerintah sendiripun bisa membandingkan kemajuan antara pembangunan di kota dan di desa, dan juga dapat menunjukan kepada mereka dan kepada bangsa-bangsa di dunia lainnya, adanya kehidupan yang penuh toleransi dan perdamaian, di bumi Indonesia ini. (Sumber Majalah Al Zaytun - 44/2006)
Berita Selengkapnya !

Menuju Bangsa Yang Lulus

Departemen Pendidikan Nasional dalam sorotan. Besarnya persentase kelulusan ujian nasioanl (unas) tak meredakan kritik tajam kepada institusi itu. Para pembela siswa yang tak lulus menuntut unas ulang. Namun Mendiknas Bambang Sudibyo, didukung Wakil Presiden Jusuf Kalla, sudah menyatakan tidak.

Memang menyedihkan melihat para siswa tidak lulus. Terlebih bila mereka dianggap berprestasi, misalnya lewat olimpiade keilmuan, ternyata tak bisa melampaui standar nilai unas yang hanya 4,25. Tapi, itulah konsekuensi ujian. Dalam ujian apapun, ada risiko tidak lulus. Keinginan lulus semua lewat ujian tanpa standar ibarat berkompetisi sepak bola tanpa risiko degradasi. Atau, ibarat main bola tanpa gawang. Pasti tak akan ada semangat memacu diri dalam situasi semacam itu.

Memang, segala aspek pendidikan di Negara ini perlu pembenahan, seperti ditegaskan dalam Jati Diri Koran Indopos (Jum'at, 23 Juni 2006). Salah satu pembenahannya ialah menerapkan standar yang kian baik. Karena nilai itu secara formal diukur dengan angka, perlu standar tersebut kian meningkat.

Bila kita pikir lebih dalam, standar nilai 4,25 itu sudah sangat rendah. Bila di perguruan tinggi, itu setara dengan nilai D. Nilai D tidak lulus, tapi di ujian nasional lulus. Jadi, standar ujian nasional itu sudah sangat rendah. Sebagai bangsa, kita sudah "merendahkan" standar pendidikan kita dengan nilai yang sangat minimum.

Menurunkan standar lagi, misalnya menjadi 4,1, mungkin menyenangkan para siswa dan para guru. Pemerintah juga bisa senang karena presentase ketidak-lulusan bisa diperkecil lagi. Gejolak dan reaksi bisa tidak sesengit sekarang. Everyone happy.

Tetapi, jelas ini kian menjauhkan pendidikan bangsa dari keharusan meningkat. Seharusnya, standar justru dinaikkan hingga minimal menjadi 5,5 (kalau dibulatkan jadi 6, berarti lulus). Kalau bisa, makin tinggi lagi agar bisa menjadi bangsa B atau bahkan A. Bangkit dari standar "bangsa tidak lulus" menjadi "bangsa lulus" memang memerlukan pengorbanan.

Suka atau tidak suka, degan cara inilah, salah satu di antaranya kita mengukur keberhasilan pendidikan secara kognitif. Koran Indopos, jelas juga memandang penting ukuran kuantitaif secara afektif dan psikomotorik (Jati Diri Koran Indopos - Jum'at, 23 Juni 2006). Tapi, untuk ukurang angka-angka nilai itu, yang memang sudah menjadi konvensi, harus semakin baik.

Tuntutan standar, yang kian tinggi itu juga demi kepentingan bangsa dan anak-anak kita. Tak hanya untuk kancah global, tetapi demi meningkatkan grade mereka dalam persaingan dalam negeri. Kerja keras dalam persaingan harus ditanamkan, tidask hanya diberi kemudahan yang melenakan. Ingat, kesiapan menerima risiko termasuk juga bagian dari pendidikan.

Pelajaran terpenting juga : Orang tua harus terlibat lebih intens terhadap proses pendidikan anak. Tak hanya menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah. Mereka harus memperbarui kedekatan hubungan dengan anak-anak agar mereka selalu punya motivasi untuk suskses dalam pendidikan. Dengan begitu, orang tua tidak hanya cemas saat ujian nasional datang, tanpa menyelami proses pendidikan anaknya. Semoga ujian nasional kali ini juga membawa pencerahan kepada orang tua.

Memang, pembenahan harus dilakukan di berbagai bidang oleh pemerintah. Terutama dalam aspek pelaksanaan ujian yang ditengarai banyak memancing kecurangan kolektif antara siswa yang didukung guru. Setiap system memang ada kelemahan. Yang penting, memperbaikinya terus menerus.

Di lain sisi, tuntutan ujian nasional ulang mungkin belum akan mereda. Tapi, kalau dituruti, akankah tidak memperkuat kesan bahwa pemerintahan SBY memang peragu, seperti kerap dikemukakan pengkritiknya? Ketegasan itu berisiko, terlebih lagi ketidak-tegasan.
(Koran Indopos, Senin, 26 Juni 2006)

Berita Selengkapnya !

Thursday, June 22, 2006

Tamu Dari Rusia

Negara Federasi Rusia tertarik dengan system pendidikan satu pipa di Ma'had Al-Zaytun. Negara pecahan Uni Sovyet itu sangat berminat menjalin kerja sama. Ma'had Al-Zaytun (MAZ) beberapa waktu lalu mendapat kunjungan dua orang tamu istimeswa. Keduanya berkewarga-negaraan Rusia namun fasih berbahasa Indonesia. Mereka adalah Nikolay A. Tolmachev Ph.D., Sekertaris Pertama Duata Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, dan Mikhail V. Tsyganov, Kepala Biro Kantor Berita Ruisa NOVOSTI di Indonsia.

Kendati berasal dari Negara yang sama, namun keduanya punya tujuan saling berbeda berkunjung ke MAZ. Nokolay, sang diplomat, selain ingin mengetahui perkembangan islam di Indonesia, sangat tertarik dengan model sistem pendidikan yang dikembangkan MAZ. Dia pun ingin menjajaki kerja sama lebih luas antara Rusia dan MAZ.

Akan halnya Mikhail, yang telah 13 tahun di Indonesia dan menganggap negeri ini sebagai negerinya yang kedua, sesuai dengan profesinya, berniat menulis tentang MAZ yang mengembangkan sistem pendidikan berbasis budaya toleransi dan perdamaian.

Dia meyakini bahwa informasi ikhwal system pendidikan MAZ akan memberikan manfaat kepada masyarakat luas di Rusia, khususnya yang beragama Islam.

Kunjungan mereka ke pesantren ini, punya kaitan langsung dengan kepentingan negaranya. Sejak bergulirnya reformasi pada 1990, yang diikuti runtuhnya dominasi komunis di sana, kehidupan beragama kembali marak di Rusia. Baik itu agama Kristen, Islam, maupun agama-agama lainnya.

Di Rusia, seperti diceritakan Nikolay, dari 150 juta penduduk negeri itu sekitar 20 juta orang beragama Islam. Umumnya, mereka memeluk Islam secara tradisi dan turun temurun. Mereka hidup tersebar di berbagai distrik. Di kota Moskow saja yang Mayoritas penduduknya beragama Kristen ada lima buah mesjid.

Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin menaruh perhatian besar pada perkembangan keagamaan di negaranya. Termasuk mengembangkan kerja sama dengan negara-negara Islam. Sebagai catatan, sejak tahun lalu, Rusia menjadi peninjau (observer) dalam Konferensi OKI (Organisasi Negara Islam) dan bahkan berkeinginan menjadi anggota tetapnya.

Kawan Lama, Baru Jumpa

Kedatangan tamu dari negeri kawasan Eropa Timur ini disambut hangat oleh Syaykh Dr. AS Panji Gumilang beserta eksponen MAZ. "Ini pertemuan antara kawan lamay yang baru berjumpa," ujar Syaykh saat menyambut kedua tamunya.

Baik Nikolay maupun Mikhail mengaku senang bisa meninjau MAZ berikut segala aktivitas di dalamnya. Lebih dari itu, mereka sangat senang bisa bertemu Syaykh Dr. AS Panji Gumilang dan memperoleh informasi langsung dari pimpinan tertinggi sebuah lembaga pedidikan pesantren yang dinilainya sangat modern, yang memadukan pendidikan agama dan umum.

Pembicaraan antara Syaykh dan dua tamunya berlangsung akrab, tak ada kendala bahasa. Syaykh secara terbuka menjawab berbagai pertanyaan mereka, termasuk tentang dana pembangunan dan pengembangan MAZ. "Ini semua dana dari umat yang dikumpulkan secara bergotong royong, sen demi sen," ujar AS Panji Gumilang singkat.

Namun Syaykh mengatakan, pihaknya tidak selalu bersandar pada uang semata tetapi juga pada tekad atau kemauan. "Jika ada kemauan, uang pasti akan dating. Dan uang itu dating dari bangsa Indonesia yang kaya," tandas Syaykh.

Saat ditanya apa saja bantuan dari pemerintah, Syaykh menjawab bahwa bantuan dari pemerintah itu berupa izin pembangunan MAZ ini. "Itu (pemberian izin) lebih dari uang !", tegas Syaykh.

Jawaban yang sangat elegan dan bermakna dilontarkan Syaykh takkala menanggapi pertanyaan Nikolay soal ada tidaknya bantuan khusus dari negara-negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi.

"Indonesia lebih kaya dari Arab Saudi. Setiap tahun Indonesia memberikan 250.000 kali 50 dollar AS kepada Arab Saudi untuk membayar visa naik haji. Dari segi jumlah penduduk, Indonesia juga lebih besar 220 juta jiwa dibandingkan Arab Saudi yang hanya berpenduduk sekitar 8 juta jiwa.

Menyangkut berbagai masalah yang dihadapi Indonesia dewasa ini, Syaykh memandang semua masalah itu masih kecil dan bisa diselesaikan. "Masalah utama kita yang harus disikapi sangat serius adalah bagaimana mendidik bangsa ini agar cerdas".

Masih kata Syaykh, kini Indonesia baru "bisa" dalam jumlah penduduk, tapi otak penduduknya belum cerdas. Itu tugas utama kami untuk mencerdaskan bangsa Indonesia", kata Syaykh seraya menggaris-bawahi, "Dunia yang diatur oleh manusia-manusia cerdas akan selamat".

Syaykh menekankan, Rusia dan Indonesia harus menjalin kerja sama di berbagai bidang yang bersifat saling menguntungkan, termasuk bidang pendidikan.

Syaykh juga mengatakan hasratnya untuk berkunjung ke Rusia, dan tentunya lebih dulu bertemu degnan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail M. Belly. Keinginan Syaykh itu mendapat respons positif dari Nikolay. Dia berjanji untuk menjadi penghubung Syaykh dengan Pak Dubes Rusia.

Takjub

Sebelum bertemu dengan Syaykh, sehari sebelumnya Nikolay dan Mikhail berkesempatan meninjau berbagai fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan yang ada di komplek MAZ. Selama dua jam lebih mengelilingi seluruh penjuru MAZ, yang dipandu oleh Sekretaris Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) – pengelola MAZ – Abdul Halim dan beberapa eksponen lainnya, mereka begitu kagum dengan semua hal yang ada di komplek MAZ.

Sebut saja, misalnya, asrama putrid, dapur, serta ruang makan para santri, ruang guru, ruang belajar dan ruang kuliah di Gedung Perkuliahan Jenderal Besar HM Soeharto yang megah berlantai delapan, ruang laboratorium bahasa, ruang computer yang menampung 150 siswa, gedung poliklinik kesehatan yang ditangani 12 dokter umum, 2 dokter gigi dan 80 paramedis. Tak ketinggalan, Masjid Rahmatan Lil'Alamin yang masih dalam proses penyelesaian.

Kepada tamunya, Abdul Halim menjelaskan, untuk masa pendidikan selama enam tahun, setiap siswa dikenakan biaya sekitar 3.500 dollar AS yang dibayar sekaligus di muka. Ini sudah mencakup semuanya, mulai dari buku, pakaian seragam, biaya praktikum, makan, penginapan, hingga cuci pakaian, dan sebagainya. Satu tahun masa pendidikan dibagi ke dalam dua semester. Setiap satu semester (enam bulan) meliputi : lima bulan untuk belajar dan satu bulan libur.

Pada 2005 ini, MAZ telah meluluskan 1.250 santri setingkat SLTA (aliyah) dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) dengan hasil sangat memuaskan, bahkan enam lulusan MAZ masuk dalam 10 besar lulusan terbaik seluruh Jawa Barat.
Pada tahun ini pula MAZ berhasil mewujudkan system pendidikan satu pipa (one pipe education system), yakni satu system pendidikan terpadu selama 20 tahun tanpa terputus, yang dimulai dari jenjang SD (ibtidaiyah), SLTP (tsanawiyah), SLTA (aliyah), S-1, S-2, dan sampai jenjang doctoral (S-3).

Dengan sistem ini anak yang mulai masuk sekolah pada usia 6 tahun akan meraih gelar S-3 dalam usia 25 tahun. Usia yang produktif untuk mendarma-baktikan ilmunya kepada bangsa dan negara. Jumlah santri MAZ saat ini 9.447 orang, termasuk 585 mahasiswa UAZ.

Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, kepada wartawan Berita Indonesia, M. Subhan dan Suryo Pranoto, Nikolay menyatakan kekagumannya pada figure Syaykh Dr. AS Panji Gumilang.

"Beliau puny aide dan pemikiran besar. Beliau tahu idenya itu dan bisa mewujudkan apa yang menjadi pemikirannya. Figur seperti itu jarang ditemukan," tukas Nikolay dengan nada penuh takjub.

Tentang MAZ, diplomat Rusia memiliki wajah mirip Gamal Abdul Nasser, mendiang mantan Presiden Mesir, ini berdecak kagum. Biasanya pendidikan di pesantren hanya mendidik rohani, lanjut Nikolay, tapi di MAZ selain pendidikan rohani, pendidikan umum juga diberikan kepada santri guna menhadapi persaingan global.

"Pengalaman MAZ bisa diterapkan di Rusia. Di Rusia tidak ada banyak lembaga pendidikan agama, bukan hanya agama Islam tapi juga agama-agama yang lain yang hidup di Rusia," tutur Nikolay. (Sumber Majalah Berita Indonesia – 06/2005)
Berita Selengkapnya !

Tuesday, June 20, 2006

Merintis Perubahan dengan Situs Pendidikan

Proses belajar mengajar melalui internet diharapkan mampu menciptakan revolusi pendidikan.Guna mendorong penggunaan dan adopsi teknologi di sekolah, pemerintah bersama Oracle meluncurkan situs pendidikan Think.com di Indonesia. Situs ini diharapkan dapat membuat sebuah revolusi pendidikan dengan membawa model pendidikan yang baru melalui akses internet.
“Pengetahuan teknologi informasi adalah keahlian yang penting agar siswa dapat menjadi sejajar dengan rekan mereka di belahan dunia lain”, ungkap Direktur Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, Suyanto, seusai penanda-tanganan perjanjiang peluncuran Think.com.

Model pendidikan yang akan diterapkan di tingkat SD hingga SMA akan menggunakan akses internet sebagai sarana belajar. Ini berbeda dengan model yang selama ini dilakukan di sekloah, yang banyak melakukan tatap muka dan menggunakan media kertas.
Dengan Think.com, komunikasi dengan guru tentang pelajaran akan dilakukan melalui internet. Guru bisa memberikan tugas melalui internet kepada muridnya. Begitu juga murid, dapat menanyakan tugas atau juga nilai pada gurunya dengan cepat. Caranya sangat mudah. Guru atau murid hanya tinggal mengakses situs tersebut dengan mengetik www.Think.com di alamat (address) setelah membuka Microsoft Internet Explorer.
Setelah terhubung akan muncul tampilan di layar yang menggunakan bahasa Inggris. Tulisan Oraclethink.com dengan latar belakang warna hitam, terletak di sebelah kiri. Dibawahnya ada gambar animasi yang didominasi dengan warna oranye. Halaman ini berisis informasi tentang ajang kompetisi ThinkQuest International 2006, berita terkini tentang Oracle Education Foundation serta menu khusus untuk orang tua. Di sini pengunjung juga bisa memilih salah satu negara dan masuk ke situs Oraclethink.com negara tersebut.
Web Pribadi
Situs ini juga memberikan halaman web pribadi. Untuk mengaksesnya, pengunjung harus memasukan username dan password. Halam web pribadi ini memungkinkan penggunanya untuk melakukan apa saja di halaman tersebut. Seperti mengganti latar belakang web dengan gambar-gambar yang disukai. Halaman web pribadi ini memberikan kebebasan bagi user untuk berkreasi.
“ Ini akan membantu proses belajar bagi para siswa, tidak hanya untuk materi yang berkaitan dengan pejaran sekolahnya. Namun juga untuk membantu mereka balajar hal lain seperti berkreasi dengan halaman webnya, sehingga kolaborasi dengan siswa dan guru lain,“ papar Adi J. Rusli, dalam peluncuran Think.com, beberapa waktu lalu.Pada halaman web pribadi ini tersedia beberapa fitur. Untuk berkomunikasi denga guru atau teman bisa menggunakan sticky note elektronik. Guru atau murid menulis pesan seperti sebuah email, kemudian mengirimkan ke alamat yang dimaksud. Sebelum dikirim, warna sticky note bisa diganti sesuai dengan selera. Seperti warna biru, merah muda atau kuning. Sticky note ini akan terlihat pada halaman web pribadi. Seperti sebuah post it yang menempel di meja atau buku untuk meninggalkan pesan.
Namun, Komunikasi yang dilakukan tidak hanya seputar guru atau murid di sekolah tersebut. Karena situs ini terdapat di 27 negara di seluruh dunia dengan 8 bahasa, baik guru ataupun murid di Indonesia bisa berhubungan dengan para pengguna think.com di luar negeri. Ajang ini bisa digunakan untuk menjalin persahabatan dan memperluas wawsan antar bangsa.
Selain pihak guru dan murid, pihak orang tua juga dapat mengakses situs Think.com dan memilikinya halaman web pribadi. Di sini, orang tua bisa berhubungan dengan guru untuk berdiskusi tentang anaknya. Selain itu, orang tua juga bisa memantau tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan mengingatkan anaknya. Peranan orang tua dalam pendidikan anak akan terbantu dengan adanya situs tersebut. Situs ini juga bisa diakses setiap saat, kapanpun dan dimanapun.
Selain bebas iklan, situs ini juga memiliki sistem keamanan untuk melindungi penggunanya yang mayoritas siswa sekolah dari pengaruh buruk. Selain hanya bisa mengakses fitur-fitur yang ada, Think.com dilengkapi dengan keamanan yang berkaitan dengan bahasa.
“Di sini, ada kata-kata atau bahasa yang tidak boleh digunakan. Terutama untuk tugas anak yang dikirimkan dengan situs ini. Kata-kata kasar dan tidak boleh digunakan akan secara otomatis dihilangkan dalam tampilan. Ini merupakan salah satu sistem keamanan yang dimiliki oleh situs ini, papar Adi.
Tiga Sekolah
Program Think.com sudah diterapkan di tiga sekolah di Jakarta sebagai pilot project. Yaitu SD Avicenna, SMP Muhammadiyah 22 Pamulang dan SMP Labschool Cinere. Saat ini sudah 215 siswa dan guru yang telah menggunakan Think.com di sekolah-sekolah tersebut. Dalam waktu 6-9 bulan ke depan, Think.com akan diterapkan di sekolah-sekolah di DKI Jakarta. Selanjutnya diharapkan bisa diimplementasikan pada sekolah berpotensi di luar Jawa.
M. Badrus, Kepala Sekolah SLTP Muhammadiyah 22 Pamulang, Tanggerang mengatakan kendala yang masih dirasakan pada implementasi program ini adalah SDM guru. Pasalnya, masih banyak guru yang belum mengenal internet. Untuk itu pihaknya bersama Oracle memberikan pelatihan untuk guru.
“Kami terus melakukan sosialisasi pada guru dan murid. Saat ini ada empat guru yang sedang melakukan pelatihan. Mereka nantinya akan menjadi embrio untuk menyalurkan pengetahuan kepada guru dan siswa lainnya,” ungkap Badrus. Selain SDM guru, masalah infrastruktur juga masih menjadi kendala. Pasalnya, belum banyak sekolah yang memiliki akses internet dan komputer untuk siswa dan guru. (Harian Republika - Senin, 1 Mei 2006)
Berita Selengkapnya !

Saturday, June 10, 2006

Berkarya Untuk Masyarakat Di Dunia

Perkembangan kemajuan suatu bangsa untuk mampu mengangkat harkat dan martabat bangsanya sangat ditentukan oleh peran bangsa itu sendiri. Indonesia tidak bisa mengandalkan negara lain untuk menentukan arah tujuan rumah tangganya sendiri, karena selain menyangkut harga diri, sikap ketergantungan terhadap negara lain akan sangat berbahaya perkembangan Indonesia. Peran serta seluruh bangsa dan masyarakat Indonesia sangatlah diperlukan, dan Al-Zaytun tidak pernah menyia-nyiakan waktu utnuk terus memberikan sumbangan berarti bagi bangsa tercinta ini.
Memaknai awal Muharram 1427 H, sebagai patokan bagi hitungan tahun hijriah dijadikan momentum penting bagi Al-Zaytun untuk terus menunjukkan konsistensi dalam memajukan pembangunan bangsa ini. Al-Zaytun yang sedang terus bergerak memajukan bangsa ini dengan pendidikan sejak awal telah dicanangkan bahwa Al-Zaytun adalah karya bangsa Indonesia yang akan dihadiahkan untuk bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa di dunia. Hal ini bukanlah hal yang musykil karena pernyataan ini telah didengan langsung oleh tiga belas para duta-duta besar yang hadi pada peringatan 1 Muharram 1427H. Ini berarti gema pembangunan Al-Zaytun terus mengalir ke segala penjuru arah di muka bumi ini.
Masyarakat dunia telah banyak mendengan berita tentang Al-Zaytun, baik melalui kabar dari seorang kawan atau media elektronika yang memang sudah semakin canggih. Untuk membuktikan kebenaran itu mereka langsung berkunjung melihat apa yang sebenarnya mereka dengan dan lihat di media. Komentar tiga belas duta-duta besar yang berkunjung mengikuti perayaan Muharram 1427 H, memberikan suatu harapan besar bahwa Al-Zaytun akan menjadi institusi yang akan mengangkat citra bangsa Indonesia di tataran internasional. Mereka yang datang dari berbagai benua begitu takjub dan bangga terhada pembangunan Al-Zaytun di Indonesia, tetapi tidak bagi pemerintah Indonesia sendiri.
Pemerintah Indonesia rasanya enggan untuk menampilkan Al-Zaytun ke tataran internasional, entah karena jaraknya terlalu jauh dari pusat pemerintahan atau ada hal lain yang tidak dipersoalkan oleh Al-Zaytun. Indikasi itu tampak jelas saat kunjungan menteri luar negeri Amerika Serikat dan Perdana Menteri Inggris ke Indonesia beberapa waktu yang lalu.
Seharusnya Pemerintah Indonesia memandu mereka untuk melihat pesantren yang ada ditengah hutan dan jauh dari keramaian, sehingga pemerintah sendiripun bisa membandingkan kemajuan antara pembangunan di kota dan di desa, dan juga dapat menunjukan kepada mereka dan kepada bangsa-bangsa di dunia lainnya, adanya kehidupan yang penuh toleransi dan perdamaian, di bumi Indonesia ini. (Sumber MAZ-44/2006)
Berita Selengkapnya !

Monday, June 05, 2006

Sistem Pendidikan Terpadu Satu Pipa

Syaykh AS Panji Gumilang adalah pendiri dan pemimpin pondok pesatren modern (kampus) ‘Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi serta Pengembangan Budaya Perdamaian” Al-Zaytun. Ia melejit di belantika pendidikan nasional dengan mengusung ide besar baru yaitu one pipe education System atau system pedidikan terpadu satu pipa yang mensyaratkan ketersediaan kesinambungan system pendidikan secara terpadu dari tingkat dasar (SD) hingga tertinggi (S-3.

Karena ide besarnya, Syaykh Alumni Ponpes Gontor, dan IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang dikenal sebagai personifikasi Al-Zaytun, ini sungguh-sungguh merupakan seorang guru pelopor pendidikan terpadu (kampus peradaban) yang mengandalkan manajemen ‘kekitaan’ bukan ‘keakuan’.
“Kekitaan ini mempunyai satu kekuatan yang tidak pernah dapat diruntuhkan oleh siapapun, kecuali oleh yang membuat kita itu sendiri.” Kata Syaykh AS Panji Gumilang kukuh, yang pandangannya seringkali melebihi kemampuan banyak orang.

Fenomena Al-Zaytun, yang membangun model peradaban baru berdimensi global dalam kisaran waktu melebihi ratusan bahkan hingga ribuan tahun ke depan. Desain ini tak akan pernah putus, titik beratnya terletak pada pembangunan sistem pendidikan terpadu dalam satu pipa. Di sana bisa dijumpai Mesjid Rahmatan Lil’alamin berkapasitas 150.000 jamaah, gedung pembelajaran, perkuliahan dan asrama bertingkat-tingkat untuk menampung puluhan ribu siswa dan mahasiswa berasrama atau boarding school. Demikian pula pusat pengembangan olah raga, lahan pertanian terpadu, perbengkelan, dan segala macam hardware atau perangkat keras.

Pernik-pernik perangkat keras itu diperlukan untuk menjalankan piranti lunak berupa sebuah sistem pendidikan terpadu dalam satu pipa atau one pipe education system untuk menghasilkan manusia bercirikan brainware abad 21, sesuai dengan Visi Enam Citra Pendidikan Indonesia Tahun 2020. Pencapaian Visi Enam Citra Pendidikan Indonesia Tahun 2020 barulah sebuah fase awal, atau sebagai persiapan menuju tahun-tahun berikut yang lebih menantang.

Maka itulah peta perjalanan Al-Zaytun dimulai tepat pada tarikh 13 Agustus 1996. Saat itulah Al-Zaytun didirikan sebagai sebuah usaha unggulan dari Yayasan Pesantren Indonesia (YPI).
Secara seremonial pendirian lembaga pendidikan AL-Zaytun diresmikan oleh Presiden BJ. Habibie pada 247 Agustus 1999.

Pendidikan terpadu dalam satu pipa juga dimaksudkan untuk menghasilkan putra-putri bangsa yang sanggup menguasai science & technoplogy dengan segala perkembangannya. Dan yang paling inti, sebagai warga bangsa, putra-putri bangsan Indonesia keluaran Al-Zaytun ini mampu menciptakan kestabilan dan keselamatan negara.
Dan terakhir, sangggup hidup dalam tatanan antar bangsa di sebuah tata peradaban yang sempurna. “Nah, itu cita-citanya. Jadi tidak terlalu jauh. Kalau dalam bahasa Al-Qur’an-nya disebut dengan basthotan fil ‘ilmi wal jismi,” jelas Syaykh AS Panji Gumilang.

Al-Zaytun diharapkan mempersiapkan manusia yang menjadi dirinya sendiri di masa depan, dengan memiliki sejumlah persiapan yakni cerdas berpikir menyangkut intelektual, emosional dan spiritual : punya bajik dan bijak yaitu bisa memposisikan dirinya pada kondisi apapun, menguasai sains teknologi, cita negara yang bertanggung jawab dan mampu hidup dengan bangsa-bangsa lain.

Bekal yang diberikan kepada setiap siswa dan mahasiswa Al-Zaytun didesain untuk memampukan mereka berinovasi pada saatnya. Tanpa diuraipun mereka akan memiliki self-esteem yang tinggi, sebab hal itu sudah merupakan cita-cita pendidikan internasional seluruh bangsa di dunia. Persamaan ini pulalah yang bisa memberikan sumbangan besar kepada dunia, sehingga semua arus utama dan seluruh warga dunia dapat bertemu pada suatu saat nanti.

Itulah international setting yang sedang dibangun Al-Zaytun. Dengan demikian, cara berpikir mereka menjadi International Thinking, cara solidaritas menjadi International solidarity, tatanan hiduppun semua menjadi International Setting. ”Itulah yang dinamakan dengan hidup global atau globalisasi, yakni kekuatan nasional namun mampu mengakses kehidupan antar bangsa,” ujar Syaykh AS Panju Gumilang.
Syaykh mewujudkan ide besarnya ini disebuah lokasi terpecil jauh dari pusat keramaian kota, yaitu di Desa Mekarjaya, Indramayu, Jawa Barat.

Syaykh berucap, pendidikan haruslah mengekspos segala kegiatan umat manusia baik itu ekonomi, energi, environment dan lain-lain. Al-Zaytun memerlukan lahan seluas 1.200 hektar, yang mulanya tak lebih sebuah semak belukar kosong tak berpenghuni, demi mewujudkan cita-cita globalnya.

Siapkan Laboratorium

Dalam proses pendidikan, Al-Zaytun sengaja mengekspos dan menanamkan sebuah laboratorium alam ke benak anak didik, dengan tujuan mereka nanti mampu berinovasi. Misalnya, bila diekspos perahu akan timbul dalam pikiran, dahulu kami membuat sendiri yang namanya perahu, lalu mengapa sekarang harus membeli. Akhirnya mereka akan membuat sendiri perahu sebab ilmu dan pengalamannya ada.

Demikian pula dengan pendirian laboratorium peternakan, pertanian, teknologi informasi dan komunikasi, jurnalistik, perbengkelan, bahasa dan segala macam, semua memaknakan siswa akan bisa melakukan apapun bila didasarkan inovasi. Misalnya dibidang pertanian. Demi tujuan siswa memiliki kemampuan berinovasi, guru-guru yang terbagus sengaja didatangkan dari IPB Bogor untuk mengaja. Guru diberi kebebasan melakukan eksperimen, paling tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan.

Sesuatu yang belum pernah dibuat di IPB, menjadi bisa di-lakukan di Al-Zaytun. Pada saat tulisan ini dibuat (02 Juni 2006) IPB belum mengembangkan embrio transfer, misalnya, Al-Zaytun sudah berhasil mengembangkan bibit sapi unggul. Bibit baru ini lalu disebar ke mana-mana. Dengan demikian guru-guru mengajar penuh dengan persiapan dan kompetensi.

Sistem Pendidikan Satu Pipa

Setelah mengorbit dalam jagat raya pendidikan nasional tingkat sekolah menegah, sejak 1999, maka bermula pada tarikh 27 Agustus 2005 Al-Zaytun mulai membuka pendidikan tinggi. Perguruan tinggi ini diberi nama Universitas AL-Zaytun Indonesia (UAZ - Indonesia).

Bersamaan dengan itu, dimulai pula pengoperasian pendidikan tingkat sekolah dasar, atau madrasah ibtidaiyah. Pengoperasian sekolah dasar dan UAZ-Indonesia serta merta melengkapi bukti perwujudan sistem pendidikan satu pipa atau one pipe education system, yang sejak awal memang sudah menjadi cita-cita Syaykh AS Panji Gumilang.

Defivatif sistem pendidikan satu pipa kelak belum akan berhenti di sini. Ke bawah masih akan tersedia lagi jenjang pendidikan taman kanak-kanak hingga kelompok berbain atau playgroup, dikhususkan terutama bagi anak para karyawan, guru, dosen, eksponen dan segenap pihak yang terlibat di lingkungan Al-Zaytun. Memberikan jaminan mutu menjadi alasan utama mengapa Al-Zaytun menerapkan sistem pendidikan satu pipa. Syaykh AS Panji Gumilang menyebutkan, sekali bergerak mendidik haruslah berkualitas dan berkelas dunia.

“Al-Zaytun jangan berbuat yang tidak bermutu. Untuk apa kita mendidik, bila hasilnya akan sia-sia.” Seruan ini sangat sering sekali ditekankan Syaykh kepada segenap eksponen dan guru Al-Zaytun. Pendirian UAZ-Indonesia dimaksudkan untuk menampung 1.200 siswa lulusan pertama Al-Zaytun di tahun 2005, dan siapa saja dari luar yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi dalam konsep one pipe education system.

Maka berdirilah kokoh sebuah gedung perkuliahan berlantai 7 dengan total luas lantai 24 ribu m2, yang diberi nama Gedung Perkuliahan Jendral Besar Haji Muhammad Soeharto.
Ruangan-ruangan dalam gedung perkuliahan didesain sesuai dengan hajat universitas. Yakni,
o Terdapat 40 ruang kuliah dengan luas masing-masing 96 m2;
o Terdapat 20 ruang kuliah berbentuk segi enam masing-masing seluas 120 m2;
o 8 ruang kuliah berbentuk tribun seluas masing-masing 144 m2;
o 40 laboratorium dengan luas masing-masing 96 m2;
o 88 ruang rektorat dan dekanat dengan total luas 1.353 m2;
o 2 ruang pertemuan masing-masing seluas 480 m2;
o 1 auditorium seluas 1.008 m2; dan ruang pendukung lainnya.

UAZ-Indonesia menyelenggarakan pendidikan enam fakultas, yaitu :
o Fakultas Pertanian Terpadu,
o Fakultas Teknik Terpadu,
o Fakutlas Kedokteran,
o Fakultas Teknologi Informasi (information technology),
o Fakultas Bahasa terpadu dan
o Fakultas Pendidikan.

Memasuki semester ketiga atau tahun kedua didirikan lagi fakultas baru eksakta maupun social seperti Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum.
Dalam kegiatan mendidik, kegiatan riset adalah ciri dan sifat yang melekat dalam UAZ-Indonesia. Maksud ciri ini, UAZ-Indonesia berkehendak pula akan menjadi sebuah Center of Research atau Pusat Riset. Dengan demikian motto Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan akan menjadi lebih nyata dalam fungsinya. “Tidak boleh ada sesuatupun wujud di UAZ-Indonesia yang tidak akurat.”, tegas Syaykh AS Panji Gumilang.

Spirit pesantren yang di-setting secara modern memacu terbentuknya masyarakat yang toleran dan damai. Spirit berwujud sistem boarding school berfungsi sebagai ktalisator bagi munculnya penemuan-penemuan ilmiah yang actual dan up to date. Dengan demikian UAZ-Indonesia menjadi center of excellence pula sekaligus universitas riset internasional dengan jiwa pesantren, bersistem modern, berlandaskan budaya toleransi dan budaya damai. UAZ-Indonesia adalah lembaga pendidikan yang dapat menjadi contoh bagi kehidupan bangsa.

Al-Zaytun tak sekedar mengubah kesan kumuh lembaga pendidikan pesantren menjadi modern. Atau, mengubah potret penampilan santri dari sebelumnya bersarung menjadi berpakaian lengkap dengan jas dan dasi. Al-Zaytun mengubahkan paradigma dan wawasan lembaga pendidikan baru Indonesia menjadi berskala dunia, dan di-setting dalam jaminan mutu berdimensi global. (BI/14-2006)
Berita Selengkapnya !

Pendidikan Nasional Berbasis Pedesaan

Dunia pendidikan, dunia yang penuh dinamika. Pendidikan Nasional, bagai sebuah pekerjaan rumah yang tak kunjung usai. Setiap waktu pekerjaan rumah itu selalu ada. Sarana pendidikan, seperti banyaknya sekolah yang rusak, SDM guru, biaya pendidikan, kurikulum, kebijakan yang terus berubah-ubah dan persoalan lain yang semakin kompleks menjadi problem serius dunia pendidikan nasional.

Merunut sejarah, tokoh pendidikan terpadu, Syaykh AS Panji Gumilang menilai bahwa pada dekade awal kemerdekaan, sistem pendidikan belum mendapat perhatian pemerintah. Baru tahun 1970-an mulai dikembangkan perhatian terhadap pendidikan dasar, menengah bahkan Taman Kanak Kanak.

Sesudah 1997, data pendidikan di Indonesia belum dapat diakses secara jelas. Namun, diasumsikan bahwa perkembangannya bisa lebih menurun. Asumsi ini didasarkan pada problem didaerah diantaranya banyaknya gedung sekolah yang rusak. Bahkan di bebarapa daerah konflik seperti di Aceh, banyak sarana pendidikan yang dibakar oleh pihak yang bertikai. Maka banyak kalangan menyimpulkan, pendidikan Indonesia sedang menurun dan merosot tajam dari tahun-tahun sebelumnya.

Selama setengah abad lebih setelah kemerdekaan, system pelaksanaan pendidikan Indonesia tersentralisasi ke pusat. Semua kebijakan pelaksanaan ditentukan oleh pusat. Sedangkan secara geografis, sarana dan prasarana pendidikan dipulau-pulau terluar belum tertangani dengan jelas. Maka menurut Syaykh AS. Panji Gumilang, sentralisasi pendidikan dinilai tidak efektif dan tidak efisien.

Sementara itu, pada kenyataannya pelaksanaan pendidikan selam ini, perbedaan kualitas pendidikan desa dan kota sangan mencolok. Persoalan ini hingga kini belum terjembatani secara sistematis. Padahal kenyataannya, sebagaian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan.

Maka menurut Pemimpin Al-Zaytun ini, membangun pendidikan, mesti berfokus kepada pembangunan pedesaan. Menata dan membangun pedesaan sangat beraktibat besar kepada kestabilan kehidupan kota, baik sektor ekonomi maupun keamanan. “Mempercepat pembangunan pendidikan pendesaan akan mempercepat pembudayaan masyarakat secara luas, yang pada gilirannya akan mempercepat pemerataan budaya kemajuan yang ada didalam masyarakat Indonesia secara keseluruhan, perkotaan
aupun pedesaan.” Katanya pada Rubrik Lentera, Berita Indonesia (Edisi 13/18 Mei 2006).

Karenanya perlu diciptakan system terpadu untuk menjem-batani kualitas pendidikan kota dan desa secara serius. Keberdayaan pendidikan desa, yang merupakan tempat tinggal 57% penduduk Indonesia menjadi sangat mutlak adanya. Dengan menata pendidikan desa dapat tercipta sumber daya insani yang siap dan sanggup secara mandiri membangun desanya, sanggup menghadapi tantangan kerja berdasarkan kompetensi yang meraka peroleh melalui pengalaman pendidikan formal di sekolah.

Citra Pendidikan Modern

Ditengah-tengah merosotnya dunia pendidikan nasional, muncul berbagai pemikiran mengenai model-model pendidikan. Ada pendidikan berbasis internasional, pendidikan berwawasan global, pendidikan islam berwawasan internasional dan sebagainya. Model-model pendidikan ini telah teruji dan mampu menopang pelaksanaan pendidikan nasional. Salah satunya adalah model pendidikan Pondok Pesantren Peradaban Berskala Dunia Al-Zaytun. Sebuah pesantren modern yang berskala internasional, dengan kampus peradaban terpadu dan system modern.

Lembaga pendidikan dengan sistem pesantren modern ini terletak di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Menempati lahan seluas 1200 ha, dengan luas bangunan 200 ha dan 1.000 ha untuk lahan pertanian, peternakan dan sarana laboratorium praktek. Sejak berdiri tahun 1999, kini lembaga ini memiliki jumlah siswa-siswi sebanyak 10.000 lebih, yang terdiri dari siswa MI (Madrasah Ibtidaiyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah), dan mahasiswa UAZ-Indonesia (Universitas Al-Zaytun Indonesia).

Dengan system pendidikan satu pipa (one pipe education system) lembaga ini memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta didik yang mandiri, cerdas pikiran, emosi dan spiritualnya, bijak dan mampu memposisikan diri dalam kondisi apapun, menguasai sains dan teknologi, cinta negara dan mamou hidup dengan bangsa-bangsa lain. Dalam tujuh tahun perjalanan (1999-2006), lembaga ini mampu menanamkan image sebagai sekolah berkualitas antar bangsa, sebagai citra pendidikan modern.

Maka boleh dikatakan, jika Steven Spielberg dan pemerintah Los Angeles memanfaatkan lahan ribuan hectare untuk distrik studio film ‘Universal Studios’, maka Syaykh AS Panji Gumilang memanfaatkan ribuan hektare tanah di Indramayu untuk membangun distrik ‘Universal Education’ . Sehingga, jika orang datang ke ‘Universal Studios’ akan berdecak kagum dengan industri film di Amerika, sedangkan jika orang dating ke ‘Universal Education’ akan berdecak kagum dengan industri pendidikan di sana. (Sumber Majalah Berita Indonesia - 14/2006)
Berita Selengkapnya !

Tiga Visi-Misi dan Output UAZ-Indonesia

Manusia berkualitas tidak diperoleh dari bahan dasar yang berkualitas saja, melainkan harus pula diproses dengan mesin atau sistem yang juga berkualitas. Ketelitian memproses bahan yang berkualitas menjadi hasil yang berkualitas adalah syarat bagi suksesnya sebuah hasil yang berkualitas.

Pendidikan yang tidak terencana dan tersistem akan menjerumuskan bangsa ke tempat yang terpuruk. One pipe education system atau sistem pendidikan satu pipa yang diwujudkan Al-Zaytun merupakan solusi jitu menjawab persoalan pendidikan dan kehidupan bangsa supaya bisa bangkit, maju dan jaya.

Pendirian Universitas Al-Zaytun Indonesia (UAZ-Indonesia) mengemban tiga visi dan misi yaitu :
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk mempersiapkan peserta didik yang
berakaidah kokok kuat terhadap Allah dan Syari’at-Nya, menyatu di dalam tauhid,
berakhlak al-karimah, cerdas, bajik dan bijak, berpengetahuan luas, berketerampilan tinggi
yang tersimpul dalam basthatan fi al-ilmi wa al-jismi sehingga sanggup dan mampu untuk
hidup secara dinamis di lingkungan negara dan bangsanya dan masyarakat antar bangsa
dengan penuh kesejahteraan dan kebahagiaan duniawi dann ukhrawi.
2. Mengembangkan iptek secara terpadu dan efisien untuk menjawab tantangan pembangunan
masa depan.
3. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang iptek secara terpadu untuk
mewujudkan negara Indonesia yang kuat, adil dan makmur.

Berdasarkan Visi dan Misi tersebut UAZ-Indonesia mampu membimbing mahasiswa mencapai tingkatan pendidikan S-3 yang berkualitas baik, hingga dapat mengabadikan ilmu dan tenaganya kepada bangsa pada usia produktif.

Tiga cirri keluaran (output) UAZ-Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Lulusan berkualitas yang memiliki imtak dan menguasai iptek berlandaskan budaya
toleransi dan budaya perdamaian.
2. Pengembangan iptek berkualitas yang dapat menjadi trend setter bagi masyarakat ilmiah.
3. Produk dan jasa yang berkualitas serta berdaya saing.
Berita Selengkapnya !

Fakultas-fakultas Terpadu di UAZ-Indonesia

Alumnus Universitas Al-Zaytun nantinya diharapkan, bukan saja menjadi tenaga ahli dibidangnya, tetapi juga menguasai bergabai bidang secara mendalam. Sehingga di manapun mereka mengabdi, akan menjadi pribadi-pribadi yang mandiri, penuh dedikasi dan berkemampuan saing di tingkat internasional. Untuk itulah Universitas Al-Zaytun Indonesia menerapkan sistem pendidikan dengan fakultas-fakultas terpadu.

Universitas Al-Zaytun Indonesia (UAZ-Indonesia) dibuka pada Agustus 2005. Pengoperasian UAZ-Indonesia ini merupakan per-wujudan sistem pendidikan satu pipa (one pipe education system), yang sejak awal dicanangkan Syaykh Al-Zaytun Dr. AS Panji Gumilang. Jaminan mutu adalah alasan utama penerapan sistem pendidikan satu pipa Al-Zaytun. Sekali bergerak mendidik, kata Syaykh AS Panji Gumilang, harus berkualitas dan berkelas dunia.

Dengan sistem satu pipa tersebut, santri berpeluang menempuh pembelajaran di Al-Zaytun, selama 20 tahun secara berkelanjutan. Mulai sekolah dasar, pada umur enam tahun hingga mencapai gelar doctor (S-3) pada usia 25 tahun. Diharapkan pada usia sedini mungkin (25 tahun), para alumni Al-Zaytun telah dapat mengabdikan dirinya pada bangsa dan negaranya, dalam kapasitas sebagai doctor.

Pada akhir Mei 2005, Al-Zaytun meluluskan lebih dari 1.200 pelajar tingkat menengah atas. Sebagai konsekuensi menganut pendidikan bersistem satu pipa, Al-Zaytun harus menyiapkan terwujudnya universitas, yang dapat menampung mereka dan siapapun (dari luar pelajar Al-Zaytun) yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di Al-Zaytun. Maka, kemudian dibangunlah gedung untuk Universitas.

Awal berdiri, Universitas ini telah memulai dengan beberapa program. Diantaranya, Program Pendidikan Pertanian Terpadu (P3T), Program Pendidikan Teknik Terpadu (P2T2) dan Program Pendidikan Bahasa-bahasa Terpadu (P2BT). Cikal Bakal Universitas Al-Zaytun Indonesia ini juga semakin menemukan bentuk setelah mengadakan berbagai studi banding ke berbagai universitas terkemuka di Indonesia maupun negara sahabat dan dengan berbagai persiapan dalam bentuk penyediaan tenaga pengajar yang berkualifikasi. Al-Zaytun juga telah lebih dahulu melaksanakan kerja sama dengan beberapa staf pengajar IPB Bogor dalam penyelenggaraan Program Pendidikan Pertanian Terpadu (P3T). Program ini merupakan cikal bakal Fakultas Pertanian Terpadu Universitas Al-Zaytun Indonesia. Juga dengan beberapa dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (dulu IAIN Jakarta) dalam menyelenggarakan program Kuliah al-Lughah berupa peningkatan kualitas berbahasa arab bagi seluruh pamong dididik dan eksponen Al-Zaytun yang diikut-sertakan. Prof. Dr. Abdurrahman Partosentono, adalah salah seorang senior di UIN Jakarta, yang menjadi salah satu promoter program ini.

Pendidikan Pertanian Terpadu

Program Pendidikan Pertanian Terpadu (P3T) adalah program pendidikan tingkat tinggi non degree. Program yang dimulai sejak 1 Januari 2000 ini merupakan program pendidikan pertania terpadu satu-satunya di Indonesia. Tidak seperti sistem pendidikan tinggi lain, program ini menerima mahasiswa pada setiap semester. Lama pendidikan empat semester, plus program bela negara dan penguasaan bahasa. Jadi, paling tidak setelah tiga tahun mereka baru benar-benar bisa terjun menjadi manajer-manajer pertanian masa depan.

Program ini ditangani oleh tenaga pengajar yang berkualitas, bekerja sama dengan para tenaga pengajar dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Syaykh AS Panji Gumilang mengatakan, didirikannya P3T sebagai usaha Al-Zaytun dalam rangka mempersiapkan kader-kader atau praktisi di bidang pertanian yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian.

Diharapkan, dengan adanya aplikasi teknologi pertanian secara terpadu, para alumni P3T mampu menghasilkan produk-produk pertanian. Dalam skala internal mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dan dalam skala eksternal mampu bersaing dengan produk-produk dari luar negeri. Syaykh Al-Zaytun mengatakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Al-Zaytun merupakan kegiatan yang telah direncanakan secara matang.

Cikal bakal Fakultas Pertanian Terpadu Universitas AL-Zaytun Indonesia ini menempati Gedung Idadi yang berdiri di atas lahan 4.000 meter persegi. Seluruh kegiatan pendidikan, kecuali laboratorium, dipusatkan di gedung itu. Termasuk ruang dosen maupun asrama mahasiswa. Gedung itu dirancang dengan menggunakan pendekatan pertanian, beratap tinggi, dan berlatar belakang hutan.

Para calon mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah terlebih dahulu menjalani serangkaian tes yang diwajibkan oleh YPI, termasuk tes kesehatan dan tes mental. Sebelumnya, di daerah masing-masing merekapun telah menjalani tes-tes oleh coordinator YPI. Mereka yang lulus tes di daerah itulah yang berhak mengikuti tes di Al-Zaytun.

Pada saat ini (2006) telah terlaksana 12 angkatan dengan jumlah keseluruhan mahasiswa lebih dari 400. Alumni dari fakultas ini umumnya langsung dikaryakan untuk mengelola lahan di Al-Zaytun dan menangani koperasi simpan pinjam yang bekerja sama dengan masyarakat desa sekitar Al-Zaytun. Mereka juga bekerja memberikan penyuluhan untuk peningkatan hasil pertanian masyarakat.

Langkah mendahulukan pelaksanaan P3T ini dilator-belakangi kebijakan Al-Zaytun yang telah memutuskan bahwa sector pertanian menjadi pendamping sector pendidikan. Sesuai dengan paradigma pendidikan ekonomi dan ekonomi pendidikan. Oleh karena itu, telah disiapkan lahan pertanian di sekeliling areal pendidikan seluas 1.000 hektar yang masih akan terus diperluas. Pertanian disini bukan saja bertani tanaman padi atau palawija, melainkan meliputi berkebun, perhutanan, perikanan dan peternakan secara terpadu.

Pendidikan Teknik Terpadu

Program Pendidikan Teknik Terpadu (P2T2) ini adalah program pendidikan tingkat tinggi non degree yang ditempuh dalam masa 4 semester. Para pengajarnya berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia (seperti ITB, UI, IKIP dan lain-lain). Program yang merupakan embrio dari Fakultas Teknik Universitas AL-Zaytun Indonesia ini dimulai 1 Juli 2002.
Dibukanya program ini bersamaan dengan program peningkatan kualifikasi dan pasca sarjana di bidang pendidikan yang bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Latar belakang pembentukan program ini antara, antara lain tertulis bahwa Al-Zaytun sebagai institusi pendidikan umat sesuai dengan motto “Al-Zaytun Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi serta Pengembangan Budaya Perdamaian” menjadikan segala aktivitasnya selalu memasukan unsure pendidikan baik formal maupun informal. Begitu pula aktivitas pembangunan yang sedang dilaksanakannya.

Hal ini berkaitan dengan percepatan pembangunan fisik Al-Zaytun, yang menjadikan kebutuhan tenaga terampil dan terdidik semakin besar. Tak hanya untuk menempati posisi manajer proyek di dalam lingkungan Al-Zaytun tapi juga untuk penyebaran Al-Zaytun di seluruh Indonesia. Untuk menjawab itu P2T2 ini dimulai.
Rekrutment mahasiswa dilaksanakan setiap tahun yang berasal dari karyawan pembangunan di berbagai unit pembangunan yang ada di Al-Zaytun. Hingga saat ini (tahun 2006) sudah berjalan 4 (empat) angkatan dengan jumlah mahasiswa lebih dari 80 orang. Program studi yang ditempuh sebesar 76 SKS yang dibagi menjadi 4 semester. Satu SKS ekuivalen dengan 60 menit tatap muka dengan dosen dan 2 x 60 menit praktik di lapangan atau laboratorium. Serta 1 x 60 menit kegiatan belajar mandiri terprogram.

Jadi, pendidikan ini setingkat dengan strata Diploma 2 (D-2). Namun demikian menurut Ir. Asrur Rifa dan Ir. Bambang Abdul Syukur, yang ikut membidani program ini, konsepnya berbeda dengan program teknik D-2 yang diselenggarakan oleh berbagai perguruan tinggi. Dari segi kurikulum, kurikulum P2T2 disusun berdasarkan hajat pemahaman teknik seorang manajer lapangan yang bisa menguasai keseluruhan tahapan suatu proyek pembangunan. “Seorang manajer lapangan yang memiliki gambaran utuh mengenai suatu bangunan yang di dalamnya memang minimal ada empat disiplin ilmu : mekanikal, elektrikal, sipil, dan arsitektur,” kata Ir. Asrur Rifa. Selama ini, katanya, dalam sebuah proyek bangunan sering terjadi ketidak sinkronan dalam perencanaan jalur-jalur elektrikal, mekanikal terhadap rancangan sipil dan arsitektur. Sehingga, sering terjadi rebutan lahan,” tambahnya.

Hal senanda dikemukakan Ir. Bambang Abdul Syukur, dalam pendidikan teknik – termasuk politeknik – pada umumnya masih belum integral. Pendidikan teknik arsitektur misalnya yang umumnya lebih mengkhususkan diri pad desain bangunannya tapi melupakan kelengkapannya seperti mekanikal, elektrikal, dan sistem sipil yang ada didalamnya sehingga tidak dipahami secara detail oleh para arsitek pada umumnya. “inilah bedanya dengan P2T2. Di sini seorang arsitek diharapkan tidak hanya memahami sipil, mekanikal, dan elektrikal secara umum tapi memiliki pemahaman yang terpadu dan pemahaman dasar yang cukup detail dari empat bidang keilmuan tadi,” ujar insinyur yang alumnus Teknik Arsitektur ITB ini.

Dengan Demikian, arsitek yang dihasilkan akan mampu mengakomodasi semua aspek. Merekapun akan lebih mampu me-manage pembangunannya. Dampaknya, perencanaan akan lebih singkat dan matang. “Lulusan S-1 Sekarang belum bisa dilepas di proyek. Dalam menyusun proyek perencanaan saja belum tentu bisa secara terpadu,” kata Ir. Bambang Abdul Syukur.

Peserta program pendidikan ini pada tahap awal adalah karyawan Al-Zaytun dengan latar belakang pendidikan minimal lulusan SLTA (STM dan SMA Jurusan IPA) dengan seleksi cukup ketat. Selain untuk memenuhi hajat intern, terbuka kemungkinan jika ada perusahaan atau lembaga yang berminat menampung alumni P2T2 Al-Zaytun. Dari sana diharapkan dunia luar akan bisa menilai kualitas dan keunggulan yang ditawarkan _2T2.

Keunggulan-keunggulan itulah yang akan menarik mereka untuk masuk ke P2T2 atau Fakultas Teknik Universitas Al Zaytun Indonesia. Jadi nantinya program ini akan membuka kesempatan bgai mahasiswa non karyawan. Program pendidikan ini tidak full beasiswa. Pada prinsipnya mahasiswa tetap membiayai pendidikannya. Namun bagi karyawan diberikan apresiasi dalam bentuk pinjaman tanpa bunga yang keseluruhannya dituangkan dalam bentuk perjanjian.

Pendidikan Bahasa-bahasa Terpadu

Program Pendidikan Bahasa-bahasa Terpadu adalah program pendidikan tingkat tinggi strata 1 yang ditangani oleh tenaga pengajar dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Program ini dimulai pada awal 15 September 2002. Rekruitmen mahasiswa P2BT yang merupakan embrio Fakultas Sastra Universitas Al-Zaytun Indonesia ini dilaksanakan setiap tahun yang berasal dari para guru dan eksponen Al-Zaytun yang berlatar belakang pendidikan SLTA hingga D-3, disaring melalui sebuah tes penerimaan.

Program yang didukung penuh oleh para doesen dari UIN Syarif Hidayatullah ini pada tahap awal dengan tujuh dosen, empat di antarnya berkualifikasi Strata-3 (Doktor), tiga lainnya merupakan dosen yang telah berpengalaman menjadi tenaga pengajar jurusan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Namun, kini sudah lebih dari 10 dosen.

Konsep dasar P2B2 ini merupakan panggabungan dua fakultas di IAIN yaitu Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Adab. Kurikulum pada keduanya dirangkum menjadi satu keterpaduan. Selain itu, salah satu keistimewaan adalh adanya perkuliahan Islamic Studies yang disampaikan dalam bahasa Inggris dan kuliah-kuliahnya dilakukan dengan bahasa pengantar bahasa Arab.

Adanya dua makna keterpaduan dalam kurikulum program ini. Pertama, kurikulumnya dirancang untuk memberikan dua kemampuan profesi baik sebagai ahli bahasa dan sebagai tenaga pengajar bahasa. Kedua, kurikulumnya menggambarkan kepadatan pengetahuan ilmu kebahasaan. Berbeda dengan kurikulum kuliah bahasa lainnya, P2BT tidak memuat pengetahuan yang tidak berkait dengan bahasa seperti Mata Kuliah Bahasa Indonesia dan Pancasila. Sebaliknya, kurikulum P2BT memuat mata kuliah yang justru belum ada dan belum popular di Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah seperti mata kuliah 'Ilm al-Ashwat dan Ilm al-Dalalah. Kurikulum P2BT ini merupakan perpaduan dan modifikasi beberapa kurikulum antara lain kurikulum pendidikan kebahasaan di UIN Syarif Hidayatullah, Sudan, Mesir, Saudi Arabia dan India.

Selain itu, P2BT juga memiliki kurikulum khas, seperti mata kuliah Balaghah Qur'aniyah, Ad-Dirasah al-Lughawiyah min al-Hadits dan At-Tar-jamah min Injiliziyah ila al-Arabiyah. Kurikulum P2BT juga mencerminkan pendalaman terhadap mata kuliah – mata kuliah tertentu. Misalnya, pada mata kuliah Al Insya, apabila pada beberapa fakultas lain hanya diberikan enam SKS, di P2BT diberikan 10 SKS. 'Semuanya dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan berbahasa mahasiswanya," kata Abdul Hafizh, salah satu dosen P2BT. Sementara itu, pengetahuan keagamaan yang termuat dalam kurikulum lebih condong kepada level wacana, bukan level pengetahuan praktis.

Sistem perkuliahan P2BT ini memadukan sistem paket dan sistem SKS. Mahasiswanya, berkewajiban menempuh 150 SKS yang ditempuh dengan rata-rata 20 SKS per-semester. Itu berarti program pedidikan berjenjang Strata-1 akan diselesaikan minimal empat tahun. Bahkan, jika nilai yang diraih peserta di atas rata-rata, mahasiswa itu bisa mengambil mata kuliah di atas 20 SKS per semester. Sehingga, mahasiswa itu akan bisa menempuh 150 SKS dalam waktu 3.5 tahun saja.
Kegiatan perkuliahan terbagi dalam tiga sesi : pagi, siang, dan malam. Pada pagi hari dimulai dimulai pada pukul 05.30 WIB, sore hari pada pukul 15.30 WIB dan malam hari pukul 19.00 WIB. Lamanya jam belajar dalam setiap sesinya bervariasi antara 1-3 jam mata kuliah. Jika Jadwal perkuliahan pada bisa sampai jam 10 malam. Perkuliahan pagi yagn dimuai pukul 05.30 WIB, dipandang unik. Sebab, ketika kebanyakan orang masih mempersiapkan segala aktivitas pagi, para mahasiswa sudah bersiap di kelas untuk memulai perkuliahan.

Selain perkuliahan bahasa, Departemen Program Pendidikan Bahasa-bahasa Terpadu juga telah menyelenggarakan program tabungan perkuliahan santri. Program yang dimulai 18 September 2003 itu merupakan akselerasi bagi santri yang berkemampuan "lebih" sehingga ketika mereka masuk ke perguruan tinggi telah mempunyai tabungan beberapa SKS (Sistem Kredit Semester) yang telah ditempuhnya selama masa tabungan perkuliahan.

Fakultas Teknologi Informasi

Fakultas IT menyediakan berbagai sarana. Diantaranya sejumlah 294 unit computer yang tersebar di seluruh lingkungan Al-Zaytun, telah terakses ke internet. Untuk terakses pada internet, digunakan antene parabola VSAT (Very Small Aperture Terminal) dengan kapasitas bandwith 512 KBPS (Kilo Bit Per Second). Sedangkan infrastruktur jaringan antar computer, menggunakan teknologi fiiber optic. Kemudian computer juga dilengkapi dengan 11 pusat penyimpanan data (server).
Upaya lainnya, Fakultas IT, bersama dengan ECS (Educational Counselling Service) Al-Zaytun, merintis kerja sama tersebut, antara lain berupa program sertifikasi ICDL (International Computer Driving Licence) dan program akademik Teknologi Informasi dari NCCC (National Computing Centre) Education, yang berkantor pusat di London. Program ini dilaksanakan secara online kepada kantor pusat masing-masing. Untuk melaksanakan program pendidikan IT ini, dibentuk Al-Zaytun Global Information and Comunication Technology (AGICT) yang sekaligus sebagai embrio terbentuknya fakultas IT. Dalam perjalananannya, AGICT telah memiliki 2.713 siswa program ICDL. Terdiri dari 1.595 siswa yang masih aktif belajar dan 1.118 siswa yang telah menyelesaikan Program IT tahap pertama. Mereka yang telah lulus dan melanjutkan ke ICCS (International Certificate in Computer Studies) salah satu program NCC, sejumlah 704 siswa.

Fakultas Kedokteran

Sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai tingkat kesadaran yang rendah di bidang kesehatan baik secara personal maupun masyarakat. Padahal kesehatan merupakan daasr utama pembentukan sumber daya manusia yang baik.

Penyediaan tenaga kesehatan tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu tenaga kesehatan, khususnya dokter harus dapat menjadi fasilitator pendidikan kesehatan di masyarakat. Perwujudan pendirian Fakultas Kedokteran (FK-UAZ-Indonesia) adalah prioritas pada tahap pertama.

Pendirian FK-UAZ-Indonesia diawali kehadiran hospital kampus, didukung oleh 12 dokter siaga 24 jam dengan segala peralatan mutahkhir untuk melayani kasus-kasus kesehatan.

Fakultas Pendidikan

Setiap warga Negara berhak memperoleh pendidikan bermutu karena pendidikan adalah hak asasi manusia. Hakikat kegiatan pendidikan adalah membiasakan manusia supaya menjadi lebih baik dari sebelumnya, dengan memiliki keluhuran budi, moral dan akhlak yang lebih baik.

Perbaikan tergambar dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan serta kemampuan karya cipta yang lebih baik guna meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Untuk mencapai tujuan ideal pendidikan diperlukan sejumlah prasyarat, seperti staf pengajar bermutu, fasilitas pendidikan yang memadai, dan system pendidikan dan formulasi kurikulum yang sesuai dengan hajat, serta kebijakan politik pendidikan yang kondusif. Dan demi menjamin mutu, setiap institusi pendidikan dituntut harus mampu menyelenggarakan proses pendidikan yang berkesinambungan.

Nah, strategi untuk menjamin mendapatkan pendidikan yang optimal dan berkesinambungan adalah penerapan One Pipe Education System. Sistem ini dilengkapi minimal tiga jalur, yaitu jalur akademis, jalur kombinasi (akademis dan keahlian), dan jalur keahlian. Ketersediaan ketiga jalur akan mempermudah pembimbingan manusia dalam menyalurkan bakat dasarnya, hingga mencapai tingkat pendidikan yang tertinggi di bidangnya.

UAZ-Indonesia mendirikan Fakultas Pendidikan (FP-UAZ-Indonesia) setelah terlebih dahulu mempersiapkan berbagai kelengkapan, yaitu lab lapangan berbentuk sekolah dasar dan sekolah tingkat menengah. Sebelumnya, UAZ-Indonesia melakukan pembenahan mendasar pada setiap strata sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Tujuannya, menempatkan kembali proses pendidikan supaya sesuai dengan cita-cita pendidikan yang sebenarnya. Fakultas Pendidikan mempunyai laboratorium lapangan, yaitu sekolah dasar dan sekolah tingkat menengah. Sekolah tingkat menengah, telah berlangsung selama 6 tahun. Lebih dari 7.200 pelajar, saat ini belajar dan tinggal di Al-Zaytun. Santri dewasapun ikut melengkapi laboratorium Fakultas Pendidikan. Santri dewasa yang berjumlah 483 orang terdiri dari karyawan Al-Zaytun yang belum berkesempatan mengenyam pendidikan dasar dan menengah.

Dari berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia. Al-Zaytun terus menerobos masuk ke percaturan pendidikan Internasional. Hal ini telah, sedang dan terus diusahakan dalam bentuk usaha bersama mendirikan Al-Zaytun American University. Hal lain yang terus dirintis adalah diakuinya Al-Zaytun sebagai satu-satunya pemegang hak sertifikasi kemampuan olah computer oleh ICDL-AP di Indonesia.
Selain itu, Program Pendidikan Pertanian Terpadu, yang sekarang telah menjadi Fakultas Pertanian Terpadu Universitas Al-Zaytun Indonesia telah mendapatkan pengakuan, bukan hanya dari dalam negeri namun juga pengakuan dari luar negeri. [BI-14/2006].
Berita Selengkapnya !

Bisnis di Internet