Sunday, December 31, 2006

Politisi Enterpreneur yang Peduli Pendidikan

Wakil Ketua MPR RI HM. Aksa Mahmud

Wakil Ketua MPR RI HM Aksa Mahmud seorang pengusaha sukses, yang kemudian mengabdikan diri dalam dunia politik. Terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah yang mengantarkannya menjabat di lembaga tinggi negara sebagai Wakil Ketua MPR 2004-2009. Dia seorang negarawan yang amat peduli pada upaya pencerdasan bangsa. Maka diapun menyatakan kebanggaannya ketika berkunjung ke Kampus Universitas Al-Zaytun, Sabtu 25 November 2006 lalu.

Tokoh nasional itu menyatakan dukungan penuh dalam setiap usaha upaya mewujudkan Universitas Al-Zaytun Indonesia menjadi universitas berkelas dunia. Aksa Mahmud memang tak henti-hentinya menunjukkan sekaligus memberikan dukungan atas perjalanan UAZ menuju universitas berkelas dunia sejak dari pendiriannya. Ia pun bersedia memberikan kuliah umum, dengan harapan agar seluruh pelajar dan mahasiswa Al-Zaytun sedini mungkin sudah mempunyai jiwa enterpreneur, sebagaimana Aksa Mahmud sejak masa kecilnya.

Sama seperti visi Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang dan para eksponen Yayasan Pesantren Indonesia, pengelola Al-Zaytun, Aksa Mahmud berprinsip, ke depan, kalau mau maju santri harus memiliki pemikiran sebagai seorang entrepreneur. Aksa juga berharap, bangsa Indonesia harus banyak menciptakan pengusaha. Dan mereka yang akan menajdi pengusaha itu tak lain tak bukan adalah para santri dan mahasiswa yang setelah lulus dapat segera terjun menjadi pengusaha, atau sebagai profesional, yang sama-sama menciptakan lapangan pekerjaan.

„Ke depan harapan saya, Al-Zaytun ini dari semua disiplin ilmu yang diajarkan, para mahasiswanya nanti dapat banyak yang menjadi enterpreneur, atau menjadi profesional. Tidak ada jaminan bahwa hanya lulusan Fakultas Ekonomi harus menjadi pengusaha, sebab menjadi entrepreneur itu tidak memperhatikan jurusan dan disiplin ilmu apa yang dipelajari, sebab semua bisa,“ kata Aksa.

Wariskan Grup Bosowa

Wakil Ketua MPR RI HM Aksa Mahmud sejak mulanya sudah dikenal sebagai pengusaha tangguh. Persis sejak tahun 1968, ia membangun imperium bisnis bernama Bosowa, di Makassar, Sulawesi Selatan. Berawal sebagai agen penjualan mobil merek Datsun, Bosowa bergerak begitu cepat meningkat menjadi distributor tunggal mobil merek Mitsubishi untuk seluruh wilayah Timur Indonesia.

Skala bisnis perusahaan yagn namanya diambil dari nama tiga kerajaan besar di Sulawesi Selatan yakni Kerajaan Bone, Kerajaan Sopeng, dan Kerajaan Wajo yang mampu hidup bertetangga secara rukun dan damai, terus saja meningkat. Kini, Bosowa di tangan kelima anak-anak pasangan HM Aksa Mahmud dan Istri Hj Ramlah Aksa, sebagai generasi kedua penerus dinasti kerajaan bisnis Grup Bosowa, lini usaha perusahaan mulai merambah ke berbagai sektor seperti transpormasi, industri semen, industri keuangan, perbankan, perdagangan, hingga infrastruktur dengan membangun pusat pembangkit tenaga listrik hingga pengelolaan jalan tol.

HM Aksa Mahmud yang lahir pada 16 Juli 1945 di Barru, jaraknya 35 kilometer dari Parepare atau 115 kilometer dari Makassar, sejak awal secara telaten sudah mempersiapkan kelima anaknya untuk menerima estafet kepemimpinan Bosowa. Semua kebutuhan dan pendidikan mereka dipersiapkan secara matang, termasuk menempuh pendidikan di sekolah bisnis terbaik sebuah perguruan tinggi di MIT, Amerika.

Aksa Mahmud sangat ingin sekali mematahkan pameo buruk dari negeri China, yang sudah lazim dikenal luas di kalangan para pebisnis yang menyebutkan, generasi pertama setiap perusahaan bertugas mendirikan dan membangun perusahaan, generasi kedua hanya menikmatinya saja, dan ketika tiba pada generasi ketiga mereka tinggal menghancurkan saja jerih payah para pendahulu.

Bukan haya mematahkan pameo lama, Aksa malah berhasil membalikkan pameo itu dengan membuat Grup Bosowa diba di tanggan generasi kedua yang sudah siap untuk semakin membesar. Bahkan, kelak di tangan generasi ketiga sudah digariskan bahwa Bosowa akan menajdi pemain dunia yang melakukan ekspansi dan ivestasi bisnis secara besar-besaran di mana-mana di kelima benua yang ada.

Semua perjalanan Bosowa mengalir begitu saja dan tampak dari luar sepertinya biasa-biasa saja. Namun sesungguhnya yang terjadi adalah, Aksa Mahmud tak henti-hentinya mewariskan semangat dan jiwa bisnis sebagai Enterpreneur kepada anak-anak, dengan menceriterakan bagaimana ia dahulu sepanjang perjalanan hidup mulai duduk di bangku Sekolah Dasar (SR) sudah aktif belajar sambil berbisnis dengan berjualan permen ke teman-teman sekolah. Atau, manakala tiba bulan puasa membeli es balok lalu memecah-mecah dan menjualnya kepada banyak orang untuk kebutuhan berbuka puasa di sore hari. Tiba pada malam hari, aktivititas berbisnis tetap saja Aksa jalankan dengan menjual kurma kepada orang yang mau pergi dan pulang tarawih. Pada kesempatan lain Aksa membawa ikan milik orang lain dari laut lalu menjualnya ke kota, selisih harga penjualan menjadi laba dan keuntungan yang layak dikantongi Aksa muda.

Aktif Berorganisasi

Keberhasilan mewariskan imperium bisnis kepada anak-anak memberi waktu yang lebih banyak kepada Aksa Mahmud dan Istri untuk aktif di berbagai kegiatan sosial dan pendidikan, dengan mengelola sejumlah yayasan dan menjadi filantropis sebagai donatur kepada pribadi perorangan atau lembaga-lembaga sosial pendidikan yang membutuhkan dana.

Aksa sudah memberikan banyak beasiswa bagi mahasiswa untuk meyelesaikan pendidikan S2 hingga S3. Lagi-lagi semua berjalan seiring sejalan sesuai tradisi dan garis kebijakan yang sudah berlaku lama di lingkungan perusahaan.

Aksa Mahmud adalah salah satu tokoh bisnis yang paling handal di negeri ini utamanya yang berasal dari kawasantimur Indonesia. Majalah Forbes sampai-sampai menyebutnya sebagai konglomerat terkaya ke-28 di Indonesia, atau pribumi terkaya keenam di Indonesia. Bosowa saat ini memilki tak kurang 30 anak perusahaan dengan penguasaan total aset sekitar Rp 2,5 Trilyun. Sebuah pencapaian yang masuk akal, sesungguhnya.

Selain mendirikan Grup Bosowa Aksa aktif di sejumlah organisasi bisnis dan nin bisnis membuatnya dikenal di mana-mana. Seperti, menjadi Sekretaris Umum Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) Sulawesi Selatan periode tahun 1976-1985; menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sulawesi Selatan pada tahun 1982-1985; mejadi Wakil Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Badan Pembinaan Anggota Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI periode tahun 1983-1986; Ketua Gabungan Pelaksana Nasional Indonesia (GAPENSI) Sulawesi Selatan periode 1987-1994; menjadi Ketua DewanPenasehat GAPENSI Pusat periode tahun 1994 hingga sekarang; dan sejak tahun 1999 hinga sekarang menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Sulawesi Selatan.

Karena pengalaman bisnis dan organisasinya yang sedemikian luas, Aksa Mahmud sejak tahun 2003 hingga sekarang diangkat menjadi Ketua Dewan Bisnis Sulawesi, sekaligus menjadi Penasihat Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Bidang Perekonomian Daerah sejak tahun 2002. Sejak muda Aksa Mahmud sudah menunjukkan bakat alamiahnya sebagai organisatoris, sebuah kemampuan modal dasar yang sangat penting dalam berbisnis, berpolitik dan bernegara. Tahun 1962, misalnya, di organisasi pelajar Aksa tercatat sebagai Alumni Pelajar Islam Indonesia (PII).

Sejak SD, ST, hingga STM Aksa selalu terpilih sebagai ketua kelas. Yang menarik, saat duduk di STM terpilih sebagai Ketua Ikatan Pelajar Sekolah Tehnik Menengah (IPSTM), yan dipercaya memimpin 123 orang siswa melakukan study tour ke pulau Jawa dimulai Semarang hingga Jakarta. Tentu saja ketika itu pengetahuan Aksa tentang pulau Jawa masih terbatas sekali. Demikian pula kemampuan ekonomi tetapi sudah harus memimpin ratusan siswa.

Begitu duduk di bangku perguruan tinggi tahun 1965 Aksa adalah Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar. Ini membuat Aksa terlibat aktif dalam penumpasan gerakan komunis, terjun sebagai Aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1966. Di bangku kuliah ini pula sebagai aktivis, Aksa berkesempatan mendirikan radio amatir, termasuk menjadi penerbit koran mahasiswa. Ia adalah aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMII).

Sebagai aktivis pers kampus yang memilki sendiri penerbitan kampus suatu ketika dengan penuh idealisme Aksa pernah menurunkan hasil tulisan sendiri perihal Operasi Samsudari yang dilaksanakan Kodam Hasanuddin di bawah kepemimpinan Panglima Saidiman. Aksa mengkritisi betul operasi itu berdasarkan realitas yagn sesungguhnya terjadi di masyarakat. Tetapi tulisan berdasarkan fakta ini berakibat fatal, ia di intrograsi dan ditahan di ruang tahanan Kodam selama 10 hari tanpa pemeriksaan. Panglima mengakui apa yang Aksa tulis benar adanya. Tetapi kata Panglima, „Memang begitu, tetapi engkau jangan begitu.“

Kata-kata ini membuat Aksa tak tertarik meneruskan profesi jurnalistik sebab tidak memberi kenikmatan,bertindak tidak sesuai kemerdekaan dan keikhlasan sesuai fakta yang terjadi di lapangan. Aksa lalu menjalankan profesi baru sebagai pebisnis yang membuat berkesempatan berkenalan dengan Jusuf Kalla, di Dolog Sulawesi Selatan. Barulah selepas dari Dolog ia akhirnya mendirikan Grup Bosowa tahun 1968.

Aksa Mahmud menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat (SR) di Barru tahun 1959, Sekolah Tehnik (ST), Sekolah Teknik Menengah (STM) di Makassar tahun 1965.

Menjadi Tokoh Negarawan

Aksa Mahmud rupanya tak mau berhenti di lingkungan bisnis dan organisasi bisnis saja dalam berkontribusi membangun bangsanya. Waktu luang yang dimilikinya masih bisa disisihkannya dengan menajdi politisi. Sejak tahun 1999 alumni Fakultas Teknik Elektro Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini terpilih menjadi Anggota MPR RI, mewakili Utusan Daerah Sulawesi Selatan periode 1999-2004.

Pada periode selanjutnya berdasarkan undang-undang politik dan tata kenegaraan yang lebih baru sebagai hasil Amandemen UUD 1945, Aksa Mahmud pada Pemilu 2004 dipilih oleh sebagian terbesar pemilih Sulawesi Selatan menjadi Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Pada periode keduannya duduk di lembaga kenegaraan ini Aksa terpilih menjadi Wakil Ketua MPR RI, yang semakin membulatkan tekadnya untuk sepenuhnya mengabdi kepada bangsa dan negara sebagai negarawan. Aksa tak lagi hanya memperhatikan perbaikan kesejahteraan delapan juta warga Sulawesi Selatan, melainkan seluruh 220 juta warga Indonesia.

Sebagai negarawan, Aksa Mahmud tak lagi memikirkan bagaimana kelanjutan karir dan jabatan politiknya pada Pemilu yang akan datang, melainkan, sudah bergerak untuk mempersiapkan dan memikirkan masa depan bangsa dan generasi muda secara lebih luas.

„Saya duduk di sini betul-betul bukan lagi untuk berpikir demi kepentingan diri sendiri. Tetapi, saya selalu berdoa memohon mudah-mudahan di posisi ini saya selalu berpikir untuk kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia serta demi kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimanapun tugas saya adalah menjaga keutuhan negara kesatuan dan rakyat Indonesia,“ kata Aksa dalam sebuah wawancara khusus dengan Berita Indonesia di Gedung Nusantara III DPR/MPR RI Senayan, Jakarta.

Dalam kapasitas kenegarawannya itulah Aksa Mahmud berkenan mengunjungi sebuah pusat pendidikan terpadu sistem satu pipa yang sedang bergerak maju menjadi pusat pendidikan berskala internasional yakni Universitas Al-Zaytun, yang terletak di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada akhir November 2006 lalu.

Secara khusus Aksa ingin menunjukkan dukungannnya bahwa sebagai pimpinan nasional ia sangat peduli akan keberadaan Universitas Al-Zaytun (UAZ) Indonesia, yang dengan sistem pendidikan satu pipanya kelak akan mencetak kader-kader pemimpin bangsa setelah tamat pendidikan S-3 di usia relatif masih sangat muda sekali 25 tahun.

Berbicara di hadapan Keluarga Besar Universitas Al-Zaytun Indonesia pada acara Silahturahim Idul Fitri 1427H tanggal 25 November 2006 itu, Aksa Mahmud berkenaan membagi-bagikan banyak pengalaman dirinya sebagai tokoh negarawan kepada seluruh civitas akademika Universitas Al-Zaytun (UAZ) Indonesia.

Terasa sekali ada ikatan emosional yang sangat dalam antara Aksa Mahmud dengan UAZ Indonesia, sebuah lembaga pendidikan tinggi berstandar internasional yang pendiriannya turut membidaninya. Bahkan Aksa menyatakan komitmen untuk turut mengawal cita-cita UAZ Indonesia hingga paripurna di tingkat nasional dan internasional.

Demikian pula tatkala setiap kali mengadakan dialog langsung dengan para santri yang masih menempuh pendidikan di Al-Zaytun baik di ruang-ruang kelas belajar maupun di ruang komputer ICT Training Center milik Al-Zaytun yang didesain berstandar internasional dan terhubung langsung ke seantero dunia lewat internet. Di situ Aksa Mahmud aktif memompakan semangat agar para santri bersiap-siap menerima tongkat estafet sebagai calon pemimpin nasional di masa datang. Baik itu sebagai pemimpin di bidang bisnis, seni budaya, olahraga, pemeritahan, dan politik nasional dan internasional. Pemompaan semangat ini dia lakukan dengan cara yang sama kepada anak-anaknya agar bersedia meneruskan roda bisnis Grup Bosowa.

Aksa Mahmud terlihat sangat kampatibel sekali dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan tinggi. Ia memang memiliki sejumlah jabatan penting di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Sejak tahun 2000 Aksa Mahmud menjabat Ketua Yayasan Universitas Islam Indonesia Makassar, Ketua Dewan Penyantun Politeknik Negeri Makassar, dan Ketua Dewan Penyantun Politani Negeri Pangkep, Sulawesi Selatan.

Bahkan penyuka olahraga golf, renagan dan diving ini sejak tahun 2001 hingga sekarang tercatat sebagai anggota Dewan Wali Amanat Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Karena itu, demi membangkitkan semangat belajar dan kebanggaan mahasiswa Universitas Al-Zaytun Indonesia, Aksa Mahmud secara terbuka menyebut UGM adalah salah satu universitas terbaik di dunia pada beberapa mata pelajaran.

Tetapi, ini yang menarik, Aksa mengulang pernyataan Rektor UGM Sofian Effendi, yang justru lebih salut kepada Universitas Al-Zaytun sebab memilki manajemen jauh lebih hebat daripada kampus UGM yang terletak di Bulak Sumur, Yogyakarta itu. Kampus Al-Zaytun pun tergolong mewah dan modern. (Sumber Majalah Berita Indonesia – 28/ 2006)
Berita Selengkapnya !

Guru Entrepreneur Ada di Al-Zaytun

Oleh : Wakil Ketua MPR RI HM Aksa Mahmud *)

Wakil Ketua MPR RI HM Aksa Mahmud, selaku Wali Amanah Universitas Gajahmada (UGM) Yogyakarta, bangga UGM tercatat terbaik ke-42 dari 100 universitas terbaik dunia pada beberapa mata pelajaran unggulan. Tetapi dia lebih kagum lagi karena Rektor UGM Sofian Effendi justru mengagumi Universitas Al-Zaytun yang dinilainya memiliki manajemen yang lebih hebat dari UGM. Dia menyebut guru entrepreneur ada di Al-Zaytun.

Aksa Mahmud, yang juga pengusaha terkemuka yang sudah puluhan tahun menjadi entrepreneur sukses melalui kelompok usaha Grup Bosowa, semakin terkesima tatkala rektor UGM Sofian Effendi Justru mengagumi Universitas Al-Zaytun (UAZ) Indonesia yang dinilainya memilki manajemn yang jauh lebih hebat dibandingkan UGM. Aksa mengungkapkan hal itu dalam kuliah umumnya, sabtu 25 Nopember 2006 lalu di UAZ, Indonesia untuk membangunkan jiwa dan perilaku kewirausahaan di kalangan mahasiswa UAZ Indonesia.

Aksa Mahmud sudah lama dikenal sebagai tokoh pengusaha nasional yang tumbuh dari bawah dari Timur Indonesia. Lahir di Burru, Sulawesi Selatan pada 16 Juli 1945, tahun 1968 ia mendirikan grup usaha Bosowa. Bosowa mulanya berperan sebagai distributor tunggal pemasaran kendaraan Mitsubishi untuk seluruh kawasan timur Indonesia.

Sukses sebagai pengusaha, aksa lalu terjun menjadi politisi. Ia mengabdi lebih luas lagi di lembaga politik negara bernama Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Bahkan, mewakili institusi DPD ini ia terpilih menjadi Wakil Ketua MPR RI. Ketika pemilkik nama lengkap H.M. Aksa Mahmud ini berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun pada 25-26 November 2006 lalu, maka suasana yang tercipta adalah sebuah rasa yang hangat, gembira, dan penuh persahabatan. Aksa yang pengusaha yang jadi penguasa di Al-Zaytun merasakan seolah-olah sedang berada di habitatnya.

Sebab, Aksa Mahmud mengujungi sebuah kawasan pusat pendidikan terpadu yang juga sekaligus arena pembelajaran berwirausaha. Di Al-Zaytun, sebuah sudut pandang yang harus dimilki setiap wirausahwan sejati, yang sudah puluhan tahun digeluti Aksa Mahmud diterapkan benar-benar. Seperti, bagaimana seluruh siklus atau mata rantai kehidupan tidak pernah menyisakan sedikitpun material terbuang. Semua berguna dan dihitung rinci untuk dapat memberikan kemanfaatan maksimal serta meminimalkan pengeluaran sehemat mungkin.

Aksa Mahmud menjadi sangat mah’fum jadinya manakala mendapatkan penjelasan langsung dari Syaykh Abdussalam Panji Gumilang, pimpinan Al-Zaytun, tentang sistem tali air yang memastikan baik di musim hujan mapun musim kemarau Al-Zaytun akan selalu panen air. Ketersediaan air dalam waduk membuat program penanaman padi, sayur-mayur, buah-buahan dan tanaman-tanaman lain di seluruh areal lahan yang dimilki tak akan pernah terhambat. Semua kebutuhan dalam mata rantai makanan dapat dihasilkan sendiri oleh Al-Zaytun, kecuali untuk hal-hal tertentu yang memang tak bisa diproduksi.

Demikian pula bagaimana semua welding kontruksi gedung-gedung bertingkat milik Al-Zaytun dibuat sendiri oleh Al-Zaytun. Termasuk pula traktor tangan dan perahu, Al-Zaytun hanya membeli mesinnya, sedangkan casing dan sebagainya dibuat sendiri.

Pendidikan sebagai “gula”

Syaykh AS Panji Gumilang, tuan rumah yang merupakan pimpinan sekaligus personifikasi Al-Zaytun yang ditemu Aksa Mahmud di Wisma Tamu Al-Islah, memeng sejak awal mendesain Ponpes Al-Zaytun sebagai “gula”nya pusat pendidikan dan pengembangan budaya perdamaian dan pusat pengembangan budaya toleransi.

Ponpes sebagai “gula” dibangun dalam semangat pesantren namun dikelola secara modern. Karena dia “gula”, maka “semut” berupa kegiatan-kegiatan ekonomis dipastikan akan datang dengan sendirinya.

Karena itu setiap pribadi atau institusi apapun yang bersentuhan dengan Al-Zaytun, termasuk pengusaha terkenal sekaliber Aksa Mahmud harulah dapat memperoleh manfaat besar dari manisnya rasa “gula” Al-Zaytun. Paling tidak, setelah berkunjung akan selalu ada inspirasi baru yang tercetuskan.

Secara khusus lagi teknologi kultur jaringan dan transfer embrio, misalnya, Aksa sangat berharap sekali teknologi ini hadir di setiap kabupaten demi menyediakan bibit-bibit dan varietas terunggul tanaman pangan dan hewan peliharaan. Semua ide dicetuskan bersama oleh Syaykh dan Aksa untuk memberikan manfaat yang lebih besar kepada rakyat banyak.

Memiliki Kesamaan Sudut Pandang

Kunjungan HM. Aksa Mahmud, Wakil Ketua MPR RI ke sebuah pusat pendidikan terpadu di kawasan pedesaan nan teduh dan damai di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat adalah untuk kedua kali.

Aksa Mahmud pertama kali mengadakan kunjungan di bulan Agustus 2005, bersama rombongan Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo untuk meresmikan pendirian Universitas Al-Zaytun (UAZ) Indonesia.

Aksa bersama rombongan, masing-masing terdiri Sekretaris Wakil Ketua MPR RI RM Sumantri, Direktur Bisnis Bank Kesawan Etjik Jafar, dan staf pribadi bernama Salman, Kali ini datang juga masih dalam konteks UAZ Indonesia.

Yakni mengadakan Silahturahim Idul Fitri 1427 H di hadapan Keluarga Besar Universitas Al-Zaytun Indonesia, serta memberikan kuliah umum atau Stadium General kepada seluruh civitas akademika UAZ Indonesia. Tema yang ia bawakan adalah, “Membangun Jiwa dan Perilaku Kewirausahaan (Entrepreneurship) di Kalangan Mahasiswa Universitas Al-Zaytun Indonesia.”

Aksa merasakan betul manfaat kehadirannya kali ini. “Orang terdekat” Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla ini bisa bercengkerama mengenai banyak hal dengan Syaykh Panji Gumilang. Keduanya bertukar-pikiran mengenai berbagai perkembangan sosial politik dan kenegaraan terbaru di tanah air, membicarakan situasi global yang semakin menunjukkan gejala kuatnya interdependensi antar umat manusia dan antar bangsa, serta mencari peluang-peluang usaha baru yang masih memungkinkan untuk meberikan lebih banyak lagi kesejahteraan kepada masyarakat di berbagai daerah secara merata.

Kedua tokoh terlihat mempunyai kesamaan pandangan dalam banyak hal. Secara fisik pun keduanya ternyata memilki kesamaan pula sebab dalam darahnya sama-sama mengalir dara Bugis. Aksa Mahmud adalah Bugis tulen, hingga ia gielari sebagai “Saudagar Bugis Yang Cerdas”. Sementara Syaykh AS Panji Gumilang, dari gari keturunan ayah yan orang Madura, bila sislsilah diurut ke atas ternyata masih ada pula titisan darah Bugisnya.

Khusus mengenai cita-cita Indonesia masa depan yakni menciptakan Indonesia yang kuat, antara Aksa Mahmud dan Syaykh juga sangat setuju sekali apabila setiap pemimpin Indonesia berkesempatan menaikkan pendapatan perkapita Indonesia hingga paling tidak mencapai 3.500 dollar AS perkapita. Bila kondisi minimal itu sudah tercapai, kata keduanya, tak lagi masalah apabila pemimpinnya berganti-ganti.

Karena itu untuk menciptakan kepemimpinan yang kuat keduannya setuju agar setiap pemimpin, seperti presiden, diberi kesempatan untuk membangun perekonomian yang kokoh selama dua periode. Demikian pula kepada wakil presiden diberi berkempatan untuk menjabat selama dua periode.

Bagikan Pengalaman Entrepreneur

Aksa Mahmud sebagai “Saudagar Bugis Yang Cerdas” sudah selama puluhan tahun malang melintang sebagai pengusaha. Ia adalah tipe pengusaha yang kemudian berkecimpungan menjadi politikus.

Aksa memulai karir politik tahun 1999 saat terpilih sebagai Anggota MPR RI Fraksi Utusan Daerah periode 1999-2004. Ia kemudian terpilih sebagai Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi Sulawesi Selatan periode 2004-2009. Sejak tahun 2002 sampai sekarang Aksa duduk sebagai Penasihat Gubenur Sulawesi Selatan Bidang Perekonomian Daerah. Mewakili institusi DPD, Aksa terpilih menjadi Wakil Ketua MPR RI periode tahun 2004-2009.

Tetapi jauh hari sebelum itu tepatnya tahun 1968, suami dari Hj. Ramlah Aksa ini mendirikan kelompok usaha bernama Bosowa. Grup Usaha Bosowa memiliki berbgai lini usaha hingga berhasil menempatkan nama pendiri sekaligus pemiliknya, HM. Aksa Mahmud, sebagai pengusaha pribumi nomor uruttan keenam terkaya di tanah air. Atau jika menurut Forbes, Aksa dengan total kekayaan 195 juta dollar AS adalah orang terkaya ke-28 dalam daftar 40 orang terkaya Indonesia tahun ini.

Salah satu unit usaha Aksa yang begitu fenomenal, bahkan telah meberikan trade mark tersendiri kepada pendirinya sebagai “Raja Semen Dari Timur’, adalah pendirian Semen Bosowa. Industri ini sudah mempunyai pangsa pasar berskala internasional.

Aksa Mahmud memilki pengalaman khusus tentang hal ini untuk diceriterakan kepada para mahasiswa Universitas Al-Zaytun (UAS) Indonesia, sebagai bukti bahwa putra Bugis ini adalah tipikal pengusaha yang memilki kecerdasan tinggi dan bersikap pantang menyerah dalam menyiasati perjalanan bisnis. Turut pula diceritakannya dalam kuliah umum berberapa sekuel terpenting dari pengalaman panjang hidupnya sebagai usahawan, untuk ditularkan kepada ratusan mahasiswa angkatan pertama dan kedua UAS Indonesia. (Baca : Kuliah Umum HM Aksa Mahmud : Menebar Jurus Enterpreneur Sejati )

Akas Mahmud memang memiliki kedekatan historis dengan UAZ Indonesia. Ia turut aktif mendorong pendirian UAZ Indonesia, membuatnya berkomitment kuat pula agar UAZ Indonesia dapat menempati posisi sejajar dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, bahkan menjadi univerisitas yang berkelas dunia.

Aksa sangat mengerti UAZ Indonesia sudah memilki modal yang kuat menjadi universitas internasional. Modal dan ukuran itu dimilki sebab Aksa sehari-hari terlibat pula sebagai Wali Amanat Universitas Gajahmada (WA-UGM) Yogyakarta.

Kata Aksa saat ini UGM adalah universitas terbaik nomor satu Indonesia, bahkan menempati urutan ke-42 dari 100 universitas terbaik dunia pada beberapa mata pelajaran unggulan. Tetapi Rektor UGM, Sofian Effendi, kepada Aksa justru mengatakan bahwa manajemen Universitas Al-Zaytun Indonesia lebih hebat daripada manajemen UGM.

“Jadi, banggalah menjadi mahasiswa Universitas Al-Zaytun bahwa ada pengakuan dari rektor universitas nomor 42 terbaik dari 100 universitas terbaik di dunia. Dan, bahwa Anda punya kampus lebih bagus dari kampus yang dia pimpin. Itu satu kebanggaan,” kata Aksa kepada seluruh civitas akademika Universitas Al-Zaytun Indonesia. Pidato ini lanatas memperoleh tepuk tangan meriah dari mahasiswa UAZ Indonesia.

Aksa menyebutkan kebanggaan sangat diperlukan oleh semua orang tanpa kecuali, termasuk oleh mahasiswa dan pengusaha. “Untuk berhasil, jangan mimpi berhasil tanpa memilki kebanggaan. Oleh sebab itu ada yang disebut brand images. Setiap pengusaha yang pertama kali harus diciptakan adalah brand images, sebuah rasa bangga, dan bangga,” tambah Aksa.

Kata Aksa, setiap memulai usaha yang pertama kali diciptakan adalah brand images dan bangga atas brand images itu. Dengan brand images seorang wirausaha sejati pasti bisa mengadakan transaksi kendati barangnya belum ada, uangnya belum ada, dan bahkan pembelinya pun belum ada. Menurut Aksa para pelajar atau mahasiswa Al-Zaytun bila kelak memulai usaha lantas mengeluh sebab tidak memiliki modal, maka bisa dipastikan dia itu sudah benar sebagai pengusaha. Semua orang yang memulai usaha selalu kesulitan bagaimana mendapatkan modal.

Karena itu, pelajaran penting lain bagi setiap wirausahawan adalah bagaimana mencari dan mengelola keuangan. Pengusaha berdarah Melayu rata-rata menjadi tertinggal karena selalu cari proyek saja kerjanya, tetapi tidak mempunyai kepercayaan keuangan. Ini sebuah kesalahan fatal sehingga pengusahanya tak tumbuh-tumbuh. Berbeda dengan pengusaha non pribumi, yang lebih dahulu mencari tahu bagaimana cara memainkan uang, baru mencari proyek.
(Sumber Majalah Berita Indonesia – 27/ 2006)
Berita Selengkapnya !

Pentingnya Pendidikan Damai

Dr Arief Rachman, Dosen Universitas Negeri Jakarta

Yang masih diingat Arief Rachman adalah raut terkejut Mister Bush, saat presiden adidaya itu mendengr pemaparan sang pendidik tentang beban pendidikan di Indonesia yang cukup berat.

Saat berdialog dengan George W.Bush pada 20 Nopember lalu, ia memberikan gambaran bahwa Indonesia mempunyai lebih dari 41 juta siswa yang harus kita didik dari TK sampai SMA, 2,1 juta guru yang harus terus mengikuti perkembangan keilmuan dan harus terus diperbaiki, dan 300.000 lembaga pendidikan yang harus terus ditingkatkan kemampuannya.

Seperti sejumlah tokoh lainnya yang diundang berdialog dengan Bush, Arief hanya diberi waktu tiga menit untuk memaparkan pemikirannnya. Ia lantas mengusulkan kepada sang presiden agar biaya untuk peperangan di dunia ini sebaiknya dialihkan untuk pembangunan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Arief juga mengusulkan agar semua kegiatan pendidikan dunia ini arahnya untuk perdamaian, demokratisasi, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dialog antara Timur dan Barat perlu dikembangkan, demikian pula halnya dialog antara Islam dan non-Islam, demi menghilangkan kecurigaan dan kesalah-pahaman. Ia juga menyarankan program pembinaan guru, pertukaran pelajar dan pengembangan penelitian.


“Saya menekankan bahwa kita tidak cukup Cuma terdidik saja, melainkan juga harus berbudaya. Kita juga tidak cukup berbudaya saja, melainkan juga harus beradab,” ujarnya kepada Sanita Retmi dan Amron Ritonga dari Berita Indonesia (30/11).

Menurutnya, tujuan pendidikan di Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam pasal 20 Undang-undang Dasar 1945, diantaranya membentuk manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkepribadian, berbudi pekerti, cerdas, demokratis dan bertanggung jawab. Itu semua berdasarkan falsafah Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa, berperikemanusiaan, demokratis dan juga kesejahteraan sosial yang berkeadilan. Hal itu pun disampaikannya kepada George W. Bush.

Presiden Bush, menurut dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini, menanggapi pemaparannya secara positif. Meski tak ada komitmen apapun dalam dialog tersebut, namun presiden AS tersebut mengatakan hal tersebut dapat ditindak-lanjuti dan diserahkan pada tim teknis masing-masing dari pemerintah AS maupun Indonesia.

Pertemuan Kemitraan

Setelah kedatangan Bush ke Indonesia, berbagai media memberitakan komitmen dari pihak AS untuk membantu pendidikan Indonesia sebesar 157 juta dolar AS untuk 1.000 sekolah. Namun Arief mengatakan dalam dialog bersama delapan tokoh lainnya, hal itu sama sekali tidak dibicarakan.

“Kami tidak membicarakan soal sumbangan, dan tidak bicara soal bantuan,” ujarnya. Pertemuan tersebut, menurutnya, leih kepada pertemuan kemitraan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (Partnership Meeting to Improve Quality of Life).

Pertemuan itu memang waktunya sangat terbatas. Sembilan tokoh yang hadir hanya dibri waktu masing-masing tiga menitu untuk memberikan pemaparan tentang bidangnya. Lalu Bush sendiri memberikan tanggapannya selama 30 menit.

Menyikapi pro kontra manfaat kunjungan enam jam sang presiden dari Negara Paman Sam itu, Arief merasa lebih bijak untuk tidak terseret wacana politik yang berkembang.

Menurutnya, kunjungan dari negara manapun dan dari kepala negara manapun menunjukkan adanya hubungan bilateral yang baik antar Indonesia dengan negara lain. Tergantung bagaimana menindak-lanjuti apa yang sudah dibicarakan dalam pertemuan tersebut dan langkah apa yang harus diambilnya.

Arief berharap, apa yang disampaikan oleh sembilan tokoh, termasuk dirinya, dapat direalisasikan. Meski bukan berarti kita mesti tergantung pada pemerintah AS.
(Sumber Berita Indonesia – Edisi 27/2006)

Berita Selengkapnya !

Perda Jam Belajar

Rencana Pemprov DKI Jakarta memperdakan aturan belajar bagi siswa sekolah mulai pukul 19.00 hingga 21.00 WIB tinggal menunggu persetujuan Dewan. Perda itu mengatur agar siswa memanfaatkan waktunya untuk belajar dalam rentang waktu tersebut.

“Rencananya, pada 2007, perda tersebut akan diterapkan. Tapi, itu bergantung kapan perda tersebut ditanda-tangani dewan,” ujar Kasub Dinas SPP Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta Kamaludin kepada Indo.Pos. Setelah ditanda-tangani, pihaknya langsung menyosialisasikan perda tersebut kepada masyarakat.

Kamaludin mengimbau agar masyarakat tidak alergi dengan aturan tersebut. Sebab, itu bertujuan meningkatkan kualitas SDM warga Jakarta, agar kualitas siswa didik lebih baik.

Mengenai teknis dari perda tersebut, dia belum dapat memastikan hal tersebut. Lalu, apa sanksinya bagi mereka yang melanggar? “Bisa sanksi administrasi berupa teguran hingga sanksi pidana berupa kurungan,” ujarnya.

Hal sama diungkapkan anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Syamsidar Siregar. Menurut Syamsidar, peraturan tersebut bersifat felksibel alias mengikuti kondisi anak didik. Bila siswa tersebut mengikuti kelas malam, waktu belajarnya juga disesuaikan. Karena itu, dia leih menekankan kalau peraturan tersebut lebih bersifat imbauan secara moral agar orang tua mau mendidik anaknya lebih bertanggung-jawab dalam belajar. Sebelum raperda ditetapkan, akan disosialisasikan dahulu selama enam bulan ke depan.
(Sumber Harian Indo Pos –Kamis,28/12/2006).

Berita Selengkapnya !

Guru, Problem Kualifikasi Akademik

Oleh : Ki Supriyoko*)

Kelayakan mengajar dan kualifikasi akademik tenaga pendidik merupakan salah satu persoalan yang menguras energi dunia pendidikan selama 2006. Apa yang harus dikerjakan pada 2007? Inilah pandangan guru besar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Joyjakarta, Supriyoko. Perbincangan tentang UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen sangat mewarnai perjalanan pendidikan di Indonesia selama 2005; dari yang sekadar mendiskusikan sampai yang tegas-tegas setuju dan menerima atau tidak setuju dan menolak. Perbincangan itu tidak saja melibatkan guru (dan dosen), tetapi juga pihak lain yang merasa berkepentingan seperti pengurus yayasan, orang tua, dan organisasi profesi.

Pihak pemerintah sudah menyosialisasikan UU tersebut. Meski demikian, hingga saat ini ketuntasan sosialisasi itu masih jauh untuk mencapainya. Kalau kita mau jujur, sekarang ini pun lebih banyak guru yang belum memahami UU tersebut dari pada yang sudah. Jangankan memahami, membaca pun belum pernah.

Apakah hal itu berarti para guru kita kurang peduli terhadap nasih diri sendiri? Tentu saja tidak ! Bergabgai keterbagasan melingkupi para guru untuk mengakses produk hukum yang relatif baru tersebut, di samping budaya “mengejar” peraturan memang belum kita miliki.

Lima Kewajiban

Sebagai sebuah profesi, guru di masa mendatang haruslah profesional; suatu hal yang tidak dapt ditawar. Hal itu ditegaskan pada pasal 2 ayat (1) UU Guru dan Dosen yang secara eksplisit menyatakan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai peraturan perundang-undangan.

Pada sisi yang lain, kalau kita mengacu pasal 8 UU Guru dan Dosen, di masa-masa mendatang setiap guru harus dapat memenuhi lima kewajiban sekaligus.

Pertama, wajib memilki kalifikasi kademik yang dipersyaratkan. Guru haruslah berpendidikan sekurang-kurangnya diploma empat (D4) atau sarjana (S1). Hal itu berlaku bagi semua guru dari pendidikan anak usia dini sampai sekolah menengah. Artinya untuk menjadi guru TK, SD, SMP, SMA dan SMK, mereka harus berpendidikan minimal D4 atau S1.

Kedua, wajib memiliki kompetensi yang dipersyaratkan. Setiap guru wajib menguasai empat kompetensi sekaligus. Masing-masing adalah komptensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penguasaan kompetensi tersebut harus diperoleh melalui pendidikan profesi yang diselenggarakan secara legal.

Ketiga, wajib memiliki sertifkat pendidikan. Ke depan setiap guru diwajibkan memilki sertifikat pendidik. Untuk dapat memilkinya, terlebih dahulu guru diwajibkan berpendidikan D4 dan S1. Artinya, seorang guru yang tidak atau belum berpendidikan D4 atau S1 jangan harap dapat memilki sertifikat pendidik sebagaimana yang diwajibkan.

Keempat, wajib sehat jasmani dan rohani. Ke depan, setiap guru wajib memliki kesehatan yang prima, baik kesehatan jasmani maupun rohani. Kalau ada orang yang suka jantungan (jasmani) atau suka berbuat asusila (rohani), guru bukanlah profesi yang tepat bagi dirinya, untuk menyatakan tidak diperbolehkan menjadi guru.

Kelima, wajib memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Setiap guru hendaknya mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui pendidikan yang lebih teknis. Dalam hal ini, tujuan pengajaran menurut bidang studinya masing-masing, termasuk guru yang harus mengajar berbagai bidang studi sekaligus.

Lima kewajiban tersebut merupakan perspektif baru bagi profesi guru di masa mendatang. Lima kewajiban tersebut mengikat. Artinya, akalu ada guru yang tidak memenuhi, gugurlah makna keguruannya.

Permasalahan Kompleks

Aapakah dengan UU Guru dan Dosen tersebut, semua permasalahan guru akan segera tersolusikan? Tentu saja tidak ! Solusi atas permasalahan guru memerlukan waktu beberapa tahun. Sekarang pun permasalahan guru lebih tampak nyata dengan diberlakukannya UU tersebut.

Soal kualifikasi akademi atau pendidikan guru misalnya. Berdasar catatang Balitbang Depdiknas dalam Rangkuman Statistik Persekolahan 2004/005 disebutkan tentang masih banyaknya guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik sebagaimana ditentukan UU.

Untuk guru SMA, misalnya, di antara 244.839 orang, ternyata yang berpendidikan miniman S1 hanya 197.837 orang atau 80,8 persen. Untuk guru SMK, di atara 176.261 orang yang berpendidikan S1, hanya 129.664 orang atau 73.6 persen. Sementara itu, untuk guru SMP, di antara 520.351 orang, ternyata yang berpendidikan S1 hanya 314.584 orang atau 60,5 persen.

Bagaimana dengan guru SD dan guru TK? Guru SD yang memenuhi pendidikan minimal S1 baru sekitar 8 atau 9 persen, sedangkan guru TK baru sekitar 3 atau 4 persen.

Dari angka-angkat tersebut, diperlukan beberapa tahun untuk bisa meng-S1-Kan atau men-D4-kan para guru yagn belum memenuhi syarat. Selanjutnya, permasalahan muncul ketika para guru yang belum memenuhi syarat tersebut tidak bersedia untuk di-S1-kan atau di-D4-kan. Secara empiris, memang banyak guru yang emoh sekolah lagi karena berbagai alasan, sudah sibuk, tidak cucuk, tidak mampu, pikiran mentok, dan alasan lain yang memang sangat rasional.

Permasalahan itu tidak hanya milik guru yang bersangkutan, tetapi juga milik kita semua yang ingin pendidikan di Indonesia lekas maju sebagaimana di negara-negara maju. Sebuah perspektif baru biasanya membawa konsekuensi dan inilah salah satu bentuk konsekuensi !!!
*) Ki Supriyoko, Guru Besar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, (Sumber Harian Indo Pos – Rabu, 27/12/2006).


Berita Selengkapnya !

Tuesday, December 19, 2006

HAM Kurikulum Non Gelar

Hak Asasi Manusia (HAM) seharusnya mulai dimasukkan ke kurikulum pendidikan non-gelar. Itu untuk menjawab betapa pentingnya pendidikan HAM bagi warga negara. Pasalnya, pelanggaran HAM masih saja terus bermunculan. “Kalau perguruan tinggi (PT) tidak ada juruan HAM atau mata kulia HAM, perlu dipikirkan bagaimana membuat kurikulum pendidikan HAM non gelar. Tidak perlu pendidikan formal, yang penting HAM sebagai pengetahuan secara komprehensif, bukan untuk mendapatkan gelar,” jelas Hamid Awaludin, menteri Hukum dan Hak Azasi Manusian (Menkum dan HAM) dalam seminar Pendidikan HAM di Balai Sidang UI Depok.

Hamid menambahkan, pendidikan di bidang HAM sangat diperlukan lantaran Indonesia sidah banyak meratifikasi konvesi HAM internasional yang mengatur HAM dari berbagai dimensi, maka harus dibicarakan secara sistematis. “Saat ini banyak yang meminta HAM perlu di pelajari di perguruan tinggi dan dimasukkan sebagai mata kuliah atau jurusan tersendiri. Nah, untuk merealisasikannya, bukan hanya mengacu secara formal yuridis tapi HAM juga harus dipelajari secara komprehensif dan holistik,” katanya.

Hamid menjelaskan, pembuatan kurikulum HAM di perguruan tinggi itu harus diperhatikan tiga hal. Pertama, teori tentang HAM harus relevan dengan keadaan waktu itu. Perlu juga konsep HAM dari sudut pandang filasafat dan lainnya. Kedua, harus dibuat mata kuliah khusus tentang HAM sesuai level tertentu. Misalnya di Fakultas Hukum akan dipelajari hukum internasional tentang HAM dan bagaimana HAM dari sudut pandang Hukum Tata Negara. “Terakhir, mata kuliah harus didesain dan diajarkan pada juruan HAM dan fakultas tertentu,” ujarnya.

Sementara itu, Prof Mansyur Ramly, kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas), mengatakan, kurikulum pendidikan HAM non-gelar perlu mendapat kajian terlebih dahulu. Sehingga akan diketahui apakah masyarakat membutuhkan atau bagaimana sebaiknya. Terkait kurikulum HAM di perguruan tinggi, Mansyur mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan pelajaran mengenai HAM dari tingkat SD sampai SMA dengan menetapkan standar kompetensi. “Nah, ini akan menjadi landasan perguruan tinggi membuat standarisasi kompetensi mengenai HAM dan ditentukan rektor masing-masing. Karena itu, perlu keikhlasan satuan pendidikan pada setiap perguruan tinggi,” katanya.

Di lain pihak, Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Conny Semiawan mengatakan, dalam kurikulum HAM di perguruan tinggi hendaknya bukan hanya dihapalkan sehingga akan membuat pelajaran tersebut cepat dilupakan. “Jangan sampai terulang kejadian masa lalu, pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan P4 hanya dihapalkan. Akibatnya, penerapannya sangat jauh dari kenyataannya,” ujarnya.

Di samping itu, lanjut Conny, dosen juga harus menguasai pengetahuan tentang HAM sehingga mampu mentranformasikan ilmu tersebut kepada mahasiswanya dengan baik. “Saya berharap memang seperti itu,” pungkasnya. (Sumber Indo.Pos - Selasa, 12 Desember 2006)

Berita Selengkapnya !

Sunday, December 03, 2006

UIN Jakarta Menuju World Class University

Stigma bahwa setiap lembaga pendidikan milik Islam bermutu rendah, harus segera ditepis. Sesunguhnya lembaga pendidikan Islam juga bisa berprestasi, mampu menghasilkan lulusan terbaik, dan memberikan pencerahan bagi masyarakat luas. Dan, semangat itulah yang kini sedang digalang Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

"Harus diubah paradigma itu bahwa orang Islam bisa membangun pendidikan yang berkualitas, bisa membangun lembaga pendidikan yang diakui pada tingkat internasional dan UIN Jakarta sudah melangkah ke arah situ,'' ujar cendekiawan Muslim Prof Dr Azyumardi Azra yang selama dua periode menjabat sebagai rektor UIN, pada seminar yang digelar dalam acara Musyawarah Nasional ke-3 Ikatan Keluarga Alumni UIN (IKALUIN) di Kampus UIN Jakarta Sabtu (18/11).

Rencana tersebut, sambung Azyumardi, sudah diungkapkannya di hadapan Wakil Presiden HM Jusuf Kalla pada acara pembukaan Munas IKALUIN yang berlangsung di Istana Merdeka Selatan Sabtu (18/11) pagi. ''Seperti yang sudah saya singgung di hadapan HM Jusuf Kalla di istana Wapres bahwa kita akan membuat misalnya kampus kita di Singapura, di Bangkok Thailand, sedang dalam negosiasi, dan Desember nanti saya akan ke Jepang untuk pengembangan,'' jelasnya.

Dengan demikian, kata Azyumardi lebih lanjut, nantinya ada internasionalisasi UIN Jakarta. ''Dalam artian bahwa universitas ini harus dikenal dunia internasional, termasuk pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, termasuk juga kerjasama-kerjasama pengembangan program universitas-universitas di manca negara. Misalnya dengan negara Timur Tengah, Universitas Al-Azhar, Cairo Mesir, Syiria, Jordania, dan Yaman."

Menurut dia, tidak perlu membeda-bedakan antara pendidikan di Timur Tengah dengan di Barat, tidak mempriorotaskan Barat atau Timur Tengah. ''Semuanya penting bagi kita karena kita memerlukan orang-orang yang ahli dalam bidang tafsir, dalam bidang fikih, kita perlu orang-orang seperti itu dan itu tidak ada lagi pendidikan yang baik selain di Timur Tengah. Tentu semakin beragam dosen yang belajar, ada yang lulusan Timteng, Eropa, Australia, Amerika Serikat (AS), Jepang, itu memperkaya keilmuan di sini."

Di tempat yang sama, Ketua Umum IKALUIN Jakarta Dr AS Panji Gumilang menegaskan diinginkan atau tidak diinginkan, perubahan pasti akan terjadi. ''Kita syukuri bahwa proses perubahan dan perkembangan UIN ini betul-betul melalui proses yang alami. Dari sesuatu yang lingkupnya kecil kemudian menjadi besar dan menjadi lebih besar lagi dan kita mempunyai cita-cita sebagai universitas yang bertaraf antar bangsa."

Pandangan yang sama diungkapkan AM Fatwa, salah seorang alumni UIN Syarif Hidayatullah yang kini duduk sebagai Wakil Ketua MPR RI. Dengan tegas AM Fatwa mengatakan, ''World class university merupakan sebuah upaya untuk menjadikan UIN Jakarta sebagai pusat pengetahuan keislaman yang khas dan menjadi daya tarik dunia."

Modal menuju world class university tidak sekadar ditunjang oleh pengembangan fisik kelembagaan, tapi pada kualitas SDM yang tersedia dan mampu bersaing secara global. Secara fisik, kata Fatwa, UIN Jakarta saat ini jauh lebih bagus dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Namun kemegahan prasarana tidak akan bermakna apa-apa apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas yang mengabdikan dirinya bagi kepentingan masyarakat. Itulah sebabnya gagasan world class university harus dijadikan pijakan untuk semakin memacu lahirnya generasi-generasi akademis yang berkualitas, peduli dan dipedulikan oleh masyarakat baik lokal, nasional maupun global.

Menurut Fatwa, peningkatan kualitas pendidikan terkait dengan persoalan struktural dan kultural. Penyelesaian masalah kultural bisa dilakukan melalui peningkatan mutu SDM civitas akademika, baik melalui pelatihan maupun pendidikan lanjutan. Sementara persoalan struktural terkait dengan political will terhadap peningkatan mutu pendidikan itu sendiri, termasuk penyediaan sarana dan insfrastruktur yang memadai. ''Selama ini kesenjangan anggaran pendidikan tinggi di bawah Depdiknas dengan Depag menjadi problem tersendiri bagi upaya penyejajaran kualitas pendidikan di bawah departemen yang berbeda tersebut," komentarnya.

Sekadar perbandingan anggaran untuk STAIN/IAIN/UIN seluruh Indonesia kurang lebih sepertiga dari anggaran satu universitas negeri di bawah Depdiknas. ''Secara umum, anggaran pendidikan pada tahu 2005 untuk Depdiknas berjumlah Rp 39,4 triliun, sementara Departemen Agama hanya Rp 9,6 triliun dan 50 persennya dipakai untuk gaji pegawai. Sungguh kesenjangan yang tidak hanya membuat iri, namun memiliki konsekwensi yang cukup memrihatinkan bagi peningkatan kualitas pendidikan tinggi agama,'' kritik Fatwa. ( dam )
Berita Selengkapnya !

Bisnis di Internet